Keputusan

50 7 4
                                    

Pertanyaan Yongi membuat kamu terus kepikiran. Padahal kamu cukup menjawab "iya" meskipun harus berbohong. Setelah bertanya Yongi pun hanya memberikan senyum simpul dan meninggalkan kamu di lobby kantor yang masih mematung.

"Apa dia mulai menyesal menikah dengan ku?" gumam mu sambil melihat bagian punggung Yongi yang terus berjalan.

"Atau sebenarnya aku yang menyesalinya?" tanya kamu lagi dalam hati.

Lamunan kamu buyar saat mendapatkan notifikasi dari bawahan kamu. Pelaku peretasan sudah ditemukan. Nyatanya ia bukan seorang ahli.

 Nyatanya ia bukan seorang ahli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu terduduk lemas. Siapa sangka, orang yang mengulurkan bantuan adalah pelaku sebenarnya. Emosi kamu begitu tercampur aduk. Bagaimana mungkin Yongi tega menghancurkan bawahan sekaligus istrinya.

Draakk...

Kamu mendorong pintu ruangan Yongi dengan keras, sorot mata para karyawan langsung teralihkan ke kamu.

"Mau kamu apa sih?" bentak kamu sambil menyodorkan kertas berisi bukti peretasan.

"Tadi kan aku nanya, apa kamu bahagia dengan pernikahan kita?"

"Gak! Aku gak bahagia sama sekali. Lalu, apa harus dengan cara seperti ini kamu menunjukkan kebencian?"

"Aku gak pernah bilang membencimu." Nada bicara Yongi benar-benar tenang, bahkan terlampau tenang.

Sambil menarik nafas cukup berat, "Kamu mau kita cerai? Apa segitu gak nyamannya kamu menikahi ku? Lalu kenapa kamu menikahi ku dan membuang waktu selama satu tahun?" Amarah kamu benar-benar mencapai titik puncaknya.

Yongi hanya tersenyum. Dia memandangi kamu dengan tatapan lembutnya. Benar-benar seperti tidak melakukan sebuah kesalahan.

"Jadi, kamu datang ke sini untuk minta cerai ke aku atau minta penjelasan soal peretasan?"

Sosok Yongi benar-benar sulit ditebak. Kamu gak pernah bisa mudah paham dengan apa yang sedang ia pikiran. Bahkan bisa dikatakan 7x24 jam kamu selalu bersama Yongi, tapi tetap aja kamu gak pernah bisa paham.

Kamu memejamkan mata dan mengatur nafas, "Pertama jelasin alasan seorang pimpinan meretas divisi anak buahnya. Kedua, jelaskan kenapa kamu terus bertanya apa aku bahagia dengan pernikahan kita?" Mata kamu menajam saat menatap Yongi yang masih terlihat sangat santai.

"Ok, aku akan jawab keduanya sekaligus." Yongi berdiri, menutup tirai dan pintu ruangannya.

Dia berjalan ke arah kamu. Menarik kamu cukup kuat hingga ke pelukannya. Dipegangnya dagu kamu dengan tangannya.

Senyum di wajah Yongi mulai memudar, kini untuk pertama kalinya kamu melihat tatapan Yongi yang sesungguhnya. Dia begitu dingin, tanpa belas kasih sedikit pun.

Dikecupnya bibir kamu dengan cepat. Kamu memberontak berulangkali. "Kalau teriak, mereka yang menunggu di luar akan masuk lho. Kamu mau ditonton banyak orang?" Bisik Yongi ke telinga kamu.

Yongi menjatuhkan dirinya ke atas sofa di ruangannya dengan kamu berada di atasnya.

"Satu tahun kita gak pernah melakukan hal seperti ini. Itu jawaban untuk kedua pertanyaan kamu."

Yongi menyingkirkan kamu dari pangkuannya. Membenarkan pakaiannya sambil berkaca. Ditatapnya kamu melalui pantulan kaca, "Rapihkan pakaian mu dan keluar lah."

Bersambung....

Maaf ya kalau episode kali ini kurang menarik, semoga kalian tetap suka dengan ceritanya.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang