Chapter one, Episode 1 "TV"

26 2 0
                                    

Chapter one,
  Episode 1 "TV"

  Angka 33 dan 13 , entah angka yang berasal darimanakah itu, cukup membuatku bingung bagaimana caranya mendeskripsikannya, setiap mendengar atau melihat angka tersebut, itu masih terdengar ambigu di telingaku.

  Ceklek
Aku membuka pintu rumahku dan menaruh beberapa kantong berwarna coklat muda yang berisikan bahan bahan pokok harianku
"Tolong ditaruh disana ya pak"
Krieett
"Disini?"
"Nah, iya disitu"
'Hah......'
"Oiya terimakasih pak" aku menyodorkan senyumanku ke arahnya.
"Sama sama.." ia menyodorkan senyumanya juga ke arahku.
Jessie Beatrice, Jessie biasanya orang memanggilku dengan sebutan itu, aku adalah seorang pelajar menengah pertama, yang juga sedang bekerja menjadi seorang penulis dan juga bekerja sambilan di kafe terdekat untuk memenuhi kebutuhanku, kalian bertanya tanya kan 'kok bisa sih seorang anak dibawah umur dipekerjakan?' Ya, aku membutuhkan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan harianku. Hari ini awal bulan, baru saja aku mendapat gaji dari hasil kerja kerasku selama sebulan penuh, dan hari ini baru saja aku membeli sebuah televisi baru untuk dijadikan sarana hiburanku yang layarnya sedikit lebih lebar dari yang aku beli sebelumnya, karena televisi lamaku rusak entah kenapa.....entah terciprat air hujan atau memang mati dengan sendirinya, dan tidak mau hidup lagi, belakangan ini memang sering sekali turun hujan, bahkan kapasitasnya deras sekali...ditambah lagi ada beberapa titik dirumahku yang bocor, dikarenakan rumahku adalah rumah tua.
Hari pun sudah menjelang gelap, sinar rembulan juga sudah mulai menyinari setiap sisi ruangan yang masih terbilang gelap karena beberapa ruangan belum tersinari oleh lampu, dengan ditemani rintikan air hujan yang menggema disetiap penjuru, menambah kesan mengerikan, suara petir juga menyempurnakan malam ini, aku memberanikan diri untuk menyalakan beberapa sinar di tiap ruangan, dan sudah saatnya menyiapkan makan malam untuk diriku sendiri,

  "Akhirnya jadii"
Tluk
Krieek
'Hah....'
Aku menaruh piring di meja makan dan menarik kursi yang ada didekatnya lalu menarik bingkai foto yang letaknya dapat diraih oleh 3 jengkal tanganku.
Kakek.....
Terkadang saat sedang menyiapkan makan malam, aku selalu teringat bayang bayang ia, ya, kakekku..biasanya ia selalu menemani kekosonganku, dan kehampaan ini, biasanya ia selalu menemaniku saat menyiapkan makanan, namun tidak lagi untuk saat ini.
"Ah sialan..jangan nangis dong.."
Aku mencoba mengalihkan, dengan menghabiskan makanan yang sedang kumakan.
"Selesai sudaah saatnya mencoba tv baru~"

  Aku menyenderkan punggungku di sofa kecil berbulu yang berwarna coklat muda yang biasa aku pakai untuk beristirahat sejenak, sambil menyalakan televisi untuk melepas penat sehabis pulang sekolah dan bekerja.
Pip
Bzzzzttt
"Loh?"
'Astaga..masa sudah error lagi.......oh bentar, mungkin sinyalnya'
Aku menggeser geser antena yang terdapat diatas televisiku.
"Hzzt- halo semu- a harzzt i ini kami akan menawarkan produk terba-"
"Oh sudah keluar gambarnya, tapi masih putus putus...coba kuubah ke siaran berikutnya"
Pip
"Siaran terkini-"
Pip
"Selamat malam pemirsa dirumah, saya ingi-"
"Haahh sudah bagus sih tapi nggak ada yang seru"
Pip
"............."
Siaran aneh yang tiba tiba saja terpindah, hening sekali, bahkan tidak ada suara yang keluar dari siaran ini.
'Untitled191? Apa nih? Siaran? Kok nggak ada kehidupan...cuma ruangan kosong beserta pintu besar yang tempatnya gelap gulita, bahkan cahaya pun hanya datang dari luar'
Aku mendekatkan pandanganku kearah televisi,
Dan..
Tiba tiba..

Pip

  "AAARRGHH SIALAN MALAH MATI!?"
Emosiku hampir saja meledak,
"Untung saja aku nggak melempar remote sialan ini"
"Sudahlah, aku ingin meringkuk diatas kasurku saja"
Sebuah keanehan tersendiri, selama ini, pukul 9 bukanlah sebuah kebiasaanku untuk langsung beranjak tidur, tapi anehnya hari ini aku merasakan kelopak mata yang sangat sangat berat, bahkan aku hampir tidak sanggup membukanya.
Ceklek
Sesampainya di ruang tidur, tiba tiba saja tubuhku terkujur lemas dan sudah tidak sanggup menopang tubuh ini lagi lagi, lalu aku melempar tubuhku ini ke arah kasur dengan sigap, hupp

  Malam ini terasa panjang sekali, seperti ujung malam ini tidak akan pernah bertemu, jarum jam masih mengarah ke arah angka 12 malam, oh sial! Tiba tiba aku merasa haus ditengah malam, aku mencoba membuka mata perlahan, entah kenapa yang aku rasakan kali ini berbeda, apakah aku sedang tidak enak badan? Penglihatanku buram, dan terasa berputar putar, namun aku tetap memaksakan diri untuk keluar, meski kakiku gemetaran, aku mengambil sweater yang ada di dekatku, lalu berusaha memasangkannya ke badanku, lalu aku mencoba membuka pintu perlahan, anehnya aku memasuki suatu lorong yang sangat panjang dan gelap, bahkan tak nampak ujungnya dari lorong tersebut, tubuhku terasa tertarik kedalam lorong tersebut, padahal kakiku membatu, anehnya ini ruangan ini tidak pernah terhembuskan napas olehku, dikarenakan kamarku ini hanya ada 2 pintu saja, satu untuk keluar, dan satu lagi pintu yang menuju kamar mandi, entah kenapa sekarang aku terjebak dan tertarik kedalam lorong yang teramat sangaat panjang, dan tak bisa keluar, penglihatanku semakin memburam dan berputar putar, kakiku juga masih membatu, tiba tiba saja kepalaku sakit, dan membenturkan kepalaku kelantai, dan tidak sadarkan diri.

  Aku terkejut, saat aku membuka mataku, tempat ini sudah berganti dan berbeda, namun anehnya aku mengenali tempat ini.

  Aku berada di sebuah rumah tua yang bernomorkan 13, rumah ini dilapisi cat berwarna biru muda dan dikelilingi dengan retakan retakan di dindingnya dan berbau seperti lapukan dari kobaran api.

  Aku mencoba untuk bangkit, dan aku memperhatikan sekeliling, suara dentuman jam terdengar sangat jelas dan kencang dari balik ruangan ini, cahaya rembulan menembus dari balik jendela yang sedang aku belakangi, tempat ini sangat gelap jika tidak tersinari oleh cahaya rembulan yang datang dari tiap jendela ruangan, aku tadi terkapar didepan sebuah pintu besar, yang mungkin besarnya 2 kali lebih besar dari pintu dirumahku, pintu ini, pintu utama dalam rumah tua yang besar ini, lalu sekarang aku harus bagaimana dan kemana?..

  Aku berdiri tegak, dan berjalan ke arah sebuah meja besar yang terpampang didepan mataku, aku baru menyadari ada secarik kertas yang dilipat berwarna krem kecoklatan yang berdebu disamping sebuah pot bunga berwarna biru yang mengilap, tanpa pikir panjang, kubuka kertas yang terlipat tersebut, disitu dijabarkan sebuah misi yang harus aku laksanakan, awalnya memang membingungkan, tapi ah sudahlah..lakukan saja daripada aku harus terkurung disini selama lamanya, katanya, dalam rumah tua yang kumuh ini dihuni oleh sosok yang ciri cirinya sangat rumit untuk dijelaskan, intinya fisiknya aneh dan mengerikan.

  Aku mencoba untuk mengendap endap, agar langkah kakiku tak terdengar oleh si penghuni rumah tua ini, aku berpencar dengan diselimuti rasa takut, bulu kudukku berdiri, sampai pada akhirnya aku sudah berdiri didepan sebuah pintu yang ukurannya tidak kalah besar dari pintu utama,
'Duh, ruang apa ini..' bisikku dalam hati
Aku menaruh tanganku tepat digagang pintu, badanku bergetar, lalu aku mencoba menghela napas sambil menutup mata, Kriekkk, 'sialan! Bersuara..' Tanpa pikir panjang akupun berlari dengan intensitas suara yang kecil untuk mencari persembunyian, baru saja aku duduk dibawah meja kayu besar, dari kejauhan sudah terdengar bunyi langkah dan juga sebongkah kata yang seseorang ucapkan namun terdengar samar samar, yang berbunyikan "siapa..khekhe".
Tubuhku bergetar, sangat kencang dan tidak karuan, aku masih diselimuti rasa takut yang luar biasa intensitasnya, aku tahu, suara langkah kakinya sudah semakin menjauh dari pendengaranku, dan suara hatiku berkata bahwa aku harus keluar dan mencari jalan keluar, namun tubuhku terkujur lemas tidak berdaya, tanpa kusadari, tepat sekali disamping tangan kiriku, terdapat sebuah linggis "ah, tepat sekali" bisikku, persenjataan darurat, saat sosok itu sedang berada dihadapanku. Aku keluar dari balik meja besar ini dan beranjak untuk pergi ke arah belakang rumah tua ini, baru saja aku berdiri, aku melihat sosok penguhi rumah tua ini sedang berdiri membelakangiku dari kejauhan, 'sialan!' "H..hehe..he..he, siapa disana~" aku berjalan selangkah demi langkah ke arah belakang, karena melihat ia yang semakin mendekatiku, dengan wajah pucat dan luka bakar di sekeliling tubuhnya, dan juga dengan blazzer berwarna coklat yang kumuh juga membawa sebuah lentera, 'menjauhlah bodoh! Kumohon..' ucapku dalam hati dengan napas yang terengah engah, saat jarak kami sudah tidak terlalu jauh, dengan sigap, kupukulkan linggis yang aku genggam erat di tangan kananku ini ke arah wajah mengerikan pria tua ini, bugh tingg ia terjatuh dan kepalanya bersimbah darah namun sialannya meleset! Hanya mengenai pangkal kepalanya dan sialannya lagi linggisku terlempar ke arah belakang tubuh pria tua ini, tanpa mengulur waktu, aku berlari mengambil linggisku, dan meneruskan langkahku ke arah pintu besar di belakang rumah ini, lorong demi lorong, aku lewati, tiba tiba dari kejauhan, terdengar teriakan dari tempat pria tua tadi "STOPP!! JANGAN KESANA" aku terhenti sejenak, dan menoleh kebelakang, aku bertanya tanya pada diriku sendiri 'memangnya kenapa?'



Copyright© zlooccy, 2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

3313Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang