SURAT Terakhir

168 46 6
                                    

Waktu Jenggala masuk rumah, meja ruang tengah bersih tak ada surat yang senantiasa menantinya seperti beberapa hari lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu Jenggala masuk rumah, meja ruang tengah bersih tak ada surat yang senantiasa menantinya seperti beberapa hari lalu.

Giat saja, Jenggala tanya Bi Sum, katanya memang hari ini tak ada surat yang diantarkan. Ya sudah, mau bagaimana lagi, pikir Jenggala masih ada esok.

Tapi besoknya, surat itu juga tak kunjung tiba, Jenggala sedikit gelisah, apa sedang terjadi sesuatu pada gadis itu.

Padahal surat terakhir yang ia baca pun dibuat enam bulan lalu, seharusnya sih sekarang masih banyak surat yang belum terkirim.

Lalu, sehari, dua hari hingga seminggu terlalui, surat pun tak datang lagi.

Jenggala pasrah, mungkin gadis itu sudah memutuskan untuk tidak menjadi pengagum rahasia lagi.

Dan hari-hari Jenggala pun terlewati dengan biasa, soal surat pun tak ia ceritakan pada kawan-kawannya.

Hingga, saat ia akan pergi ke kantin, tak sengaja mata Jenggala menangkap kertas yang warnanya mirip dengan surat dari sang pengagum rahasia dibawa oleh seorang gadis yang sedang berjalan dengan kawannya melewati fakultas Jenggala.

Sigap saja Jenggala mengejar dan meraih lengan gadis itu.

“Kamu ya? Yang ngirim surat ke aku?” tanya Jenggala, gadis itu hanya melongo.

“Maksudnya?”

“Itu, kertas itu, surat yang sering kamu kirim kerumah ku kan?”

“Hah? Enggak, ini bukan punya aku,” katanya, sambil menunjukan beberapa buku tebal yang gadis itu dekap. “Ini tuh punya teman aku, barang-barang yang masih dilokernya.”

Jenggala pun terkesiap, lalu meminta suratnya dengan ramah. “Boleh lihat suratnya nggak?”

Gadis itu pun akas menyodorkan. Ketika dibuka, benar saja tulisannya sama dengan surat yang Jenggala terima, namun yang tertera di kertas itu hanyalah puisi beberapa bait.

“Kamu tahu yang punya surat ini siapa?” tanya Jenggala.

“Itu punya nya Jingga, anak Sastra Indonesia.”

“Oh, boleh minta nomor teleponnya nggak?”

Gadis itu terdiam sesaat sebelum menjawab, memberikan raut wajah hambar.

“Udah nggak ada.”

“Maksudnya?”

“Jingga udah nggak ada, dia meninggal sebulan lalu gara-gara kecelakaan.”

Dan Jenggala hanyut dalam lautan dalam, pikirannya mendadak kalut, sosok pengagum rahasia yang ingin sekali ia temui, ia sapa, dan ia beri senyum, ternyata sudah meninggalkan semesta lebih dulu, padahal Jenggala amat ingin menatap wajahnya dari depan tanpa harus menoleh kebelakang.

Kawan sang gadis yang sedari tadi diam pun tiba-tiba menunjuk wajah Jenggala.

“Kamu Jenggala ya?” tanyanya, Jenggala pun mengangguk dengan air wajah redum. “Ah, ini cowok yang disuka Jingga, tahu kan surat-surat yang dibawa Marcell, pasti dikirimin ke dia.”

“Ah bener juga, Marcell yang ngirim suratnya pasti —oh ya kamu dapat kiriman surat?”

“Iya,” balas Jenggala.

“Itu yang ngirim sepupunya Jingga, anak Teknik, sekarang sih lagi cuti pulang kampung, kayanya lagi berduka banget gara-gara Jingga meninggal. Ya sudah itu suratnya bawa aja ya. Kayanya isinya buat kamu.”

Setelah itu, sang gadis dan kawannya pergi meninggalkan Jenggala sendirian yang terdiam, tangannya sedikit gemetar memegangi surat terakhir yang ia terima, padahal isinya hanyalah puisi sederhana.

“Alang-alang menumbuhi tanah gersang

Hujan tak kunjung datang, disaat kepala butuh tenang

Semesta, apa kau dengar? Ada lelaki yang ku cinta dari punggung belakangnya

Sederhana, namun nyatanya sukar diterima

Tersekat jarak, namun enggan mendekat

Aku terlena dalam diam, dan rasaku semakin lebar

Hidupkanlah aku sampai akar, untuk menompang batang yang kuat

Hingga, ia sadar, yang ia temui daun berguguran, adalah bukti tangisan ku

Bahwa aku, hanyut dalam rasa suka padanya.”

—selamat tinggal, Jenggala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—selamat tinggal, Jenggala.

SURAT - short story of Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang