Kenyataan

22 4 2
                                    

       Satu bulan berlalu, Yongi kembali ke kantor. Seperti biasanya, karisma Yongi memang selalu berhasil menyilaukan mata. Ia benar-benar terlihat fresh, wajahnya jauh lebih cerah. Mungkin karena efek potongan rambutnya yang diubah, atau karena pakaian yang ia gunakan.

Gaya smart casual bergitu padu ditubuh Yongi. Ia menunjukan kesan santai namun tetap rapih. Blazer semi jaz warna biru dongker , kemeja hitam, celana chino hitam, dan sepatu loafers begitu nampak serasi di tubuh Yongi yang berkulit putih. 

Seperti tidak terjadi apa-apa ia bekerja seperti biasanya. Sementara karyawan lain masih menatap Yongi dengan sedikit kesal. Terutama anak di divisi kamu. Mereka masih membicarakan sikap Yongi yang terkesan tidak peduli dengan apa yang sudah dilakukannya.

"Pak Yongi kok cuek banget? Wajahnya kayak gak ada dosa banget." 

"Pak Yongi udah dateng?" tanya kamu.

"Hm? oh, iya mbak. Tadi kita lihat pak Yongi di lobby."

Kamu pun menyimpan kopi yang ada di tangan kamu di atas meja staf tersebut dan berjalan ke ruangan Yongi. Sudah bisa ditebak, melihat caranya kamu berjalan semua tau kalau kamu begitu kesal ke atasan kamu sekaligus suami kamu.

***

       Tok... Tok.. Tok..

Setelah mengetuk kamu langsung masuk ke dalam ruangan Yongi. Bahkan sebelum dia mempersilahkannya. Yongi hanya tersenyum manis ke arah kamu. Sementara kamu udah campur aduk perasaannya.

"Aku---"

"Duduk dulu," perintah Yongi.

Yongi mengunci pintu ruangannya, dan menutup semua jendela di ruangannya. "Gimana? Nikmat gak bermain dengan JH?"

Kamu hanya tersenyum hambar. "Sekarang tepati janji kamu." 

"Are you Happy?"

Lagi. Lagi-lagi Yongi menanyakan hal tersebut ke kamu. "Dalam konteks?" Kamu benar-benar jengah dengan sikap Yongi.

"Hm. Bercinta dengan JH, orang yang sebenarnya kamu cintai tapi gak bisa dimiliki. Masalah keluarga dan divisi juga udah selesai. Sekarang, apa kamu udah bahagia?"

"Kamu tau kenapa aku gak bisa bersatu dengan JH, untuk masalah keluarga ku seingatku sejak awal aku tidak meminta kamu untuk membereskannya? Sementara masalah divisi? Itu udah kewajiban kamu!"

"Setelah bercinta dengan JH apa sekarang udah bisa bercinta dengan suami sendiri?"

Jlep. Dada kamu benar-benar terasa sesak. Selama ini Yongi tau alasan kamu selalu menolaknya. Ada rasa yang masih tersisa dengan JH. Seseorang yang tidak bisa kamu miliki karena ia harus menikahi seorang perempuan yang dihamilinya.

"Se-sejak kapan kamu tau?"

"Gak usah kaget gitu. Karena kamu terlalu sibuk memperhatikan pria lain, kamu tidak tau ada seseorang yang menyukaimu sangat dalam."

"Kamu suka sama aku?"

"Ya. Sejak awal kita bertemu."

Ya ampun, itu sudah 10 tahun yang lalu. Yongi menjadi senior di kantor kamu yang mentraining selama tiga bulan saat kamu magang. "Jadi alasan kamu mau nikahin aku saat aku minta?"

"Sepertinya tidak usah dijelaskan, sudah cukup dewasa kamu untuk bisa memahaminya."

Entah harus bagaimana, tapi yang jelas kini perasaan kamu begitu campur aduk. Ada perasaan bersalah yang menyelimuti diri kamu.

"Menurutmu, kenapa JH tiba-tiba datang malam itu ke kantor dan akhirnya bisa tidur denganmu?" tanya Yongi dengan menatap kamu begitu intens.

Kamu hanya menggelengkan kepala. Saat ini otak kamu tidak bisa berpikir secara jernih lagi. Kamu merasa semua hal yang akan kamu ucapkan akan salah.

"Aku yang memintanya."

Air mata kamu benar-benar tumpah usai mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh Yongi.

"Kenapa? Kenapa kamu melakukannya?"

"Agar kamu bahagia. Simple."

***

       Kamu pulang lebih terlambat dari biasnya, mungkin karena ingin menghindari percakapan dengan Yongi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Kamu pulang lebih terlambat dari biasnya, mungkin karena ingin menghindari percakapan dengan Yongi. Sudah pukul 11 malam kamu baru nyampe rumah. Tapi Yongi masih menonton televisi, ia seperti menungu kamu pulang. 

Benar saja, pas kamu nyampe dia langsung mematikan tv dan ke kamar. 

Kamu benar-benar merasa canggung berada di dalam satu kamar dengan Yongi. Setelah kamu ganti baju dan menuju kasur ia Yongi ternyata belum tidur, justru menatap kamu dengan intens. 

"Ke-kenapa?"

"Masih suka lembur?"

"Iya. Kerjaan enak diselesaikan pas semua orang udah gak ada."

"Jangan dibiasakan, nanti anak buah kamu ngikutin juga dan sistem di kantor akan kacau nantinya." Disini Yongi benar-benar terdengar sebagai seorang atasan yang baik.

Kamu hanya mengangguk.

"Canggung ya? Yaudah, aku keluar aja. Bisa tidur di kamar tamu." Yongi benar-benar bisa nebak yang kamu pikirkan.

Kamu menarik napas pelan. "Jangan. Temani aku disini aja. Ada yang harus kita bicarakan juga."

       Sebenarnya kamu bingung harus berbicara seperti apa. Saat ini yang terlintas sebuah penyesalan yang begitu besar karena sudah memanfaatkan Yongi untuk urusan pribadi kamu.

"Boleh aku tanya sesuatu?"

"Katakanlah."

"Selama satu bulan ini kamu pergi kemana?"

Yongi hanya tertawa hambar. "Kenapa?"

"Aku hanya penasaran."

"Gak, pasti ada gosip tentang ku di kantor ya?"

Kini giliran kamu yang tersenyum tipis. "Kamu tuh benar-benar ya, paling bisa baca pikiran orang. Iya, ada gosip kamu diterapi?"

"Biar aku luruskan. Bukan aku pinter baca pikiran tapi kamu yang terlalu mudah ditebak. Kamu itu gak bisa bohong, sudah aku katakan sejak awal aku tertarik ke kamu, sejak itu pula aku memperhatikan kamu."Yongi menarik napas dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. "Ya, aku diterapi. Ada bagian dari diri aku yang selama ini sudah rusak, menghindari operasi aku memiliki terapi herbal."

"Hah? Bohong?!"

"Gak minta kamu untuk percaya juga." Yongi pun membaringkan tubuhnya. Ia benar-benar telihat sangat kelelahan.

"Yongi..."

"Ya."

"Boleh minta peluk untuk malam ini?" Entah berasal darimana keinginan itu, tiba-tiba saja kamu meminta hal itu.

Yongi hanya melihat kamu sekilas dan tersenyum tipis, tapi sama sekali tidak memeluk kamu.

Bersambung....

Author Note:

WAAAAHHH AKHIRNYA UPDATE :") 


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang