3

3 0 0
                                    

"Sha..." Aku mendengar sebuah suara yang aku kenal sedang memanggil namaku.

Perlahan aku membuka mataku dan melihat bayangan seorang laki-laki berbaju piyama duduk di samping tempat tidurku. Aku bangun, kemudian menggosok mataku. Kemudian aku melihat dengan jelas saudara kembarku sedang duduk menatapku dengan senyuman yang sangat lebar.

Dia menyalakan korek, kemudian membakar sumbu lilin yang berada diatas cupcake. Saat api menerangi kue itu, aku dapat melihat cupcake berwarna kuning dan sebuah puding berada di pangkuan Nathan. Nathan menyodorkan cupcake kuning itu kearahku sambil bernyanyi lagu ulang tahun.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday my princess." Aku memejamkan mataku, kemudian membuat keinginan.

Yang aku inginkan saat ini adalah kesembuhan Ayah, kesuksesan untuk semua saudaraku, hubungan yang langgeng dengan Revano dan juga kesehatan sepanjang tahun.

Aku membuka mataku, lalu meniup lilin itu sampai padam. Aku mengambil puding yang berada di pangkuan Nathan, kemudian menyalakan lilinnya.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday my prince."

Nathan memejamkan matanya, berdoa dan memohon harapannya. Setelah itu dia meniup lilin itu dan bertepuk tangan.

"Selamat ulang tahun tuan putri."

"Selamat ulang tahun juga pangeran."

Oh... Nathan, kamu adalah orang pertama dan paling romantis yang mengucapkan ulang tahun kepadaku.

Nathan meletakkan cupcake dan puding itu ke nakas, kemudian menarik kepalaku agar kepala kami saling bertemu. Dia menempelkan kepalanya ke kepalaku sambil memejamkan mata.

"Aku harap semua harapanmu terwujud, teruslah menjadi perempuan terhormat, perempuan yang kuat, saudariku yang dicintai banyak orang. Jadilah perempuan yang penuh kasih sayang, mencintai keluarganya dan memprioritaskan keluarga diatas segala-segalanya."

Mungkin ini telepati, aku dapat merasakan cinta yang besar dari Nathan. Sangat besar hingga merasa sangat tenang dan aman.

Nathan membuka matanya, kemudian menarik kepalanya menjauh.

"Terima kasih banyak, aku sangat menyayangimu." Hanya itu yang bisa aku ucapkan.

"Aku juga sangat menyayangimu." Nathan mengelus pipiku, dia pasti khawatir aku merasakan sakit yang dia rasakan.

Nathan mengambil sebuah kotak dari kolong tempat tidurku, sebuah kotak besar bertuliskan perancangan baju ternama. Aku membuka kotak itu dan mendapati sebuah gaun berwarna putih, mahkota dan sepasang sepatu hak tinggi. Aku terpesona sampai tidak bisa berkata-kata.

"Aku sudah mengajukan kepada Ayah dan Bunda untuk merayakan pesta ulang tahun kita. Aku sudah mempersiapkan segalanya, kamu hanya perlu membagikan undangan dan datang ke gedung mengenakan gaun ini. Kali ini, kita tidak akan merayakan ulang tahun sendirian."

Kata-kata Nathan membuatku semakin tidak percaya, aku tidak dapat berkata-kata. Aku refleks memeluk Nathan dengan sangat kencang.

"Terima kasih karena kamu telah menjadi saudaraku." Ucapku dengan penuh rasa syukur.

"Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga."

-()-

Setelah mandi dan berpakaian, aku keluar dari kamarku dengan riang gembira.

"Selamat pagi nona." Sapa El di depan pintu kamarku.

Natasha Alexandra SatsakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang