Suasana begitu tegang, sepasang bola mata abu-abu itu menyusuri jalanan. Memperhatikan wajah-wajah yang berada di hadapannya. Beberapa memberikan tatapan sinis, beberapa mengiba, dan yang lainnya sibuk berbisik.
"Semalam Gregor Horngrey ditemukan tewas di dalam kamarnya." Seseorang berbisik.
"Dan yang terakhir kali menemuinya adalah Finn, adiknya sendiri."
"Untuk apa dia melakukan itu?" tanya yang lain, masih dengan berbisik.
"Tentu saja untuk mengambil alih kepemimpinan kakaknya." Ucap seseorang dengan nada menghakimi.
Mendengar kalimat tersebut, tatapan iba pun berubah menjadi tatapan jijik. Pria bermata abu-abu tadi menghalangi wajahnya dengan penutup kepala, berjalan menjauh dari kerumunan. Ia melihat tiga orang pria bertubuh kekar dan berpakaian pengawal berjalan ke arahnya.
Laki-laki itu berhenti dan membuka penutup kepalanya. "Ada apa?"
"Maaf Finn, tapi kau harus ikut dengan kami." Pria-pria tersebut memegang kedua tangan Finn, takut jika pria bermata abu-abu itu mencoba untuk melarikan diri.
"Lepaskan. Aku tidak akan kabur." Setelah saling menatap untuk beberapa saat, akhirnya mereka melepas pegangannya. Pria bermata abu-abu itu pun berjalan menuju balai kota, diikuti oleh tiga pria kekar tadi.
***
"Tidak ada bukti bahwa Finn adalah pelakunya!" seorang pria berjanggut putih panjang berteriak di dalam sebuah ruangan besar. Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah meja bundar yang cukup besar dengan beberapa kursi mengelilinginya. Banyak kursi yang terisi, hanya sedikit saja yang tidak.
"Tapi orang yang terakhir menemui Gregor adalah Finn. Dan Finn membenarkan bahwa ia menemui kakaknya pada malam itu." Seorang lain dengan kepala hampir botak mengeluarkan suara. Yang lain ikut mengangguk, terkecuali pria berjanggut tadi.
"Bagaimana dengan hasil pemeriksaannya? Apa penyebab kematian Gregor?" pria berjanggut tersebut kembali bersuara. Kali ini dengan intonasi yang lebih tenang.
Seseorang berpakaian putih membuka catatan yang ia bawa. Kemudian membaca isi dari catatan tersebut. "Berdasarkan hasil pemeriksaan, Gregor telah diracuni. Racun tersebut diberikan 10 jam sebelum mayatnya ditemukan, atau pukul 11 malam. Jam yang sama saat Finn menemui Gregor."
"Racun? Racun apa yang kau maksud?!" terkejut, pria berjanggut tadi kembali meninggikan suaranya.
"Kami belum menemukan sumbernya, hanya saja benar bahwa Gregor telah diracun." Jawab seseorang yang berada di samping pria berbaju putih.
Pria berjanggut tadi berpikir sejenak, kini ia kembali tenang. "Artinya tidak ada bukti bahwa Finn telah meracuni Gregor, benar kan?" ia mencoba meyakinkan orang-orang yang ada dalam ruangan tersebut.
"Dean...." Seorang pria berambut hitam dengan kumis tipis dan bola mata abu-abu berdiri dari kursinya. "Aku tau bahwa Finn adalah murid kepercayaanmu, meski tidak ada bukti bahwa Finn adalah pelakunya, tetapi kami juga tidak bisa membuktikkan bahwa Finn bukan lah pelakunya. Kau mengerti kan maksudku?"
Pria yang baru saja membuat pria berjanggut tadi terdiam adalah Oskar Horngrey, adik kandung dari Zed Horngrey, pemimpin klan Horngrey, sebuah klan besar yang berada di pulau Symia. Zed adalah ayah dari Gregor dan Finn Horngrey.
Klan Horngrey merupakan salah satu klan yang menggunakan sistem keturunan dalam menentukan pemimpin mereka. Klan ini terletak di ujung utara pulau Symia. Seluruh anggota klan dilatih untuk menjadi prajurit handal, terutama dalam menggunakan rencong, senjata khas klan Horngrey. Klan Horngrey sangat patuh terhadap pemimpinnya. Loyalitas adalah nomor satu bagi mereka. Meski dilatih sebagai prajurit, beratus-ratus tahun klan ini hidup dengan damai. Kasus pembunuhan Gregor membuat anggota klan Horngrey menjadi kalang kabut.
"Bagaimana dengan tanggapan masyarakat?" Zed akhirnya angkat bicara.
"Mereka menginginkan pelakunya dihukum mati." Oskar menjawab pertanyaan kakaknya tersebut.
Dean tampak terkejut, sedangkan Zed memejamkan matanya, menghela napas yang begitu berat.
***
Finn duduk diam di sudut ruangan, di hadapannya kayu kayu besar tertancap dari langit-langit hingga ke tanah yang lembap, rupanya ia berada di balik sel penjara bawah tanah. Udara lembap dan cahaya pudar dari obor api di ujung lorong menemani Finn malam itu.
Bukan karena dinginnya alas tempat ia duduk yang membuat dirinya tidak bisa tidur, tetapi rasa penasaran dan amarah besar yang menghantui Finn. Ia tidak membunuh Gregor, sama sekali tidak pernah terbesit dalam pikirannya untuk melakukan hal keji semacam itu. Ia sangat mengagumi Gregor, ia percaya bahwa Gregor adalah pemimpin yang tepat bagi klan Horngrey di masa yang akan datang. Tewasnya Gregor menyisakan pertanyaan besar di benaknya. Finn begitu larut dalam pikirannya, tanpa ia sadari seseorang sedang berdiri di depan selnya.
"Finn..." suara berat itu memecah lamunan Finn. Diperhatikannya dengan seksama, Finn sangat mengenal sosok bertubuh besar tersebut.
"Paman Oskar, apa yang kau lakukan disini?"
"Kau harus segera pergi dari sini."
"Apa maksudmu?" Finn bangkit dan menghampiri pamannya.
"Besok pengadilan akan digelar, dan apabila kau terbukti bersalah, mereka akan menggantungmu."
"Tapi aku tidak membunuh Gregor!" Finn meremas keras kayu di hadapannya.
"Sst! Pelankan suaramu," Oskar menoleh ke ujung lorong, memastikan tidak ada penjaga yang menghampiri mereka.
"Aku tau kau tidak mungkin melakukannya, tetapi tidak ada bukti bahwa kau bukanlah pelakunya. Hal ini justru akan mempersulitmu. Mungkin kau tidak akan digantung tapi kau akan menghabiskan sisa umurmu di penjara ini."
Finn menunduk, semua perkataan pamannya tersebut adalah benar. Ia tidak dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah.
"Pergilah dari sini, aku akan mencoba cara apapun untuk membuktikkan bahwa kau tidak bersalah. Sampai saat itu tiba, kau tidak boleh kembali kesini."
Mendengar perkataan pamannya tersebut, Finn melepas genggamannya. Wajahnya lesu, tatapannya kosong. Ia tidak menyangka bahwa ia akan meninggalkan keluarganya, klannya, bukan sebagai seorang yang bebas namun seorang buronan. Namun ia sadar, bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawanya.
"Baiklah paman, akan kupercayakan semuanya padamu."
Oskar meraih kunci dibalik jubah besarnya, membuka sel tempat Finn dikurung. Kemudian memakaikan jubah besarnya kepada keponakannya tersebut. Mereka berdua berjalan melewati lorong, dua orang yang menjaga pintu masuk penjara tersebut tertidur lelap. Oskar meletakkan kembali kunci yang ia ambil dari para penjaga.
Keduanya berjalan di bawah cahaya rembulan, semilir angin mengibarkan jubah yang dikenakan Finn. Finn dapat mencium aroma pepohonan di sekitarnya. Ia melongok ke atas, memperhatikan letak bulan yang menunjukkan bahwa saat itu kira-kira pukul tiga pagi. Pantas saja jalanan terlihat sepi dari pinggir hutan tempat Finn dan pamannya berada.
Dari kejauhan Finn mendengar suara yang familiar, suara napas yang berat. Suara tersebut berasal dari Ken, kuda milik Finn. Ken adalah seekor kuda stallion berwarna hitam pekat. Warna kulit dan rambutnya yang hitam menyatu dengan kegelapan malam itu.
"Ini.. bawalah ini." Oskar memberikan sebuah kantung kulit kepada Finn yang berisikan koin emas.
"Terima kasih paman, aku tidak akan melupakan kebaikanmu ini."
"Simpan terima kasihmu sampai kita bertemu kembali." Oskar memeluk keponakannya tersebut, menepuk-nepuk ringan punggungnya. "Pergilah..."
Finn naik ke atas punggung Ken, menutup kepalanya dengan jubah yang diberikan oleh pamannya, tersenyum kecil pada pamannya dan kemudian memacu cepat kudanya. Menjauh dari kota Banda, tempat klannya berada.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Edentis
FantasyMimpi buruk Galia semakin mengganggu tidurnya. Di tengah persiapan ujian untuk para Blackwood muda, Galia masih harus memikirkan mimpi yang menghantuinya tersebut. Dapatkah Galia membuktikkan bahwa ia adalah seorang Blackwood sekaligus mengartikan...