BAB 1

12 0 0
                                    

Siapa bilang menjadi dewasa itu menyenangkan?

IT'S TOTALLY WRONG!

Menjadi dewasa amat sangat melelahkan, salah satunya yaitu pertanyaan yang selalu dipertanyakan hampir semua orang dimuka bumi. Tak lain dan bukan adalah

"kapan nikah?"

ANJING!

Hidup selama 25 tahun dengan 12 tahun dihabiskan untuk menuntut ilmu belum lagi ketambahan 5 tahun buat kuliah trus pas gede, malah nangkring di dapur sambil ongkang angking kaki?!

Maybe there is a lot a woman will do that, but not me!

Syasa Akila Ginanjar, seorang gadis berumur 25 tahun yabg cantik jelita sepanjang kasih bunda kepada anaknya yang selalu sibuk bekerja mencari pundi pundi amal es ce te i.

Aku masih mau happy happy dulu dong, cari kebebasan sana sini, gak ada yang ngatur, bisa jalan sama siapa aja, nongkrong sampe jam berapapun.

Contohnya malam ini, dengan sweater dusty pink dipadukan dengan jeans belel dan tak lupa pashima cantik yang tinggal disampirin doang di bahu anti ribet-ribet puter sana pentul, puter sini pentul, dan flat shoes hitam, outfit favorite yang sering aku pakai -tinggal ganti warna sweater aja-  disaat nongki cantik bersama para sahabat.

Yaah beruntungnya diriku yang berteman dengan mereka yang notabenenya setengah dari kami sudah berstatus seorang 'istri' dan 'mama muda', dan juga si suami yang masih memperbolehkan pasangannya untuk nongki bareng temen temen biadabnya. Honestly, itu benar benar perbuatan mulia.

"Kenapa senyum senyum sendiri kamu?" Tanya sena sembari memperbaiki jilbab panjangnya agar tidak terkena makanan yang ada dimulutnya.
Sena Adina Susanto, seorang perempuan agamis yang menikah 2 tahun yang lalu dan sekarang sudah dikarunia anak laki-laki berumur 8 bulan. Sang suami adalah teman satu angkatan kami saat di kuliah, dan tak tahu bagaimana awalnya eh akhirannya mereka malah berjodoh. Sungguh diluar kendali manusia bukan?

"Aku tuh bahagia tau!!! Aku sangat sangat sangat berterima kasih" ucapku dengan berkeling mata.

"Eh bahagia kenapa nih? Mau nikah nih boss?" Celutuk rista dengan meninggikan suara pada kata NIKAH.
Rista Dewangga Arini, perempuan cantik yang baru saja bertunangan 2 bulan yang lalu. Sedang sibuk-sibuknya mengurus persiapan pernikahan tak jarang aku selalu kena jatah bagian menemani dia muter-muter tengah kota buat cari souvenir. Dia masih bersikeras ingin mengerjakan semuanya sendiri tanpa merepotkan sang calon suami. Oh sangat baik hati sekali ibu penyihir satu ini hingga lebih memilih menyusahkan temennya daripada calonnya sendiri.

KAN YANG NIKAH MEREKA, KENAPA AKU JUGA KENA?

"Please deh, kamu bukan emak emak komplek yang doyan gibah tiap sore sampe mau maghrib yang kadang lupa layanin suaminya" sinisku dengan meliriknya.

"Aku tuh berterima kasih karna kita masih diberikan kesempatan untuk bisa bernapas, untuk bertemu kembali dengan kalian, dan tak lupa juga untuk gibah" lanjutku dengan mengatupkan tangan menjadi satu didepan dada dan menunduk sedikit.

"Kamu gila yaa, anak sinting. Omonganmu kaya mau mati aja." Ujar Belinda.
Belinda Diswara Ningsih. Dari kita berempat hanya dia yang memiliki kelakuan blak-blakan yah sebelas duabelas sama aku sih, tapi aku masih ada kalemnya sedikit lah. Belinda baru saja menikah 1 bulan yang lalu, dan sekarang lagi menunggu sang suami mendapat jatah cuti agar mereka bisa honeymoon.

"Mulutmu anying! manis sekali" Ku tepuk mulut manis Belinda, gemes aja kalo ngomong tuh gak ada bagus bagusnya gitu.
Mana mau jadi ibu, masa iya ngajarin anak anaknya begini hmm

"Bangsaaaat! Kotor tanganmu tuhh ahh. Rusak lipstick aku!!" Jerit Belinda. Omongan sih gak dijaga bener. Kagak ada malunya nih anak jerit-jerit gitu, mana dilihatin orang orang lagi.

"Udah ah, kaya anak kecil aja sih. Udah udah balik ke obrolan yang tadi. Jadi renang gak minggu depan? Aku butuh kepastian biar bisa ijin sama mas adi -sang suami-." Sena menengahi pertarunganku dan Belinda. Sena memang tergolong paling kalem dari kita berempat, dia selalu menjadi penengah diantara kami dan juga sangat lembut seperti sosok ibu.

"Eh iya nih, aku butuh ijin juga sama kesayangan aku. Aku sih oke okee aja, toh aldi juga bakal ikut kan. Gimana kamu udah ijin ke dodi, ris?" Tanya Belinda kepada rista yang sedang asyik memakan makanannya.

"Aku sih udah sempet ngomong ke kakanda, dia mah malah angguk angguk aja. Gak masalah juga kalo dia ikut, yang penting ada temen cowoknya juga gitu. Jadi dia gak sendirian." Jelas rista

"Nah semua udah okee nih sen, aku udah oke sama aldi, rista ya udah oke sama kakandanya. Kamu ajakin juga tuh si aldi kan biar bisa nongki nongki juga sama laki kita" Dengan melirik diriku Belinda pun berujar kembali.

"Eh iya saya lupa dengan anda, bagaimana dengan saudari Syafa ? apakah sudah mendapat ijin dari yang tersayang. Upps.. sorry aku lupa, kan kamu gak punya kesayangan." Olok Belinda dengan tertawa keras, diikuti dengan tawa kalem sena dan tawa receh rista.

Kurang ajar sekali ondel ondel ini, ingatkan aku untuk memberinya hadiah saat renang besok.

"Terima kasih atas perhatiannya saudari Belinda, saya sangat tersanjung. Saya mah gak repot repot ya minta ijin kesiapa siapa, ribet. Saya mah available selalu. Mau sekarang? Okee bisa. Tahun depan? Oke, besok? Ya lets go. Aku jabanin. Ayoook!!!" Ujarku sambil menarik tangan Belinda yang sedang mengirim balasan chat ke suaminya.

"Kutu kupret ya gak sekarang juga kali ah. Malem malem gini renang ama kunti, dih kamu aja." meletakkan handphone nya, berujar kembali

"Yaudah sepakat yaa minggu depan kita renang. Langsung ketemuan disana aja, gimana?" Saran Belinda.

Kami semua pun setuju. Akhirnya acara dari jaman setelah lulus kuliah yang kami rencanakan akan terlaksana juga minggu depan.

"By the way by the way anyway busway yeee, tanya nih Sabrina katanya udah metong sebelum married yee? Bener kagak sih?" Pancing Belinda, nih kutu kupret ngerti aja mulut aku udah lama gak diajakin gibah.

Maklum yaa gak gibah seminggu kaya masa sayur bayam tanpa garam kurang enak kurang sedap gitu hidup ini.

"Sebenernya aku gak mau gibahin orang yee, tapi denger denger nih yaa cuman denger denger aja sih katanya sih Aliana beneran dong dia metong duluan. Yaa gak papa lah ya kan si Julian juga mau mau aja nikahin dia." Jawabku menggebu-gebu

"Ya pastilah dinikahin, gila aja dia sampai gak dinikahin. Bikinnya berdua masa yang tanggung jawab sebiji doang. Gak kaget sih ya kalo denger nih berita, toh dari jaman dia skripsi juga lengket banget." Sembur rista sembari menyeruput lemon tea nya.

"Aku gak mau ikut-ikutan ah, dengerin aja udah cukup. Tapi emang sih beritanya gak bikin kaget, toh mereka juga gak menutupi kan kalo Aliana udah metong duluan. Malah dia seneng seneng aja tuh. Yauda kita doain aja semoga mereka bisa jadi orang tua yang baik buat anaknya." Kata sena sembari mengamini doanya, dan kita bertiga pun ikut mengamini doa sena.

"Tuh supir kalian udah pada dating semuaa, cap cuss pulang yuukk." Terlihat suami dan calon suami dari semua sahabat sudah menunggu diluar café.

"Yaudah hati hati ya kalian semua, heh kamu serangga kecil hati hati dijalan yaa. Jangan sampe kehempas angin, karna kamu berharga.' Ujar Belinda saat mencepika cepiki pipi kami. Kurang ajar sekali si ketek satu ini masa iya aku disamain serangga pft

"Hati hati yaa sya kalau ada yang ajak kenalan jangan mau, om om diluar sana jahat semua." Rista memelukku dengan kencang.
"Jangan lupa rabu besok kamu nemenin aku coba cateringnya yaaak." kubalas dengak anggukan kepala.

"Moga selamat sampai di rumah ya sya, doaku menyertaimu." Senyum dan pelukan hangat dari sena menjadi ucapan berakhirnya nongki nongki cantik kami.

"Please deh guys! I'm already 25 years old. DAN AKU TAU MANA LAKI MANA BENCES YAAA. Udah lah kalian hati-hati semua yaaa, ini perpisahan udah kaya mau berangkat haji aja ahh. DAH...!!!" Lambaian tangan lebar pun ku berikan pada mereka sebelum berbalik badan, berjalan menjauh menuju mobil dan pulang.

----------

Lamar(un)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang