"Kamu hati - hati ya jangan nakal, nanti pulang abang jemput," ujar Gio sambil mengacak rambut adik kesayangannya itu.
Mendengar ucapan kakak laki - lakinya yang begitu memperhatikannya membuat bibir gadis manis ini melengkung menciptakan senyuman yang begitu tulus.
"Siap pak bos, pak bos juga hati - hati, takutnya anu,"
"Anu apa?"
"Gak, udah sana hus hus, eh btw itu si jaki udah abang isi bensin kan?"
Jaki, motor beat berwarna hitam yang kerap mendapat julukan dari gadis manis ini, entah dimana Raya menemukan nama Jaki untuk motor abangnya ini.
"Udah santai aja,"
"Yaudah Raya masuk dulu abang juga ati - ati," ujar Raya lalu berbalik dan berjalan santai dengan helm yang masih terpasang rapi di kepalanya.
Sikap Raya membuat Gio menggelengkan kepalanya. "Eh dek mau belajar sambil make helm?
!"Mendengar teriakan Gio membuat Raya tersadar jika helmnya masih terpasang di kepalanya yang mungil. "Hehe Raya lupa," ujarnya sambil melepas helm itu dan memberikannya pada Gio.
"Yaudah sana hus hus," usir Raya pada Gio lalu berlari masuk ke dalam gerbang sekolah.
Gadis itu berjalan dengan santai dan langkah kecil sambil bernyanyi pelan hingga tepat di tengah lapangan ia lupa memperhatikan jalannya.
Brukk
Tubuh kecilnya menabrak dada bidang seseorang yang membuat tubuhnya yang mungil terhempas dan jatuh ke lantai.
"Awww," rintihnya merasakan pantatnya yang panas karena terjatuh di atas tanah yang keras.
"Jalan pake mata bego!" Suara bass seorang pemuda membuat Raya mendongakan kepalanya lalu menatap pemuda itu.
"Maaf," ucap singkat Raya lalu bangun dengan hati - hati, ia masih merasakan sakit pada pantatnya karena insiden yang baru saja terjadi.
Raya hanya melirik sekilas pemuda tampan dengan tampilan sangar, dua kancing seragam yang terbuka dan tindik yang ada di telinga kanannya, juga rambut yang acak - acakan tak lupa rokok yang ia jepit di tengah jarinya. Dan juga dengan empat teman tampan yang ada dibelakangnya.
"Lain kali jalan pake mata," cibir pemuda tampan itu lagi.
"Jalan ya pake kaki." Jawab Raya sambil menepuk nepuk pantatnya yang kotor akibat terjatuh.
"Wah songong ni bocah," pemuda itu tak terima dengan apa yang baru saja Raya katakan. Padahal Raya jelas - jelas benar, bagaimana mungkin seseorang berjalan menggunakan mata?
"Serah lo dah," pasrah Raya yang sudah kesal karena paginya rusak oleh pemuda sok tampan yang memang benar tampan ini.
Raya tak lagi mempedulikan pemuda aneh ini, ia meneruskan langkahnya untuk masuk ke dalam kelasnya.
Baru beberapa langkah kaki mungilnya berjalan, gadis ini sudah mendapatkan halangan atau lebih tepatnya ujian yang sangat menyebalkan.
"Heh cewek centil!" Seru seorang gadis cantik yang terlihat famous dengan Seragam yang ketat juga lipstik ombre yang menyatu dengan bibir tipisnya. Gadis itu tepat berdiri di depan tubuh Raya.
Raya menatap heran pada gadis ini, apa dia bilang? Centil? Bahkan Raya hanya terjatuh, apa hubungannya dengan centil.
Raya lalu menatap sekitar dengan celingak celinguk lalu kembali menatap gadis itu.
"Heh, cari apaan lo?! Lo gak sadar kalo yang gue ajak ngomong itu lo?!" Tanya gadis itu.
Raya menggelengkan kepalanya pelan. "Gak, soalnya gue gak centil kaya yang lo bilang," jawab Raya singkat.
Gadis itu menatap tak percaya ke arah Raya. Sungguh, ini pertama kalinya ada seseorang yang berani menjawabnya dengan santai.
"Lo berani sama gue?" Gadis itu maju beberapa langkah hingga tubuhnya menabrak tubuh kecil Raya.
Raya menggelengkan kepalanya kecil dengan ekspresi yang dibuatnya takut. "E-enggak," cicitnya.
Jawaban Raya membuat gadis itu tertawa puas. "AHAHAHA, gue kira lo bakal jadi orang pertama yang berani sama gue, ternyata sama aja,"
Raya mengangkat sudut bibirnya lalu mendorong kecil gadis itu dengan jari telunjuknya. "Tapi boong, gue gak takut karena lo bukan tuhan dan bukan emak gue,"
"Wah, ini harus di abadikan karena seorang junior berani melawan mak lampir Grace," ucap seorang pemuda berbadan tinggi semampai dan berkulit sawo matang dengan wajah tengilnya. Namun jangan salah, pemuda ini juga tak kalah tampan dengan pemuda yang Raya tabrak.
"Heh, mau ngapain lo?!" Tanya pemuda lain saat melihat temannya mengeluarkan ponsel dari sakunya.
Pemuda itu tak menggubris malah sibuk mengarahkan kamera ponselnya pada keributan yang hampir terjadi pagi ini.
"Ayo Rani semangat!!!" Ucapnya memberi semangat pada Raya, tapi namanya Raya bukan Rani.
Raya menolehkan kepalanya lalu mengernyitkan dahinya. "Nama gue Raya, bukan Rani,"
Sementara gadis yang berdiri di depannya mengeram kesal dan mendorong Raya dengan kasar hingga membuatnya hampir terjungkal.
Tatapan santai kembali terpancar dari mata indah Raya. "Duh mbak, lemah banget dorongannya, ini gue cuma mundur aja gak sampe nyungsep,"
Ucapan Raya membuat mata gadis itu berapi api dan kembali maju untuk menjambak rambut Raya. Namun, tanpa disadari siapapun dengan sigap Raya menjegal kakinya hingga tubuhnya terhuyung dan jatuh di atas lantai yang keras.
"Awww," ringisnya merasakan betapa kerasnya lantai.
"Buset, Grace!" Seru pemuda yang Raya tabrak, lalu menolong gadis yang baru ia panggil dengan nama Grace itu
"Ck, lo milih lawan yang salah," ujar Raya lalu melenggang pergi meninggalkan drama yang terjadi di pagi yang menyebalkan ini.
Semua siswa mulai berkerumun saat mendengar ringisan Grace.
"Lo gak papa kan Grace?" Tanya pemuda itu sambil membantu Grace bangkit.
"Gak papa apanya sa, kaki aku nih sakit,"
"Lagian lo ngapain sih?"
"Angkasaaa, kamu kan cowo aku, kamu ngapain sih deket - deket sama dia?! Ngomong sama dia?"
Pemuda yang dipanggil Angkasa itu memutar bola matanya malas. "Buset, kalo gue gak ngomong sama orang, terus gue harus ngomong dama siapa? Kuyang?" Kesal pemuda yang dipanggil Angkasa itu.
"Dan satu lagi, kita udah putus, dan lo mending ngurusin pacar baru lo itu, yang gak lebih ganteng dari gue," sambung Angkasa dan berlalu begitu saja.
"SAAA!! ASAAAA!!" Teriak Grace menatap punggung Angkasa yang mulai menjauh.
"Cantik doang tapi bego hahayyy balbale balbale hahahah," ledek seorang pemuda tak lain adalah teman dekat Angkasa.
"Gila, nekat juga si Teo ngatain Grace hahaha," sahut pemuda yang lain, pemuda yang berdiri disamping Matteo.
"Bacot lo semua," bentak Grace pada ke empat sahabat Angkasa.
Keempat pemuda itu tertawa terbahak - bahak ketika berhasil memberi pelajaran pada gadis sok berkuasa yang selalu mengejar temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAYA [On Going]
Teen FictionSedikit imajinasi sederhana. *** Zaraya pradipta, gadis sederhana dengan senyum manis yang mampu menarik perhatian dua most wanted sekaligus. Ini Semesta Abimanyu, yang tampan dan bertalenta, yang bersikap dingin dan apa adanya, juga yang luluh deng...