Aku tak yakin.... Mungkinkah sejak awal kehadiranmu?
.
.
.[ Perpustakaan SMA Hansin, Awal Semester genap ]
Bagaimana ini? Bagaimana?
Susah payah aku melupakan kejadian itu. Bahkan berusaha bersikap seakan tidak terjadi apa-apa di kelas. Yah, itu pun sebenarnya karena tempat duduk kami berjauhan. Ditambah kami yang tidak banyak berinteraksi sejak awal kecuali aku menyapanya dengan 'hai' saat dia masuk ke kelas dan itu pun sudah lama sekali. Tepatnya di semester sebelumnya.
Liburan kemarin aku lebih banyak menghabiskannya untuk menenangkan hati dan juga pikiranku yang kacau saat melihat Jeongguk di hari ujian komputer.
Aku tak tahu kenapa kejadian itu terus membuatku kepikiran. Padahal dari ekspresinya yang datar seperti biasa, menunjukkan bahwa dia tak mendengar apapun. Ditambah temannya pun mengatakan kalau mereka sampai terburu-buru. Tapi, aku tetap saja khawatir. Entah kenapa.
Seminggu ini, aku merasa baik-baik saja dan merasa biasa saja. Tapi kenapa, sekarang aku merasa gugup setengah mati saat melihatnya?
Ah, sial, kenapa hanya ada kami di sisi ini? Padahal buku yang aku cari ada di rak di mana Jeongguk berdiri di depannya. Uh, apa yang harus aku lakukan?
Lagi-lagi, aku mengintipnya untuk yang ketiga kali dari ujung yang lain dari sisi lemari rak yang juga tempat kami berada.
Uwaaaah aku harus apa?
Aku yakin kok dia tidak mendengar aku mengatakan omong kosong itu. Iya, hari itu hanyalah omong kosong.
Sebenarnya saat itu aku sedang kesal. Kedua sahabatku terus mengatur kencan buta untukku karena aku selalu menolak orang-orang yang datang menyatakan cinta padaku. Mereka bilang itu demi aku. Setidaknya agar aku tidak kesepian di rumah jika mereka tak bisa mengunjungiku. Aku sangat berterima kasih untuk itu. Tapi sejujurnya aku tidak terlalu tertarik dengan hal semacam kencan. Dan setelah mengatakan itu sebagai alasan mereka justru tak percaya. Jadi aku menambahkan jika orang-orang itu bukan tipeku.
Percaya atau tidak, aku ingin mengatakan apapun secara asal sebagai alasan agar mereka percaya dan berhenti melakukan hal tidak berguna. Tapi, entah kenapa aku justru teringat dengan Jeon Jeongguk.
DAN SEKARANG AKU MENYESAL. AHH, SIAL. RASANYA AKU INGIN MENANGIS.
Aku sendiri terkejut jika mengingat aku mengatakan bahwa dia adalah tipeku. Ah, pasti seperti ini yang dirasakan Lisa dan Jimin saat itu. Bahkan aku masih ingat bagaimana ekspresi aneh yang tercetak di wajah mereka.
Uh, ini sungguh membuatku frustasi.
Aku bingung. Beberapa menit hanya dihabiskan untuk berjongkok sambil bersembunyi. Kalau begini terus, bel masuk akan berbunyi dan aku harus menunggu besok untuk kembali ke sini. Tapi, aku tak punya waktu. Bagaimanapun caranya hari ini aku harus berhasil meminjam buku-buku yang ku butuhkan untuk presentasi minggu depan.
Hah. Baiklah. Aku Kim Taehyung sudah memutuskan untuk terus melangkah maju. Ayo, hilangkan kegugupanmu dan pergi ke sana. Karena sebenarnya memang tidak ada apa-apa di antara kami, iya kan?
Setelah tarikan nafas, aku keluar dari tempat persembunyian dan berjalan mengecek buku di rak itu satu persatu dari yang paling ujung. Aku berusaha senatural mungkin, seolah-olah aku baru saja datang ke sisi ini.
Sejauh ini aku berhasil.
Sambil membaca informasi yang menunjukkan kelompok buku jenis apa saja yang tertera, aku meliriknya sekilas. Tidak berubah, dia masih sama seperti tadi. Berdiri di sisi ujung rak yang lain sambil membaca buku. Dia terlihat serius dan sangat fokus. Memang apa sih yang sedang dia baca? Aku penasaran, tapi aku pun punya urusan sendiri yang harus segera diselesaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Blossom || KookV ✓
Fanfiction[COMPLETE] . [School Life AU] Aku pun penasaran. Kira-kira sejak kapan? . . . "Wah, Jeongguk, bahkan kau nggak memberitahu kami kalau kau dekat dengannya?" Eunwoo menatapku dengan penasaran. Namun nada bicaranya benar-benar menjengkelkan. "Omong kos...