BAB 4

3 0 0
                                    


Happy reading!





Namun saat sedang asyiknya melangkah, tiba-tiba ada seseorang yang menghalanginya.

"Maaf permisi" ucap syafa sopan walau dalam hati muncul rasa sebal.

Orang tersebut masih bertahan pada posisinya sambil menunduk sedikit kearah syafa yang lebih pendek dari dirinya.

Syafa pun mencoba kembali, "maaf mas bisa permisi gak? Saya mau kesana tuh" tunjuk syafa kearah wahana air yang dituju.

"Kenapa kamu berpaikian seperti ini?" Ucap laki-laki itu pelan, ternyata yang menghalangi langkah syafa adalah seorang laki-laki yang menatapnya saat dia keluar dari ruang ganti tadi.

"Maaf apa? Ada masalah apa ya?" Syafa kaget, kenapa ia malah bertanya bukannya menyingkir.

"Kenapa gak ganti pakaiannya yang lain?"

"Masalah anda apa yaa? Suka suka saya dong, saya berpakain saya."

"Kenapa tidak tertutup?"

"Gini deh suka suka saya mau berpakaian seperti apa, tidak ada hubungannya dengan anda. Gak ada yang larang saya. Biar suami saya yang ngelarang baru saja ganti pakaian saya."

"Jadi hanya suamimu yang bisa?" Tanyanya dengan suara pelan.

"yaiyalah, kenapa masalah? Saya masih sendiri jadi terserah saya mau ngapain aja. Gak ada yang ngelarang, gak ada yang bisa ngatur-ngatur saya." Ngotot syafa.

"Kalau gitu, saya lamar kamu. Saya akan jadi suamimu." Ucap tegas lelaki tersebut.

"What--?!" Shock syafa saat mendengar kata-katanya. Sangking terkejutnya, syafa berdiam beberapa detik dan tidak bisa berpikir apapun. Otaknya serasa kosong, benar-benar kosong.

"a-apaa kamu bilang?" Terbata syafa.

"Saya lamar kamu, jadi istri saya."
Ucap mantab lelaki itu.

"Syafaaa, kok malah disini" Sena yang lewat ingin menuju tempat barangnya, terkejut melihat syafa yang sedang bersama lelaki asing yang dia pun tak kenal siapa lelaki ini dan hanya memandang bertanya pada suami disebelahnya yang dijawab sang suami dengan gelengan.

Sena bertambah heran karna syafa hanya terdiam dan terus memandang lelaki didepannya, merasa ada yang tidak beres dia pun menyenggol lengan suaminya untuk membantu syafa.

Mereka langsung menghampiri syafa, sena memegang lengan syafa berusaha menyadarkannya dan beruntung syafa langsung mengerjapkan matanya dan sedikit berfikir.

"Udah selesai sya?" Tanya suami sena kearahnya lalu berbalik arah menatap lelaki didepannya dengan pandangan tajam yang dibalas anggukan oleh syafa.

Akhirnya sena dan suaminya pun menggiring syafa mengikuti mereka kembali berjalan kearah tempat barang merek berada, sena merangkul bahu syafa sembari terus menyerukan banyak pertanyaan diotak kecilnya. Namun dia tak bertanya dan menunggu syafa menceritaknnya sendiri, mungkin itu termasuk ranah privasi syafa batin sena.

Yeaa mereka sudah sepakat bahwa bila ada sesuatu yang terjadi diantara salah satu mereka, mereka akan memberikan support tanpa bertanya, mereka akan memberikan waktu bila ingin bercerita. Karna mereka masih menghargai ranah privasi masing-masing individu.

Setelah sampai ditempat, sena pun mendudukkan syafa di kursi dan mengambil botol air mineral memberikannya pada syafa dan menbantunya untuk tenang. Sedangkan suaminya sedang membuka snack yang dibawa dari rumah dan memakannya. Linda yang berada disana terlebih dahulu terlihat bingung melihat raut muka syafa yang masih shock berharap dapat jawban dari lirikan matanya kearah sena, namun sena hanya bisa menggelengkan kepalanya tak tahu.

syafa duduk terdiam dengan sedikit merenung dan bingung. bagaimana bisa dia bertemu dengan orang gila macsm dia.

"syaa?" syafa memutar kepalanya sedikit kearah panggilan lembut tersebut.

"kamu gak papa kan?" sena cemas baru ini dia melihat raut nuka syafa yang berbeda, dia tau syafa jarang menunjukkan kelemajan ataupun mimik muka lainnya selain kegembiraan.

Lantas sena memeluk syafa dengan erat dan berbisik "jangan dipendam sendiri, kamu masih punya aku. Punya Belinda dan juga rista, kami akan mendengerkanmu" usapan halus dari sena dipunggung syafa membuat hatinya sedikit tenang.

"hey aku buka cewek lemah, apaan dah. gatau itu tiba-tiba ketiban sial ketemu laki macem begituan. beneran deh aku gak papa" sembari melepas pelukannya perlahan, dan memasang wajah baik baik saja walau hatinya agak gundah.

sena membalas senyuman syafa dengan lembut dan tenang. dia hanya bisa berdoa yang terbaik untuknya temannya satu ini, ya doa terbaik agar cepat mendapat pasangan. dia ingin syafa juga merasakan indahnya berumah tangga dan memiliki seseorang yang saling mencintai.

"yaudah aku balik kesana yaa, ke tempatnya rista. di wahan mana dia?" tanya syafa kearah suami sena.

"hmm lupa, tadi dia bilanh tunggu dimana ma?" tanya mas adi -suami sena- kearah sena, sambil melanjutkan makannya yang tertunda.

"oh ke wahana itu loh yang berombak, airnya berombak." sambil memberikan gerakan obak pada tangannya.

"oh yang sebelahnya ada jualan ban itu kan ya?" jawab syafa sembari mengingat posisi wahana tersebut.

"iyaa betul yang itu, mereka bakal nunggu disana kok" perjelas sena.

"okee deh, aku nyusul mereka dulu yaa." syafa berdiri dan mulai melangkah menjauh dari tenpat duduknya.

"hati hati yaa syaaa" teriak sena memperingatkan bila syafa lupa menghindar bila bertemu lelaki yang tadi.

"By, syafa gimana?"
Sena menoleh kearah suaminya.

"Hmm, masih kurang tau a'. Aku juga penasaran, tapi syafa masih belum cerita." Sendu sena dengan melihat syafa yang berjalan semakin jauh darinya.

syafa berjalan pelan kearah tempat rista berada, dia tak mau memikirkan orang itu lagi.

'huh hanya orang sinting!' batin syafa. buat apa juga dia memikirkan lelaki itu.



‐-----------

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lamar(un)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang