Aku duduk di depan tenda, menunggu persiapan perayaan tahun baru selesai. Memperhatikan para pelayan bergotong royong menyiapkan kursi, tenda, kembang api, makanan dan lainnya.
Dering telepon mengalihkan perhatianku, aku membuka notifikasi pesan yang muncul di layar ku. Sebuah foto yang menunjukan kedekatan Revano dan Tiana muncul di layarku. Kedekatan yang lebih dari sekedar teman biasa, kedekatan yang selalu membuat aku cemburu dan sekarang kedekatan ini membuatku semakin yakin bahwa hati Revano sudah bukan untukku.
"Sha..." Mendengar namaku di panggil, aku langsung menyembunyikan telepon genggamku.
"Iya Kak Win?"
"Sepertinya kakak tidak bisa hadir di pesta ulang tahunmu, tidak apa-apa?" Kak Erwin duduk disampingku sambil menatapku. Dari semua saudaraku, Kak Erwin adalah orang yang paling pendiam dan misterius.
Sebenarnya walaupun Kak Erwin datang, aku tidak akan bisa menemukannya di manapun. Aku menggenggam tangan Kak Erwin dan mengangguk.
"It's ok."
Kak Erwin menyandarkan kepalanya ke kepalaku sambil menggosok-gosok tangannya. Ini adalah arti bahwa Kak Erwin berat untuk melepaskan, ada rasa khawatir di hatinya.
Aku mengetahuinya sejak kecil, saat Kak Erwin untuk pertama kalinya harus sekolah di luar negeri. Dia datang ke kamarku dan tidur di tempat tidurku sambil terus memelukku. Aku bisa merasakan beban di hatinya yang tidak bisa dia tangani sendiri. Sekitar satu jam kami terjaga dan saling bertatapan, tanpa ada satupun yang bersuara.
Sampai akhirnya Kak Erwin bersuara,
"Jika Kak Win jauh dari Sha, Sha tidak boleh menunjukkan kelemahan Sha pada siapapun, Sha harus tetap bersikap tenang dan tidak boleh terbakar amarah. Sha bisa menceritakan apapun pada Kak Win, kakak berjanji tidak akan menceritakannya pada siapapun."Di hari itu aku tahu bahwa kelemahan Kak Erwin adalah aku, meninggalkan aku adalah beban yang selalu menghantui Kak Erwin. Sejak hari itu, kemanapun kak Erwin pergi dia akan selalu menemui ku terlebih dahulu dan menunjuk rasa keinginannya untuk tinggal.
Aku melepaskan genggaman tanganku kemudian memeluk pinggang Kak Erwin dengan erat. Mendapatkan cinta dari orang yang dingin seperti Kak Erwin pasti adalah keberuntungan untuk pacarnya. Dia butuh usaha yang besar untuk meluluhkan hatinya yang seperti es Antartika.
Malam semakin larut, Kak Erwin, Kak Hanum dan Nathan duduk mengelilingi api unggun. Kemudian seorang pelayan tiba-tiba membisik sesuatu kepada Kak Erwin.
"Sha... Ada tamu yang ingin bergabung dengan kita, tapi dia terlalu malu untuk menunjukkan wajahnya, jadi dia memintamu untuk menutup mata." Kemudian El berjongkok di sampingku, menunjukkan sehelai kain.
"Siapa?" Tanyaku.
"Seseorang yang akan menjadi bagian dari kehidupan kamu." Ucap Kak Hanum, aku memiringkan kepalaku.
"Kamu tidak perlu khawatir, kami sudah bertemu dengannya, dia bukan orang jahat." Nathan menambahkan.
El meletakkan sehelai kain itu di hadapan mataku, lalu mengikatnya dengan kuat. Aku dapat merasakan El berusaha agar kain itu tidak mudah terlepas. Keraguan merayap di hatiku, permainan apa yang sedang dimainkan oleh kakak-kakakku.
Beberapa saat kemudian, aku merasakan kehadiran orang lain di sampingku.
"Selamat malam Pak Erwin, Hanum, Nathan dan tuan putri.""Hei!" Teriakku. "Siapa kamu berani memanggilku tuan putri."
"Natasha Alexandra Satsaka!" Aku bisa mendengar suara kak Erwin menginterupsiku.
"Tidak apa-apa, aku mengerti, dia pasti keberatan orang lain memanggilnya dengan panggilan khusus dari keluarganya." Aku mencoba mengingat suara itu, aku pernah mendengarnya, tapi aku lupa dimana. Apa aku mengenal orang ini? Kenapa dia malu menunjukkan wajahnya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Natasha Alexandra Satsaka
RomanceMenjadi putri tunggal yang memiliki 5 kakak laki-laki. Aku harus menjadi perempuan terhormat yang menjaga nama baik keluargaku. Start Writing : 5 Maret 2021