1. Knocking Eyes That Covered With Dark Bloods

14 2 6
                                    

Play that song!

_________________________________


Matahari bersinar, sangat terang. Aliran kehangatan bak alam surga dan neraka di dunia. Sinar yang selalu menyinari dan tak ingkar janji.

Sinarnya mengetuk kelopak mata pria kecil di jagat raya. Membangunkannya dalam keadaan sangat hitam, gelap, dan hancur.

Jemari nan kecilnya terangkat beberapa saat, sepenuhnya membiarkan waktu mengisi ulang tenaganya. Matanya terbuka, sangat-sangat lebar. Cairan asin bertebaran perlahan-lahan.

Didalam kepalanya jika kita tahu, tak henti menanyai hal yang terjadi.

Badannya berdiri, masih nampak waras. Dan jika masih waras, dia akan tahu kalau sudah tidur telanjang di reruntuhan alun-alun kota.

Dia melihat ke arah Matahari. Jari tengahnya entah kenapa menaikkan dirinya sendiri dan diarahkannya keseluruh penjuru mata angin. Mengutuk sang Matahari karena memperlihatkan dirinya yang telanjang.

Matanya melihat ke segala penjuru. Nihil.

Semua meninggal.

Mulutnya terbuka, sangat lebar, sangat besar. Giginya menguning. Dalam lebar mulut yang terbuka, keluar suatu hal yang tak terlihat. Dia berteriak.

"HANAAAA!!!!!"

Dia menggerakkan kakinya untuk arah yang tak pasti. Berusaha menyingkirkan rasa sakit yang lebih besar dari rasa malu dan marahnya.

Entah kenapa mulutnya keluar kata Hana. Entah kenapa dia berada disana. Entah kenapa dia telanjang.

Dan entah kenapa semua yang ada disektiarnya hancur lebur.

Darah dimana-mana. Tubuh yang sudah membusuk, kotoran burung, bahkan jamur liar.

Amarahnya semakin besar.

Matahari!, ya!. Matahari lah penyebabnya. Ulah Matahari yang menyebabkan dia melihat pantulan cahaya dari kehancuran ini.

Matahari juga yang membangunkannya dalam keheningan.

Angin sepoi-sepoi silih berganti menerpa badannya. Kedinginan. Kakinya penuh luka membusuk dan puluhan besi berkarat.

Ingat!. Dia mulai ingat akan suatu hal. Dia ingat dia pernah memakai baju. Ya, sebuah baju kemeja dan setelan jas lengkap.

Kepalanya bergetar, pelan sekali. Kesakitan dan kesakitan.
Urat saraf penisnya mulai tegang. Darah hitam mengucur perlahan.

Muntah.

Dia muntah segala-galanya.

Di atas aspal alun-alun kota, dia bermandikan cairan badannya sendiri.

Hitam, sangat hitam.

Dari kejauhan, Awan yang daritadi berada di langit utara merenungkan nasib pria ini.

Awan harus menolongnya.

Awan tahu pria ini membenci Matahari. Awan dengan sengaja membesarkan dirinya dan menutupi segala bentuk sinar dan cahaya si keparat ini.

Awan tahu pria ini bermandikan darah hitam yang kotor. Kesedihan dan amarahnya membuat Awan semakin membesar dan mengucurkan cairan besar dari dalam badannya.

Hujan yang indah.

Sungguh mulia Awan memandikan sang manusia kecil ini.

Pria itu menangis, menangis dan terus menangis. Bercucuran air asin. Dia kembali membuka mulutnya.

"Hana, maafkan aku."

Bumi bergetar.

Bergetar, semakin getar. Semakin keras, keras, keras, dan sangat keras.

Beberapa ular raksasa mungkin berkelahi jauh di dalam tanah sana atau apalah.

Badannya bersih kembali, begitu pula kewarasannya perlahan terpanggil.

Dia lupa kakinya akan terinfeksi tetanus.

Matanya merasakan kehangatan jiwanya kembali.

Tetesan air matanya kembali membuat pria kecil ini memiliki tujuan hidup.

Iya, pria kecil ini masih telanjang, dan sinar matahari menyorotnya.

Perlahan otak kecilnya mulai bekerja.....

.

.

.

.

.

Kepalaku sakit sekali.
.

.

Tidak, seluruh badanku sangat sakit!.

.

Kenapa bumi bergetar?.
.

.

.
Tapi, dimana ini???????
.

.

Semua hancur...

.

.

Aku tidak ingat apapun, tapi aku telanjang...
.

.

Aku perlahan-lahan bangkit dan berlari ke arah selatan. Tempat dimana aku yakin ingatan ku dimulai.

.

.

.

Aku yakin Hana.


Cont.



























I'm so tired, i can't sleep
-Kurt Cobain

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Full Salty EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang