"Cita-cita mu apa?"
"Cita-cita ku ingin menjadi orang sukses"
"Sukses yang bagaimana?"
Standar kesuksesan setiap orang itu berbeda, ada yang menganggap sukses itu ketika memiliki materi berlimpah, ada yang menganggap sukses itu ketika memiliki pekerjaan yang mapan, ada yang menganggap sukses itu ketika bisa membantu sesama, bahkan ada yang menganggap terlahir di dunia ini adalah sebuah kesuksesan.
Rania, seorang gadis remaja berusia 18 tahun yang sedang menempuh pendidikan menengah atas, sadar akan hal itu.
Dia tidak menyalahkan orang-orang sekitarnya yang memiliki standar sukses yang sangat berbeda dengan dirinya.
Akan tetapi, dia pun sangat tidak ingin jika harus dipaksakan mengikuti standar sukses yang ada di lingkungan nya.
Seperti saat ini, dia sedang berada di tengah pembicaraan keluarga besarnya yang dengan bangga saling tukar cerita bagaimana anak-anak mereka sukses dalam mencapai pekerjaan yang mampu memberikan nilai materi yang tinggi dan menjamin kesejahteraan hidup nya sampai hari tua nanti.
Tidak jarang Rania mendapatkan pertanyaan,
"Jadi, mau kuliah dimana? Di Universitas X saja supaya hidupmu terjamin, di Universitas Y saja supaya bisa kerja di..., di Universitas Z saja supaya bisa seperti...,".Ucapan tersebut sudah sangat sering di dengar oleh Rania dari keluarga nya sendiri, hingga Rania sudah hafal dan hanya bisa menjawab dengan sebuah senyuman.
Rania adalah anak bungsu dari 2 bersaudara.
Yudha, adalah kakak laki-laki Rania yang sudah menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi, dan di tahun pertamanya ini Yudha sedang bekerja sebagai System Analist di salah satu perusahaan manufaktur di Kota nya.Rania dan Yudha cukup dekat dan saling terbuka dalam berbagi masalah, meskipun sering bertengkar layaknya kakak beradik pada umum nya, tetapi kedekatan mereka bisa terbilang cukup dekat.
Suatu pagi di hari Minggu, langit tampak cerah dan angin semilir seakan mengajak siapa saja untuk bangkit dari tempat tidur dan menyapa indah nya langit pagi.
Seperti yang dilakukan oleh Rania dan Yudha, mereka berdua pergi berolahraga di taman kota yang letak nya tidak jauh dari rumah mereka.
Di temani air mineral kemasan di tangan, Rania dan Yudha duduk di pinggiran taman kota sambil meluruskan otot-otot kaki setelah mereka melakukan olahraga lari,"Ra, kamu tau? Apa yang menyebabkan Jakarta kebanjiran?" tanya Yudha tiba-tiba.
"Hmmm...," jawab Rania dengan bola matanya yang menatap ke atas tanda berfikir sesaat, "banyak nya sampah, daya serap air yang kurang baik, padatnya penduduk." jawab Rania ragu.
"Salah." ucap Yudha dengan semangat, "apa yang menyebabkan Jakarta kebanjiran? Jawaban nya adalah Air. Iya, kan? Hahaha" lanjut Yudha dengan tawa yang mengejek.
"Hah? Kaaaaakkk!" jawab Rania dengan sedikit berteriak.
"Yang ini lebih mudah, kamu pasti tau jawaban nya. Kenapa burung harus terbang ke Selatan saat musim dingin?" tanya Yudha lagi.
"Mudah saja. Burung terbang ke Selatan saat musim dingin untuk mencari tempat yang hangat. Iya kan kak?" jawab Rania dengan percaya diri.
"Salah. Kenapa burung harus terbang ke Selatan saat musim dingin? Karena jika harus berjalan kaki terlalu jauh" Yudha kembali tertawa melihat adik nya yang sedikit jengkel.
Mereka pun melanjutkan obrolan ringan sambil di temani canda tawa.Diam sesaat, mereka meminum air mineral kemasan yang sempat di belinya di salah satu toko makanan pinggir jalan.
"Kak, apakah kakak menikmati pekerjaan yang sedang kakak jalani saat ini?" tanya Rania tiba - tiba.
"Hmm? Kenapa kamu bertanya seperti itu, Ra? Apakah kakak terlihat tidak menikmatinya?" jawab Yudha yang sedang mengecek notifikasi yang masuk pada telepon genggam nya.
"Tidak, bukan begitu maksud ku. Hanya saja, aku sedang resah dengan masa depan ku. Aku seringkali overthingking mendengarkan omongan dari banyak orang yang seakan akan menuntutku agar menjadi sukses versi mereka," ucap Rania.
"Apakah dulu kakak sepertiku? Menghadapi omongan dari orang lain sebelum memilih apa yang akan kakak jalani?" lanjut Rania yang kemudian meneguk air mineral nya.
"Tentu saja, Ra. Mungkin hal ini belum pernah kamu tau, dulu sebelum kakak memutuskan kuliah di perguruan tinggi yang kakak inginkan, kakak di tuntut untuk berkuliah di perguruan tinggi yang lulusan nya terjamin bisa langsung bekerja di departemen pemerintah milik Negara. Tentu saja hal itu karena iming - iming gaji dan kesejahteraan hidup, bukan karena potensi yang kakak miliki dan jelas bukan keinginan dari kakak" jelas Yudha.
"Lalu kak?" ucap Rania dengan sangat penasaran.
"Semua butuh perjuangan, Ra. Kakak berusaha meyakinkan Ayah dan Bunda bahwa karir yang kakak pilih sesuai dengan keinginan dan potensi diri kakak, karir yang kakak pilih adalah tanggung jawab kakak. Mungkin beda nya dengan kamu, dulu Ayah dan Bunda tidak terlalu banyak tekanan dari saudara-saudara nya. Dan seorang laki-laki cenderung lebih diberi kepercayaan dalam memutuskan sesuatu" ucap Yudha sambil membuka tutup botol air mineral.
Setelah menghabiskan air minaral nya yang tinggal sedikit itu, Yudha kembali berkata, "tidak apa-apa, nanti kakak bantu kamu untuk menjelaskan ke Ayah dan Bunda jika memang kamu punya pilihan lain," Yudha berdiri dari posisi duduknya, "ayo sekarang kita pulang, Ra." lanjutnya.
Maaf lur ga pake judul per part nya, bingung euy, ya maklum ya, mwehehe..
Lanjut ya --->>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Impianku, Milikku!
Short StorySiapa sih yang tidak ingin sukses di masa depan nya? Semua orang pasti menginginkan sukses versi mereka masing - masing. Yup, standar sukses setiap orang itu berbeda - beda. Namun, bagaimana jika standar sukses mu tidak sesuai dengan standar sukse...