2

6 0 0
                                        

[22 Desember 20**, 🌹]

Seperti biasanya, kami mengawali pagi dengan sarapan bersama. Walaupun perhatian kami terpecah dengan kesibukan masing-masing, tapi sarapan bersama ini seperti keharusan yang di wajibkan Ayah.

Walaupun Ayah dan Bunda tidak makan satu meja dengan kami, tapi sebelum waktu sarapan, Ayah akan menyambung panggilan video dengan kami.

"Ekhem..." Semua orang melihat kearah iPad yang berada di kursi utama, ayah berdeham untuk menarik perhatian kami. "Sepertinya tahun ini Ayah dan Bunda tidak akan bisa ikut tahun baru bersama kalian, dokter tidak mengizinkannya."

Aku meletakkan sendok dan garpuku, sedikit rasa kecewa muncul di hatiku. Karena sebelum tahun baru adalah ulang tahunku, jika Ayah dan Bunda tidak bisa pulang tahun baru ini, itu artinya Ayah dan Bunda juga tidak akan bisa merayakan ulang tahunku.

"Aku juga harus pergi ke Singapura minggu ini, aku tidak bisa menjamin bisa pulang sebelum tahun baru." Ucap Kak Wisnu.

"Jadwalku juga penuh sampai seminggu setelah tahun baru." Kak Hanum menunjuk jadwal penampilannya yang memenuhi kalender. Sejak menjadi superstar, dia menjadi orang yang sangat sibuk.

Drrrt...

Telepon kak Jeremy bergetar,

"Sebentar ya, halo..." Kak Jeremy berdiri dan berjalan agak menjauh untuk mengangkat telepon itu.

Aku sudah kehilangan semangatku untuk makan. Kak Jeremy pasti tidak akan bisa ikut tahun baru juga, dia selalu menggantikan temannya di rumah sakit.

Kemudian sebuah tangan menggenggam tanganku, aku menatap pemilik tangan itu. Saudara kembarku menatapku dengan penuh makna.

"Ada aku." Ucapnya dengan suara lirih. Aku membalas genggaman itu, ulang tahunku adalah ulang tahunnya juga, harusnya aku tidak perlu memikirkan hal yang belum terjadi.

"Tuan Nathan, mobil sudah siap." Ucap pelayan.

Nathan mengangguk, dia mengambil tasnya kemudian berdiri dan berpamitan.

"Ayah, Bunda, Kakak semua, maaf aku harus pergi duluan."

Nathan pergi meninggalkan meja makan, aku melihat punggungnya menghilang dari balik pintu. Satu per satu saudaraku menyelesaikan sarapannya, kemudian pergi. Menyisakan aku sendirian dengan Ayah dan Bunda di layar iPad.

"Sha, ada yang ingin kamu katakan?" Tanya Ayah.

"Sha rindu Ayah dan Bunda, Sha rindu kita berkumpul satu keluarga di malam tahun baru." Ucapku.

Aku bisa melihat wajah sedih Ayah, Bunda hanya tersenyum kecut sambil menatapku.

"Maafkan kami, tahun ini kami tidak bisa pulang." Aku bisa melihat dengan jelas Bunda dan Ayah sedih mendengar perkataanku.

"Tidak apa-apa, Sha mengerti. Sha bisa merayakannya bersama Kak Win, Than, semua orang di rumah, sambil menonton penampilan Kak Han di TV."  Setidaknya Kak Erwin dan Nathan belum mengatakan ada urusan di malam tahun baru.

"Sha mau sesuatu sebagai penggantinya?" Tanya Bunda.

"Belum Sha pikirkan, boleh Sha tanya Than?"

Sebenarnya ada banyak yang aku inginkan, tapi tidak adil rasanya jika hanya aku yang meminta pengganti. Diantara saudara-saudaraku yang lain, Nathan adalah separuh diriku yang paling berharga. Dia yang paling dekat dan mengerti segala kegelisahan ku. Jadi rasanya keinginannya akan menjadi keinginanku juga.

"Jaga dirimu baik-baik ya, kami sayang Sha." Ucap Ayah, suaranya semakin berat dari terakhir kami bertemu. Kesehatannya memang semakin membaik, tapi tetap saja setiap hari aku memikirkan keadaannya.

Natasha Alexandra SatsakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang