Kelima

26 7 0
                                    

Yoon duduk sendirian di kantin setelah pergi dari rooftop dengan marah. Penyebabnya siapa lagi kalau bukan Jake Sim. Dengan bibir cemberut, dia menumpukan kepalanya di meja, berharap bel pulang segera berbunyi.

Namun, harapannya musnah saat menyadari bahwa Jake mengikutinya turun ke bawah. Cowok satu itu bahkan duduk di depannya tanpa beban. Pura-pura tak sadar akan tatapan sebal Yoon.

"Lo ngapain sih ngikut-ngikut gue? Gak ada kerjaan?" tanya Yoon ketus.

"Emang."

ARGH. Kata orang-orang, Jake Sim itu cool, keren dan baik hati. Tapi, apa ini? Dia bahkan jauh lebih menyebalkan dari bayangan Yoon.

"Ngapain sih duduk di sini? Kantin luas! Lo bisa duduk di mana aja! Kenapa harus depan muka gue??" omel Yoon.

Jake tersenyum. "Justru karena gue bisa duduk di mana aja, makanya gue duduk di sini. Kok lo marah-marah mulu sih?"

"Ya, kok lo nyebelin sih?" sahut Yoon jengkel sejengkel-jengkelnya.

"Soalnya kalo gue baik juga, takutnya nanti lo makin naksir," jawab Jake dengan senyum miring, membuat Yoon otomatis melempar ekspresi nyaris muntah.

"Gila ya, mending gue naksir sama abang-abang cilok depan sekolah daripada sama lo?? Jangan ngimpi!" respon Yoon sewot.

Gadis berponi rata itu buru-buru angkat kaki dari sana hendak kabur ke belahan dunia mana pun yang tidak ada Jake Sim-nya. Tapi, alih-alih sadar dan undur diri, Jake dengan percaya dirinya berjalan menjajari Yoon.

"Lo ngapain sih ngikutin gue terus?? Mending ngerjain PR kek atau ngepel kamar mandi atau apalah! Sana!" usir Yoon frustasi dengan tingkah cowok satu itu.

Jake memiringkan kepalanya. "Lo siapa nyuruh-nyuruh gue?"

"Lo siapa ngikut-ngikut gue??" erang Yoon.

Jake menegakan tubuhnya lalu tersenyum manis. "Sim Jaeyun. Gue Sim Jaeyun."

"Gue gak nanya nama lo!" seru Yoon.

"Loh, tadi lo kan nanya siapa gue. Yaudah gue jawab, soalnya kayaknya lo sangat tertarik sama gue," jawab Jake masih dengan senyuman manis terpampang di wajah.

"GILA!" Saking frustasinya menghadapi pemuda itu, Yoon memilih berlari kabur dari sana sembari dalam hati mengabsen semua sumpah serapah yang dia pernah pelajari sepanjang hidupnya.

Sim Jaeyun? Oh, baru mendengar namanya saja sudah membuat Yoon mual. Apalagi kalau teringat wajah tengil itu, lebih baik dia diperbudak Pak Yunho membersihkan laboratorium tiap minggu daripada harus berhadapan manusia sejenis cowok over percaya diri macam Jake.

🌠🌠🌠

Hari sudah sore namun Jake sama sekali tak ada niatan untuk pulang. Malahan, dia baru saja membeli roti dan sebotol air mineral sebagai bekal untuk bermalam di sekolah.

Seragam volinya terserak di lantai. Tadinya hendak pemuda itu buang, kalau saja dia tak ingat pada ayahnya. Netra Jake bergantian menatap seragam itu dan tangannya yang terbalut perban. Ada baiknya juga dia patah tulang begini, setidaknya dia tidak harus berlatih voli tanpa libur seperti yang selalu ayahnya wanti-wanti.

Jake akhirnya punya waktu untuk dirinya sendiri. Melakukan apa yang ingin dia lakukan, tapi sebelumnya tak bisa karena terlalu sibuk.

Banyak hal tak biasa yang akhir-akhir ini mulai Jake lakukan. Salah satunya, mengganggu gadis berponi rata bernama Yoon yang entah kenapa selalu marah-marah ketika bertemu dengannya.

Ekspresi gadis itu terutama wajahnya yang memerah tiap menahan emosi entah mengapa kerap membuatnya terhibur.

Kalau dari cerita Haruto sih, Yoon merasa bersalah karena dari sudut pandangnya, Jake jatuh dari gedung tempo hari disebabkan tak lain dan tak bukan oleh perkataannya waktu itu.

Akan tetapi, satu hal yang gadis itu tidak tahu adalah Jake jatuh dari lantai empat gedung baru sekolah sama sekali bukan karena ingin mengakhiri hidup. Dia hanya ingin mengambil bola voli pemberian ayahnya yang tanpa sengaja terjatuh ke atap lantai tiga.

Jadi, gadis itu sebenarnya tidak perlu merasa bersalah sama sekali. Meski begitu, untuk saat ini Jake belum ingin menjelaskan situasinya. Karena dia masih butuh alasan untuk bicara pada Yoon.

"Sim Jayun, dasar."

🌠🌠🌠

Kirari ㅡ Jake ft Yoon ( 2Shim )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang