empat

656 126 27
                                    

"Mama!" Leon yang baru aja masuk ke dalam flat kecil mereka langsung lempar tasnya ke sembarang arah, wajahnya ditekuk dan pipinya basah penuh air mata.

Lucy yang tengah melipat pakaian segera hampiri dia, elus-elus pipi selembut mochi itu lalu tanya pelan-pelan apa yang terjadi sama putranya.

"Tadi ada yang hiks ejekin Iyon, katanya Iyon nda punya Papa hiks hiks...."

"Leon...."

Bocah itu merengek, berusaha lepas dari pelukan Lucy lalu terduduk dilantai dengan kaki yang dihentak-hentakkan.

Ini tantrum pertama Leon, dan Lucy cukup terkejut karna permasalahannya adalah Papanya.

"Leon punya Papi kan? Kenapa gak bilang sama temen-temen kalo Leon punya Papi?"

Anak itu merengut, usap matanya lalu berkacak pinggang, "Papi itu bukan Papa aku! Kata Sungji, Papi itu cuma teman Mama, bukan Papa aku."

"Sungji tau darimana?" Tanya Lucy bingung, heran kenapa anak kecil seperti itu bisa paham dengan situasinya.

"Kata Ibunya, dia dengal sendili Ibunya cama tetangga yang lain bicala gitu soal Mama."

Astaga, ibu-ibu menggosip itu benar-benar gak bisa tutup mulutnya ternyata.

"Leon gak usah sedih ya nak? Terkadang memang ada yang seperti Leon, tapi kan kamu punya Mama, jadi semuanya bakal baik-baik aja."

"Benelan?"

Lucy mengangguk, pilih gendong Leon lalu bawa keluar saat bunyi ketukan pintu sapa pendengarannya.

"Iya sayang, kamu gak usah khawatir ya? Kita berdua baik-baik aja meski cuma punya satu sama lain. Mama janji, Mama akan lakukan yang terbaik untuk kamu. Jadi Leon jangan sedih ya?"

"Eum, Mama." Balas si kecil dengan senyum malu-malu, pilih bersandar dibahu sang Mama sembari kedua tangannya mengalung erat dileher Lucy.






"Siapa?" Tanya Lucy saat membuka pintu, seketika napasnya tercekat kala seorang wanita dengan pakaian santai berdiri dihadapannya.

"Waktunya bayar uang sewa, awas kalau menunggak lagi! Udah saya kasi waktu seminggu ya! Kamu pikir kamu bisa seenaknya tinggal disini hah?"

"Maaf Bu, maaf." Ucap Lucy lalu menurunkan Leon dari gendongannya, "Baby masuk kamar dulu ya? Nanti Mama samperin."

"Nda mau!"

"Nurut ya, nak? Mama mohon?"

"Hmph! Otay!"

"Kamu kalau gak sanggung sekolahkan anakmu ya mending gak usah, uangnya kamu pakai buat bayar sewa. Sok-sokan sekolahkan Leon sih!"

Lucy menunduk, rasanya mau mengamuk tapi berusaha keras untuk dia tahan.

"Maaf ya Bu, gaji saya dari pabrik belum keluar. Tapi dua hari lagi gaji part time saya cair kok, saya bisa bayar setengah dulu, gak papa ya Bu?"

"Setengah?! Kamu udah nunggak Lucy! Mending kamu pergi aja dari sini kalau besok belum ada uang untuk lunasi biaya sewa. Kamu pikir ini dinas sosial apa? Saya juga butuh makan tau!"

Lucy mengangguk, "Baik, Bu. Nanti saya cari pinjaman kalau begitu."

"Nah, lebih baik gitu. Lain kali jangan sombong makanya, pake acara sekolahkan Leon di TK bagus segala, dia juga gak bakal lanjut kalau kamu bayar biaya sewa aja gak mampu."

"Iya, Bu. Saya paham kok, tapi untuk Leon, saya tidak akan keluarkan dia dari TK. Dia pintar dan saya akan lakukan segala hal biar dia dapat pendidikan terbaik."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Baby LionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang