🌿 8 🌿

52 34 12
                                    

"apa yang dikatakan sebelumnya?" tanyanya yang masih penasaran.

"Aku tidak tahu, apa yang mereka rencanakan?!"

"Sepertinya Clarita ingin menghancurkan masa depan." Ucapnya sambil menopang dagunya

"Kamu tau dari mana?!"

"Ada yang bilang begitu. Aku juga tidak tahu bagaimana caranya ...."

"Aku tidak mau nanti masa depan-ku hancur karenanya ...."

Tak lama kemudian, kepala Tania pusing.

"Aww...." Lirihnya

"Ada apa tania? Sepertinya wajah kamu pucat."

"Aku tidak tahu. Benarkah?!" Tania melihat wajahnya di cermin

"Iya."

"Sebaiknya kamu beristirahat di UKS aja," katanya

"Tidak usah! Aku baik-baik saja."

"Pelajaran selanjutnya adalah olahraga kita tidak tahu siapa yang mengajar pelajaran hari ini,"

Kring.. kring.. kring

Tak lama kemudian, bel istirahat telah berakhir. Pelajaran selanjutnya adalah olahraga, semua murid mengganti pakaian menjadi olahraga dan berkumpul di lapangan untuk melakukan pemanasan sebelum berolahraga.

~lapangan

Semua murid sudah berkumpul di lapangan. Ravelyn mendampingi Tania yang sedang sakit untuk mengikuti pemanasan sebelum berolahraga.

"Apa yang terjadi denganmu, Tania. Kenapa wajah kamu pucat?" Tania mendongak ke atas yang ternyata Ervin, ketua kelasnya. Yang memegang tangan Tania.

"Aku tidak apa-apa. Ervin, sebaiknya kamu jangan mencemaskan diriku ...."

Semua teman kelasnya menjadi mencemaskan dengan kondisi saat ini.

Guru cantik memasuki lapangan yang mengajar olahraga

"Selamat siang, anak-anak. Perkenalkan nama saya Naomi Catlyn bisa di panggil bu Naomi. Saya mengajar olahraga. Baiklah hari ini kalian melakukan pemanasan dan di lanjutkan permainan basket!" Semua murid pun mengangguk kecuali tania yang masih menahan pusing.

"Tania, kita melakukan pemanasan terlebih dulu," ajaknya

"Baiklah."

Sebelum melakukan pemanasan, kepala tania semakin berat dan pingsan. Semua teman sekelasnya menghampiri tania pingsan di lapangan.

"A-apa yang terjadi dengan tania?" Katanya sambil mengkhawatirkan dia yang terjadi Ervin sang ketua kelas.

Tak lama kemudian, Ravelyn datang menemuinya dan diliat Tania pingsan.

"Tania.. Tania.. Tania, bangun jangan sampai aku semakin mengkhawatirkan kamu...." Ravelyn yang masih berusaha membangunkan.

"Tenanglah, Ravelyn. Kami juga mengkhawatirkan keadaan ini," katanya sambil memegang pundak Ravelyn.

"Iya."

"Kalian bawa tania ke ruang UKS!" Titahnya

"Baiklah, bu."

Tak lama kemudian, Ravelyn dan tiga temannya itu membawa tandu dari ruang UKS dan Membaringkan tubuhnya ke ruang UKS.

"Baiklah, anak-anak. Kalian lanjutkan saja pemanasan kalian dan sehabis itu kalian olahraga basket...."

"Ya, bu."

.•♫•♬• - •♫•♬•

ᴅᴇsᴀɪɴᴇʀ ʙᴜsᴀɴᴀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang