Pluviophile - Park Jimin's Love Story

3 0 0
                                    

"Sampai jumpa besok, Alien."

Park Jimin mengakhiri pertemuan dengan sahabatnya yang ia anggap alien berwujud manusia setelah acara pesta barbeque kecil-kecilan di apartemen Taehyung. Kali ini Taehyung yang mengantar si pria bermata sipit itu sampai di gang masuk rumahnya. Sempat mengeluh karena pria Park ini dirasa telah merepotkan dirinya tengah malam begini. Apalagi tawaran untuk menginap di apartemen di tolak mentah-mentah.

Rintik kecil jatuh perlahan menemani langkah Jimin. Mungkin sebentar lagi hujan malam akan kembali hadir di mana nada-nada tirta terdengar lebih jelas dibanding saat siang. Layaknya musik klasik pengantar mimpi. Hanya butuh pejamkan mata untuk menikmati setiap not yang tercipta.

Jika ditanya apakah Jimin menyukai fenomena alam satu ini, maka jawabannya adalah iya. Tiap mentari menyelesaikan tugasnya, kemudian kegelapan kembali menyelimuti separuh belahan bumi, insomnia itu turut menganggu waktu istirahatnya. Kegelisahan akan hari esok, kegagalan yang terjadi tanpa rencana, semua berdesakan menguasai ruang kosong dalam kepalanya. Jimin terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang bahkan belum tentu terjadi di hidupnya. Alasannya, ia tak ingin mengecewakan orang-orang yang menaruh harapan besar padanya saat memutuskan menjadi seorang idol. Hanya saja ia lupa, bahwa idol juga manusia biasa seperti yang lain.

Hingga suatu malam, hujan menyapu jalanan kota Seoul yang tak pernah surut dari keramaian. Suara deru mesin perlahan mulai tersamarkan oleh kehadiran hujan malam. Ia merasa hujan berusaha membantunya menghanyutkan ketakutan yang sempat mengendap. Benar, ia mendapatkan pengobat untuk segala risau.

Jimin bersenandung kecil sekedar mengusir hening yang mengapit. Kedua tangannya tenggelam dalam saku jaket hoodie. Malam ini benar-benar dingin. Rasanya seperti memaksa untuk menerjang kulit dan tulang.

Netranya kemudian menangkap sebuah kepulan asap yang mengabur. Pandangannya mengikuti sumber asap itu berasal. Seseorang yang begitu ia kenal tengah terduduk sendirian di bawah pohon cherry. Menemani perkumpulan dedaunan kering yang berserakan.

Jimin mendekat. Ia menghela napas panjang setelah memastikan bahwa tebakannya tepat sasaran.

"Merokok lagi?"

Sang lawan bicara mengangkat kepala. Ia menarik ujung bibir kanannya. Melempar senyum remeh pada Jimin.

"Apa urusanmu. Pergi sana!"

Inilah yang Jimin suka dari gadis yang baru saja mengusirnya. Gadis yang menghuni rumah blok B nomor 24 berjarak beberapa rumah dari tempatnya tinggal. Gadis yang terlihat sangat manis di depan banyak orang padahal andai mereka tahu wajah itu hanyalah topeng untuk menutupi kekecewaannya.

Dari mana Jimin tahu?

Pertemuan pertama mereka 5 bulan yang lalu juga terjadi tepat di tempat yang sama saat ini. Suasana yang sama di mana langit menitikkan airnya perlahan. Dan untuk kali pertama pula seorang Ahn Yuna kepergok merokok oleh pria asing. Jika tidak salah, Ahn Yuna berlari menyembunyikan mukanya dari hadapan Jimin. Tentu saja hal itu menggugah rasa penasaran Jimin dengan berbagai pertanyaan mulai dari siapa dan kenapa gadis itu melakukan hal yang dianggap tabu oleh beberapa wanita.

Pada malam berikutnya, Ahn Yuna kembali. Ia pikir pada waktu itu hanyalah sebuah kebetulan. Naasnya, kebetulan itu kembali terulang untuk yang kedua kalinya. Ia pikir Jimin memang sengaja menjadi penguntit. Pada akhirnya ia membiarkan hal itu terjadi. Pohon cherry sudah terlanjur menjadi tempat favoritnya. Toh hanya Park Jimin saja, tidak lebih.

Sejak saat itu, Jimin selalu berharap dapat berjumpa lagi dengan Yuna. Menggali lebih dalam sisi kehidupan yang tak nampak dari gadis tersebut. Tak dipungkiri, ia menyukainya.

"Mau bercerita padaku apa masalahmu? Mungkin bisa sedikit meringankan bebanmu. Jika kau mau," tawar Jimin pada Yuna.

"Kenapa? Orang tuamu memaksamu untuk mengikuti kontes kecantikan lagi? Atau mendaftarkanmu di ajang modeling?" tanya Jimin sambil mengambil tempat di samping gadis yang masih setia dengan batang rokok di tangannya. Kepulan nikotin menari-nari di udara lewat bibirnya.

PluviophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang