𝟭| 𝗦𝗲𝗲𝗶𝗻𝗴 𝗬𝗼𝘂

1.5K 180 41
                                    

"Sialan, dimana buku catatanku?"

(Name) yang sedang meminum Iced Coffee Raspbery Float miliknya lantas menoleh ke sumber suara. Di sana ia menangkap sosok Eren di matanya yang sedang kalang-kabut dan sibuk dengan urusannya sendiri. Mencari buku catatannya, nampaknya. Gadis berusia awal dua puluh itu lantas mengernyit heran. Bagaimana bisa lelaki jangkung dengan surai sebahu itu lupa menyimpan barang sepenting itu. Apalagi ketika mereka berdua akan melakukan kerja kelompok seperti ini.

Setelah tegukan terakhir berhasil masuk ke dalam kerongkongan dengan sempurna, gadis itupun menyahut. "Kau sudah coba cari di tasmu?"

Eren kemudian mengangguk sebagai respon akan pertanyaan sang gadis di dekatnya. "Sudah, dan aku tidak menemukannya."

(Name) semakin mengernyit bingung. Ia lantas bangkit dari sofa dan ikut membantu si lelaki untuk mencari barangnya. Namun karena tak kunjung menemukan apa yang dicari, keduanya akhirnya berhenti melanjutkan usahanya.

"Coba kau tanya Armin, aku akan menelepon Mikasa." Usul (Name), yang lalu diangguki oleh Eren.

"Kau benar. Siapa tahu buku itu terbawa oleh mereka."

Baik (Name) dan juga Eren lantas meraih smartphone keduanya dengan segera. Eren sibuk mencari kontak dengan nama Armeen, dan (Name) yang juga sibuk mencari kontak dengan nama Eren Simp. Hendak bertanya mengenai keberadan buku itu kepada keduanya. Kenapa Armin dan Mikasa? Tentu saja karena dua sahabatnya itu sempat ikut serta sore tadi ke WacDonald bersama ia dan juga Eren. Menghabiskan waktu sebentar untuk berbincang sejenak sambil menunggu pesanan datang untuk dibawa pulang, sekaligus menikmati kentang goreng dan cola sebentar. Sebelum akhirnya meninggalkan tempat dan berpisah di jalan.

"Bagaimana? Armin menjawab?" Tanya (Name) dengan smartphone menempel pada telinga sebelah kanan. Masih mencoba menghubungi Mikasa.

Eren kemudian menggeleng pelan, "Tidak diangkat. Sepertinya dia masih di jalan." Ucap Eren setelahnya. Yah, memang jarak rumah Armin dan juga Mikasa lumayan jauh. Berbanding terbalik dengan rumah Eren yang amat dekat dari kampus, sehingga sering digunakan ia maupun teman-temannya sebagai basecamp ataupun mengerjakan tugas kelompok. Apalagi rumah Eren yang saat ini hanya dihuni olehnya sendirian. Yah, kedua orang tua lelaki itu memang sudah meninggal sejak lama, sedangkan sang kakak laki-lakinya jarang pulang ke rumah karena pekerjaan di luar kota. (Name) sendiri pun juga tidak pernah mengetahui dan melihat sosok kakak laki-laki Eren sejauh (Name) mengenal pria itu sedari awal memasuki kampus juga satu program pendidikan dengan Eren.

Tak lama kemudian, panggilan dari smartphone (Name) akhirnya dibalas oleh Mikasa. Dengan segera pun ia akhirnya memberi tahu Eren. "Ah, Mikasa mengangkat teleponnya!"

Lelaki dengan netra sewarna giok emerald itu lantas melihatnya dengan antusias. "Bagus!"

(Name) pun memutuskan untuk fokus pada panggilan telepon dengan sosok Mikasa jauh di sana. "Halo, Mikasa. Aku ingin bertanya sesuatu padamu." Ujar (Name).

(Name) mendengar suara kasak-kusuk dari seberang telepon. "Ah, maaf (Name). Aku baru saja pulang. Kau ingin bertanya apa?" Suara Mikasa pada akhirnya mengalun setelah beberapa saat hanya terdengar suara ribut dan ramai dari telepon.

"Ah, maafkan aku mengganggumu. Tapi, apa kau tadi sempat melihat buku berwarna merah milik Eren?" Tanya (Name) pada akhirnya.

"Buku merah?" Tanya Mikasa. "Sebentar, aku cek dulu isi tasku. Mungkin saja buku itu terbawa ke dalam tasku."

"Baiklah." Ucap (Name). Beberapa saat kemudian ia mendengar suara kasak-kusuk lagi melalui telepon. Nampaknya Mikasa sedang sibuk mencari-cari keberadaan sang buku itu di dalam tasnya. Namun tak lama kemudian, ia mendengar suara gadis bersurai kelam itu kembali.

𝐌𝐀𝐑𝐑𝐘 𝐘𝐎𝐔𝐑 𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑 | 𝘇𝗲𝗸𝗲 𝗷.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang