Setiap malam yang dilakukan Hira hanya menatap jendela kamar, melihat bulan bersinar berharap dunianya akan secerah bulan itu
-
-"Berhenti disana" Irene menyilang tangannya
"maaf mah, Hira tidak tahu kalau papah akan datang hari ini" Hira menunduk gemetar
"Bodoh" Irene menggenggam tubuh kecil Hira dengan kedua tangannya "mamah sudah bilang jangan pernah membuat kesalahan sedikit pun di depan papah, kalau kamu tidak mau di buang seperti mamah Hira!
kamu harus bisa buat dia menoleh kearahmu kamu tunjukin bahwa kamu layak menjadi anaknyaa" tegas Irene dengan tatapan yang tajam menyorot ke mata Hira
"Hiraa... Kan me..mang anak papah" jawab Hira ragu ragu sambil menahan tangisnya"Hahahhaha"tawa kesal Irene yang kembali menatap tajam Hira "apa kamu pernah diperlakukan sebagai putrinya hira???????" Tanya Irene matanya memerah seolah olah menahan kesakitan yang dalam mendengar pernyataan anaknya yang jelas tidak mengerti apa peran ayah yang sebenarnya karena Hira memang tidak pernah merasakannya.
"Ma..maah jangan naangiss, maafin Hira" jawab Hira sambil menghapus air mata Irene dengan tangan mungilnya
Irene menghempas tubuh mungil Hira hingga jatuh kelantai "kembali kekamar jangan keluar sampai papah keluar rumah" Irene tidak mau Hira melihat kelemahannya.
Irene sadar bahwa mentalnya ini tidak sehat kadang ada kalanya emosinya meluap secara tiba tiba ketika melihat Hira seorang bocah yang ingin ia benci tetapi tidak pernah bisa rasa sayang sebagai seorang ibu selalu muncul secara bersamaan ketika Irene mencoba membencinya.
Satu satunya cara dengan meredakan emosinya Irene selalu mengkonsumsi obat penenang."Akhhh" keluh Hira masih diam melihat Irene yang sedang mencari sesuatu bahkan gelagatnya pun aneh, Hira berdiri menghampiri Irene yang sedang mengacak acak laci yang ada di mejanya
"Ma mahh" menyentuh tangan Irene dengan hati hati "PERGIIII Hira" teriakk Irene histeris sambil mengeluarkan air mata.Teriakan itu sangat keras bahkan terdengar sampai ruangan Yuda
Hira yang kaget melihat mamahnya yang seperti itu,, langsung memeluk erat Irene dan Irene pun kembali mendorong Hira lebih keras hingga akhirnya kepala Hira terbentur dinding mengalami pendarahan yang lumayan parah di kepalanya
Irene yang sadar apa yang dia lakukan hanya teriak menggila
mengambil obat yang sedari tadi ia cari dan menenggak seluruh obat itu sambil meraih tangan mungil Hira yang sudah tidak sadarkan diri "hiraa maafin ma..mahh"
"Kamu gaboleh mati, hiraaa bangunnn" menepuk nepuk pipi hiraa sambil mengangis histeris bahkan Irene pun mulai kehilangan kesadaran karena terlalu banyak mengkonsumsi obat penenang
-
-
Yuda mendengar suara teriakan Irene "Irene??" batin Yuda ia merasa kekhawatiran akhirnya dia berjalan kearah ruangan Irene yang berada di lantai 2 sedangkan ruangannya berada di lantai 3 semakin mendekat semakin keras terdengar suara teriakan itu, Yuda mempercepat langkahnya dan berdiri diam di depan ruangan Irene tidak lama kemudian terdengar suara benturan dinding
Yuda langsung membuka pintunya tetapi terkunci "Irene sedang apa kamu" teriak Yuda yang khawatir sebenci apapun dia dengan Irene tetapi masih ada rasa simpati yang tersimpan
Ia mendengar Irene menyebut nama Hira, Yuda langsung mendobrak pintu dengan sekuat tenaga tetapi tidak berhasil dia mencoba berulang kali
Sampai di dalam ruangan itu sudah tidak terdengar suara apa pun
Yuda panikk sekali lagi dia mencoba mendobrak pintunya dengan tenaga yang tersisa dan akhirnya bisa terbuka.