"Gue capek." Alice berjalan linglung. Persis seperti orang yang baru saja menghabiskan lima botol soju.
"Ish jangan deket-deket, lo keringetan." Cyra menjauhkan diri dari Alice. Saat gadis itu akan ambruk, Cyra hanya akan memegang tangannya untuk menopang.
"Eh Cyra, kita ketemu lagi." Alunan bariton itu menginstruksi Cyra.
Alice yang tadinya masih linglung, kini mendadak berdiri dengan tegak. Menatap tak percaya orang di samping Cyra.
"L-lo Jeffrey, kan?" Tanya Alice dengan keterkejutannya. Matanya memandang Jeffrey yang berada di depannya tanpa kedip, membuat cowok itu tersenyum kaku.
"Iya, lo kenal gue?" Cowok bermarga Jung itu menatap bingung Alice. Merasa asing dengan perempuan itu.
Mendengar suaranya saja rasanya Alice ingin pingsan. Melupakan teriakannya untuk Delard tadi, Alice kini malah beranjak untuk berdiri di tengah-tengah antara Cyra dan Jeffrey.
"Kenalin, gue Alice temennya Cyra. Btw kok lo bisa kenal Cyra?" Tanya Alice kepada cowok blasteran korea itu.
"Anu, gue--"
"Alice!"
Tiga manusia itu mengalihkan perhatiannya kepada pemuda jangkung yang berlari menghampiri mereka.
"Eh, kalian saling kenal?" Clovis yang baru saja berganti baju menatap bingung ketiga orang di depannya.
"Lo ikut tanding juga?" Bukannya menjawab Cyra malah balik bertanya.
Clovis mengangguk seadanya.
"Eh, gue kenal sama Cyra aja sih." Celetuk Jeffrey yang dibalas anggukan oleh Clovis.
Alice menatap Cyra seolah meminta penjelasan. Yang ditatap hanya mengangguk kecil tanda mengerti.
"Gue sama Cyra balik duluan ya, dahh." Alice menarik tangan Cyra untuk keluar dari area gor. Mulutnya sudah sangat gatal untuk melontarkan pertanyaan kepada Cyra. Sesampainya di depan gerbang keluar, Alice menghentikan langkahnya.
"Jelasin, lo kok bisa kenal sama Jeffrey?"
"Dia temen gue di Amerika dulu, enggak tepatnya tetangga." Cyra bersedekap sambil menjelaskan.
Alice membulatkan matanya, "HAH SERIUS?!"
Cyra mengangguk, "awalnya dia juga mau masuk Cendekia, tapi karena kakeknya pengen dia di Harapan Bangsa dia gak bisa nolak."
Alice mengangguk mengerti. Keduanya kemudian melanjutkan untuk pulang ke rumah masing-masing.
***
"Cyra, papimu udah pulang tuh." Seorang perempuan yang sedang menonton film barat itu mengeluarkan suaranya.
"Mana?!" Antusias Cyra.
"Haloo, anak papi." Pria berusia hampir setengah abad keluar dari dapur. Tangannya memegang cangkir berisi americano.
Melihat itu Cyra langsung berlari untuk memeluk lelaki yang sudah hampir dua bulan tidak pulang karena harus mengurus bisnisnya di luar negeri itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Never Ending
Fiksi RemajaIni kisah Clovis, si atlet taekwondo di SMA Cendekia. Seperti remaja kebanyakan, hidupnya juga tak jauh dari kenakalan. Kehilangan sosok ibu sejak belia dan kurangnya perhatian dari sang ayah yang selalu sibuk bekerja membuat ia tubuh menjadi sosok...