Dandelion | 3

5 2 0
                                    

Cuaca mendung tampak pada langit yang memayungi kota pahlawan. Banyak orang segera meninggalkan tempat mereka berdiam agar cepat sampai kerumah karena tanda tanda hujan turun sudah terlihat dari butiran butiran air yang sudah mulai menjatuhkan diri ke bumi.

Semuanya nampak sibuk untuk melarikan diri dari butiran hujan yang kian deras begitu pula dengan Rania. Dia berdiam diri di halte untuk menunggu bus namun nampaknya disaat hujan seperti ini jarang bus yang lewat. Dikarenakan lembur 2 jam menjadikan ia harus melewati bus yang disediakan kantor untuk mengangkutnya pulang, ia khawatir dengan abang dan adiknya dirumah karena jika hujan disertai angin seperti ini kerapkali kontrakan mereka bocor. Ia hanya bisa pasrah dan berdoa agar hujan ini cepat reda dan dia bisa menidurkan kepalanya karena ia merasa mulai pusing setelah seharian kerja.

Setelah hampir menunggu setengah jam nampaknya hujan tidak mau berhenti, masih ada rintik rintik deras yang menemani dinginnya malam ini. Rania lupa membawa payung biru lipat yang biasanya ia bawa kekantor saat musim hujan. Ia hanya bisa pasrah menunggu hujan reda sembari mengamati orang yang lalu lalang disekitarnya.

Lamunannya buyar ketika suara dering dari ponsel dalam tasnya berbunyi, mungkin abang atau adiknya yang sedang menelpon untuk menanyakan keberadaanya sekarang yang sudah melewati jam pulang kantor. Namun ternyata nama pak Arya terlihat jelas di layar handphone nya, sejenak ia ber firasat apakah ia akan diperintah oleh bos nya itu untuk kembali kekantor dan menyelesaikan beberapa laporan yang belum selesai mengingat bosnya sedikit gila dalam menyangkut pekerjaan, baginya bosnya itu terlalu berambisi dalam target perusahaan.

Segera Rania menggeser tombol hijau untuk mengangkat telepon dan suara pak Arya langsung terdengar di telinga kanannya.

"Halo Ran"

"Iya Pak, ada apa? " Tanya Rania dengan nada sedikit heran serta suaranya ia teriakan karena teredam oleh suara hujan.

"Saya lihat kamu masih di halte, ketinggalan bus ya kamu?! "

"Eh.. Bapak dimana? Kok lihat saya? Bapak dari tadi juga belum pulang? Katanya segera pulang setelah saya beres beres meja"

"Hmm ya gitu niat awalnya seperti itu, mata saya tadi melihat sedikit kesalahan dalam perhitungan proyek jadi saya revisi sampai baru selesai sekarang"

"Oh " Jawab rania singkat karena dia tidak tau mau mengatakan apa lagi.

"Mau barengan nggak? Rumah kamu di daerah mana sih? Kamu juga sudah pasti lama nunggu"

"Saya lagi proses pesen ojol pak" Tolak Rania halus

"Rumahmu daerah mana biar saya antar nih! Hujan hujan nggak baik untuk kesehatan. Saya selalu memperhatikan kelangsungan kehidupan kesehatan karyawan ya! Jadi kamu nggak usah ngeles kalau nggak masuk kerja alasan flu dan sebagainya" Mendapat tuduhan yang gamblang dari bos nya Rania hanya bisa pasrah saja, pasalnya pak Arya ini tipikal orang yang super duper disiplin. Bagaimana tidak telat beberapa menit saja surat peringatan 1 sudah ada dimeja karyawan terlambat sebelum jam istirahat. Jiwanya memang jiwa jiwa workholic.

"Nggak usah pak beneran jatuhnya nanti saya ngerepotin pak Arya, pasti capek langsung pulang aja pak terus tiduran besok pikir target baru" Canda rania

"Nggak usah kamu ingatkan saya sudah pasang target tiap harinya di papan samping tempat tidur saya sudah terplanningkan, ayok saya antar nggak ada alasan kamu Rania langit?! " Hanya bisa pasrah itulah yang dirasakan rania saat ini sangat sulit mempengaruhi bosnya kalau sudah ingin mencapai sesuatu.

" Daerah kali mas pak"

"Ya itu searah sama apartemen saya rania! Habis ini aku samperin kamu yang pakek baju ijo di halte depan itu kan?penampilan kamu kayak gembel belum makan seminggu!"

Dandelion [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang