#tak seatap tapi se-atmosfer

4 1 0
                                    

Sebuah hukum perasaan...
Yang pernah ingin pergi,
Namun diurung kembali.
Yang tercekal oleh hati
Hingga Gusar akan pilihan sendiri.

Sebuah hukum alam...
Yang pernah tak peduli,
Karna ego yang menguasai
Kini, menahan untuk pergi
Dengan alasan agar tetap disini.

"1 kepala, 8 tongkat, 4 arah berbeda"
Sebuah gambaran yang semu untuk di ingat.

Kita seatap, tapi selalu berbeda pendapat.
Kita seatap, tapi setiap waktu berdebat.
Apakah mereka lupa bahwa...
Kita masih se atmosfer...

Dalam satu kubah yang sama,
Dengan tanah yang sama,
Juga udara yang sama.

Namun kenapa?
Seakan mereka berbeda
Seakan kalian orang yang asing
Yang dengan gampang memutuskan apa yang sudah di takdirkan.

Hai....
Kalian masih makhluk dia.
Tapi mengapa kalian yang seolah berkuasa.
Seenaknya berucap dan memendam tanpa belas rasa.

Membenci sesama saudara
Saling mencela diantara

Hingga...
Daun kecil ini mau tak mau harus  menopang batang besar nan berat yang kalian ciptakan.

Hingga...
Bintang kecil ini harus rela tenggelam dan tak terlihat diantara mendung yang kalian undang.

Sampai pada itu, sebuah tokoh pertama pergi menemui dia.
Seharusnya dari itu kalian tau.

Sebesar apapun bumi jika terus dihantam ribuan ucapan bak batang besar, di tutupi kumpulan mendung tebal, ia tetap akan  jatuh juga.

Bahkan dia melihat kalian pun menangis.
Kenapa, hal yang ia ciptakan dengan sempurna masih bisa saja mencela.

Hal yang ia ciptakan dengan cinta masih bisa saja runtuh tanpa asa.

Hal yang ia bentuk dengan kasih dan sayang harus hancur dengan duka dan lara.

Tak cukup kah, ribuan liter air menetes dengan sia sia selama ini.
Bertahun tahun mengalir, tiap detik tiap nenit bahkan tiap hari.

Lelah itu nyata
Sakit itu ada
Dan hancur itu kitaa

-mandhifa
5/03/21

Always About MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang