be fine..

13 1 0
                                    




I'm back with more positivity in my self... eventho semester ini aku sibuk, but aku bakal usahain buat nyelesain ini.





"Kak, maaf ganggu waktu kamu. Bunda ngajak makan siang bareng"

Entah sudah berapa kali pesan itu kulihat berulang kali sejak kepulanganku ke Indonesia. Aku sungguh sangat ingin bertemu bunda. Tapi hatiku merasa sesak yang membuat niat dan langkahku pun jadi berat. Aku sungguh belum siap untuk bertemu mereka. Terlebih Karin.

Jam sudah menunjukkan pukul jam 7 malam aku masih dengan rok pramuka dan kaos slim fit hitam berbahan halus dengan kerah segitiga. Aku berpindah dari ranjang ke kursi gantung di kamarku yang mengarah ke balkon. Kulihat kamar Axel gelap menandakan empu nya sedang tak disana.

"Gantara?"

"Iya yah?" Aku membalikan tubuhku mendapati Ayah dengan celemek merah muda yang beberapa bulan ini hanya tergantung di dapur, seingatku.

"Makan yuk.. ayah udah masakin" aku tersenyum dan mengangguk.

"Gantara mandi dan ganti baju dulu yah" lalu Ayah meninggalkan kamarku.

Menutup gordyn pintu balkon dan menyalakan beberapa saklar lampu, lalu aku mengunci pintu kamar. Menanggalkan semua pakaianku dan meletakkannya di dalam keranjang kotor yang 2 hari sekali di bawa ke ruang cuci di samping gudang makanan tepat di lantai bawah kamarku.

Tidak memerlukan waktu lama karena aku tak berendam di bathtub. Memakai rangkaian skin care. Mengenakan celana legging tipis dan kaos oversize dengan wajah billie eilish, kusisir rambut hitam panjangku lalu memakai vitamin dan mengeringkannya dengan highdryer yang tergantung di samping pintu walk in closset ku.


Teringat Ayah menunggu, aku segera turun dan menggenggam iphone 11 putihku. Sepi. Tanpa kusadari aku menarik nafas kasar dan mengusap wajahku. Menuruni anak tangga sampai ke ruang keluarga, lalu aku berjalan menuju dapur.

"Nasi nya kebanyakan gak Ra segini?" Tanya Ayah yang sudah duduk di sisi ujung meja. Aku mendekat dan duduk di sisi sebelahnya. Melihat lauk di meja dan memandang Ayah bergantian.

"Wah udang tumis balado, kesukaanku nih yaa" girangku.

"Iya tau dong Ayah, semenjak kamu di Amsterdam pasti kangen kan pedesnya sambel di indo, makanya ayah buatin ini" aku tersenyum hangat dan mulai menyendok lauk.

Ayah memang yang terbaik. Tak peduli seberapa parah Bunda mencela Ayah. Menurutku dia jauh lebih baik dari Bunda. Ayah ga cuma kerja di kantornya dan istirahat dirumah. Dia pekerja keras, juga chef yang baik. Selain itu ayah sangat suka keadaan rumah bersih dan ahli menggunakan vacum cleaner.

Dia Ayah yang serba bisa dan selalu membuatku bangga dan bahagia hanya dengan memanggilnya Ayah. Tapi aku tidak pernah tahu sebelum ini kalau dia tidak sehebat itu di mata Bunda. Kasian banget si Ayah.. ampe repot masak gini.

"Kerasa kan Ra asinnya?"  Aku mengacungkan jempol dan lanjut menyantap makanan ini.

"Ayah belajar masak di cooking class sebelah kantor Ayah" aku memelankan kunyahan. "Supaya kamu tetep bisa makan banyak makanan yang kamu suka walaupun ga ada bunda dan Bi Inah" lanjutnya.


Aku meneguk air putih. "You did well, Ayah. Makasih yaa" ucapku tulus.

"Gantara seneng kok disini bisa nemenin Ayah, jangan berusaha terlalu keras untuk Gantara ya, Yah?"


Ayah menatapku lalu menunduk dan kembali menatapku. Aku tahu Ayah sangat merasa bersalah begitu hakim menyetujui hak asuhku jatuh di Ayah. Ayah selalu khawatir aku tidak bahagia. Aku lebih bahagia disini sendirian sama Ayah, dibanding disana bersama mereka. Makasih udah nyelamatin aku yah...


RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang