Belit Pertalian

20 9 10
                                    

Gracie bukan tak tahu jika lelaki yang telah menjadi suaminya itu menatap tak lekang pada Selene, pelaminan menjadi saksi bisu patahnya tali kasih sang pengantin. Gracie mencoba menebar senyum pada semua yang hadir dan tak mengacuhkan keberadaan Ele di sana, tapi hatinya tak bisa berdusta, dia tak nyaman dengan sikap Edmund yang duduk di sisinya. "Ed," bisiknya.

Tak ada respon dari lelakinya, Edmund malah asik dengan bayangannya sendiri, dengan perasaannya sendiri. Gracie menarik lengan Edmund, laki-laki itu terhenyak dari lamunannya. Maniknya mengarah pada Gracie yang kini menggandeng tangannya. "Berhentilah menatap pelayan itu! Jangan menurunkan derajadmu di hadapannya para tamu, Ed," bisik Gracie.

"Siapa yang kamu maksud pelayan?" tanya Edmund tak suka.

"Siapa lagi? Ele. Perempuan tak jelas asal usulnya. Ingat saat ini kamu adalah suamiku!" tegas Gracie.

"Suami? Benar! Aku suamimu, tapi hanya di atas kertas perjanjian pernikahan. Tidak lebih. Jangan mengharap lebih dariku, apa lagi berharap bisa mendapatkan hatiku. Tidak akan pernah." Edmund menepiskan tangan Gracie dan pergi mendekati beberapa temannya di pojok ruangan. Dia membaurkan diri dengan para tamu, berharap bisa mengalihkan bayangan Ele dari hatinya.

Di lain sisi, Ele pun berusaha menahan perasaannya, membunuh asa yang masih tumbuh. Matanya beralih pada taman indah yang ada di hadapannya, pesta taman ini agak membantunya, dia tak harus membatu dalam ruangan untuk beberapa lama. Selamat tinggal, Ed. Bahagiakan perempuanmu, berbahagialah tanpaku. Kitab kita sudah lama tamat, dan jalan kita sudah bersebrangan. Aku akan mencoba menata lagi hidupku, Lionel adalah pilihan pengganti dirimu. Dia menyayangiku, aku tak boleh menyakitinya. Lupakan aku, Ed, lirihnya dalam hati. Selene memilih tempat yang agak sepi, matanya mulai terasa panas lagi, bangku taman itu menemaninya dengan setia dalam kesendirian. "Kamu mau minum?" Segelas wine terbaik di sodorkan Lionel. Wajah tampannya tersenyum manis di hadapannya. Selene mengangukkan kepalanya.

Saat Ele hendak mengambil gelas itu, Lionel menegaknya terlebih dahulu lalu menautkan bibirnya pada bibir Ele. Dia mengalirkan wine manis itu kedalam rongga mulut Ele, baginya rasanya lebih manis dua puluh kali lipat saat meminumnya seperti itu. Dia melakukannya sampai segelas wine itu habis di tenggorokan Ele. Wajah gadis muda itu memerah, perlakuan yang di luar dugaannya. Begitu lembut dan lebih manis dari pada rasa wine yang masuk kedalam mulutnya.

"Kamu suka?" goda Lionel.

Kali ini wajah Selene panas bukan karena ingin menangis, wajahnya merah menahan rasa malunya. "Kamu cantik kalau malu-malu seperti itu." Lagi-lagi Lionel melancarkan godaannya.

"Jangan menggodaku!" kesal Ele.

"Tidak! Aku tidak sedang menggodamu. Aku mengatakan kebenarannya. Wajahmu tampak manis, lebih manis dari pada wine yang kita minum tadi.

Tanpa mereka sadari, Edmund memperhatikan keduanya, hatinya panas saat Ele menyandarkan kepalanya pada pundak Lionel. Jika tidak sadar posisinya saat ini, ingin rasanya dia berlari dan memukul Lionel de Monteith. Lionel tahu jika sinisme milik Edmund menyerangnya sejak tadi, dia sengaja memanasi Edmund. Rasanya aku puas melihat ketidak berdayaanmu, Edmund. Nikmatilah rasa sakitmu perlahan-lahan. Aku akan menyiksa perasaanmu sedikit demi sedikit, sama seperti kamu menyakiti hati Selene-ku. Aku akan puas jika melihatmu hancur. Selene akan bebas dari belenggu kama hitam yang kamu janjikan, dan akulah yang akan menang, geram Lionel dalam hatinya. Seringai Lionel tertanggap oleh manik mata Edmund, aura permusuhan terasa semakin pekat di antara keduanya. Dari tempatnya berada, seolah Lionel berkata -kamu tak akan menang dariku, Edmund Hillary de Burke- tatapannya tajam tepat menusuk di ulu hati Edmund.

***

Edmund tak ada di kamar saat malam pengantinnya, dia menghabiskan waktu di perpustakaan dengan sebotol Vodka berkadar alkohol tinggi. Keputusannya membuat akal sehatnya tak bekerja dengan baik malam itu, Gracie yang cemas akan keadaan Edmund mencarinya kemana-mana. Dia mendapatkan Edmund di ruang perpustakaan dalam keadaan yang sangat buruk. Setengah mati dia menyeret tubuh Edmund yang hilang akal karena alkohol, dia menghempaskan tubuh Edmund di atas tempat tidur.

Aime La Lune (Kisah Cinta Sang Bulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang