00 : Prolog

484 65 27
                                    


Hari ketiga Masa Orientasi Kampus sungguh mengejutkan, karena Hanbin bertemu orang yang paling dihindarinya di depan aula kampus. Hanbin sudah pergi jauh ke luar dari kotanya dan mereka bertemu lagi semudah itu? Takdir pasti sedang menertawai dirinya sekarang.

Bukan hanya Hanbin yang kaget, gadis itu juga sama. Keduanya merasa dejavu karena pernah mengalami hal yang sama ini 2 tahun lalu. Tapi mereka sama-sama langsung mengubah ekspresi mereka seakan tidak saling mengenal. Hanbin pergi dengan berdecak kesal dalam hatinya.

Ia bahkan berdebat dengan ayahnya untuk memasuki kampus yang ia inginkan ini, karena ayahnya tidak mengizinkan dengan alasan jauh dari siapa pun. Sementara Hanbin memilih kampus ini karena ia ingin menjauh dari siapa pun. Salah satunya adalah gadis itu.

Kejadian tadi sama persis ketika mereka masih di sekolah menengah. Bedanya mereka bertemu di depan ruang kantor guru setelah sekian lama. Hanbin benci sekali melihat gadis itu, tapi takdirnya seakan dirancang untuk selalu dipertemukan dengan Lisa.

****


2 tahun lalu, di depan ruang guru.

Pagi hari itu, Hanbin yang baru saja sampai di sekolah melewati koridor ruang guru untuk menuju ke kelasnya. Tak sengaja berpapasan dengan seorang gadis yang baru keluar dari ruang guru. Gadis itu tidak pernah terlihat di sekolahnya selama ini, tapi otak Hanbin mengingat jelas siapa gadis ini hanya dalam sekali lihat.

Hanbin menatap tajam ke arahnya, berbeda dengan Hanbin gadis itu menunjukkan wajah terkejutnya setelah beberapa detik mengamati wajah Hanbin baik-baik.

Tidak butuh waktu lama, Hanbin langsung menariknya dengan kasar ke tempat yang lebih sepi.

Gadis itu terlihat kebingungan juga khawatir. "Sakit, lepas!" teriaknya kesakitan.

Setelah sampai di belakang sekolah, tempat yang cukup sepi Hanbin langsung menghentakkan tangan gadis itu. Ia menatap tajam gadis itu seakan ingin menerkamnya hidup-hidup. Mata Hanbin benar-benar menyeramkan, hingga membuat gadis itu ketakutan.

"Demi apa pun, gue gak tau lo ada di sekolah ini!" katanya dengan menutup mata dan mengacungkan dua jari peace-nya sekaan sedang bersumpah.

"Pindah!" ujar Hanbin dengan suara dingin.

Mendengar suara yang seperti perintah itu, gadis itu membuka matanya takut-takut. "Ini baru hari pertama, bahkan belum beberapa jam gue di sekolah ini."

"Pindah!"

"Gak semudah itu," ujarnya frustrasi.

"Gue bilang pindah!" kata Hanbin memaksa.

"Bukan gue yang mau pindah ke sini. Please, kita pura-pura gak kenal aja. Gue janji gak akan ganggu kehidupan lo, gue ga akan muncul di depan lo juga. Pleaseeee!" Gadis dengan rambut panjang berponi itu menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada untuk memohon kepada Hanbin.

Entah kenapa Hanbin tidak memiliki keyakinan bahwa gadis ini tidak akan muncul di depannya dan tidak mengganggu kehidupannya. Hanbin sangat tidak yakin. "Gue mau lo pindah!" kata Hanbin dengan nada hampir membentak.

Gadis itu tidak tau harus bagaimana selain berjanji. "Gue janji gak akan ganggu hidup lo, serius!" katanya menahan rasa takut. "Janji!" Karena tidak mendapat jawaban apa-apa dari Hanbin, gadis itu mengartikan bahwa Hanbin setuju. "Oke, gue cabut duluan." Karena masih ada keperluan yang harus diurus lagi di ruang tata usaha akhirnya ia pergi meninggalkan Hanbin.

Tak lama bel masuk sekolah berdering. Hanbin bergegas menuju kelasnya dengan perasaan tidak nyaman yang menggeluti hatinya.

Hanbin benci melihat gadis itu. Ia berdoa semoga saja mereka tidak akan pernah bertemu walau satu sekolah.

Lima detik kemudian doanya langsung dijawab. Seorang guru yang merupakan wali kelas masuk ke kelas, dengan seorang murid baru yang mengikuti di belakangnya.

Doa Hanbin ditolak, mungkin karena ia kurang beriman dan berdoa hanya seperlunya saja hingga doanya tidak terkabulkan. Gadis yang berjanji tidak akan muncul di hadapannya kini berada di depan kelas, yang artinya mereka sekelas dan sudah pasti akan bertemu setiap hari.

"Silakan perkenalkan nama kamu," kata wali kelas.

"Perkenalkan nama saya, Lalisa. Semoga kita bisa berteman, mohon bantuannya. Terima kasih."

"Hai Lalisa," sapa seisi kelas kecuali Hanbin.

"Kalian bisa lanjut perkenalan nanti jam istirahat ya, Lalisa kamu boleh duduk di bangku yang kosong. Semuanya dibantu ya kalo Lalisa kesulitan. Sekarang kalian buka buku paket biologi halaman 27, dibaca dulu nanti ibu jelaskan setelahnya."

Gadis bernama Lalisa itu memilih bangku kosong yang ada di kelas, karena hanya tersisa satu bangku kosong. Tanpa menunggu lagi Lisa langsung menuju bangku itu. Matanya bertemu dengan seseorang yang duduk di bangku kosong itu, Lisa menahan rasa terkejutnya mengetahui fakta bahwa Hanbin berada di kelas yang sama dengannya, dan ia akan duduk di depan bangku Hanbin. Melihat mata Hanbin yang menajam ke arahnya Lisa duduk dan berusaha mengabaikan tatapan elang itu.

"Bu izin toilet!" Hanbin langsung berdiri dari bangkunya meninggalkan kelas tanpa persetujuan lagi.

****

Bersambung ~

Karena udah mendekati bulan puasa diriku jadi kangen nulis, akhirnya ku memilih untuk buat story baru hanlice!

See you!

_____

Jumat 09 April 2021
avuracadavura

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang