4

0 1 0
                                    

"Mana cola gue," todong cowok bernama Jojo yang sedari tadi sedang kehausan. Clovis melemparkan plastik berisi minuman kaleng dan beberapa rokok ke meja yang sudah dihuni oleh beberapa orang itu.

"Aduh ganteng deh kalo baik gini." Mj mengerlingkan matanya kearah Clovis. Merasa kesal, Clovis memilih untuk tak bergabung dengan para teman tak warasnya itu. Mungkin dulu ia juga sedang tak waras saat menjadikan mereka sebagai teman tongkrongannya.

Dilangkahkannya kaki berbalut sneakers itu pada ruangan berdinding kedap suara yang menjadi tempat favoritnya di rumah ini. Tak terlalu luas namun juga tak terlihat sempit dengan beberapa ornamen di dalamnya.

Clovis mendudukkan dirinya pada kursi kecil di pojok ruangan. Jarinya menekan tuts secara acak. Dan berakhirlah ia memainkan lagu All Of Me oleh John Legend.

Tak sadar mulutnya ikut melantunkan bait demi bait lagu yang ia mainkan. Hanyut dengan suasana, Clovis seolah melupakan teman-temannya yang rusuh di luar ruangan itu. Tak ada dari mereka yang berani memasuki ruangan pribadi milik Clovis. Bukan karena takut mendapat amukan dari cowok yang mereka anggap sebagai ketua itu, namun karena mereka menghargai privasi Clovis. Clovis memang tak pernah melarang teman-temannya untuk masuk ke ruangan ini namun teman-temannya seolah mengerti jika ia tak suka ada orang lain selain dirinya yang menginjakkan kaki di ruangan dengan pencahayaan remang ini.

Suara gedoran dari luar membuat Clovis menghentikan kegiatannya.

"Kenapa?" Tanya Clovis setelah membuka pintu bercat hitam itu. Didepannya ada Joshua atau yang akrab disapa Jojo sudah rapi menggunakan jaketnya. Saat melihat sekeliling pun ternyata teman-temannya juga nampak sudah membereskan kekacauan yang mereka buat tadi. Jika seperti ini tandanya mereka akan segera pulang kerumah masing-masing.

"Gue sama yang lain mau balik dulu. Lo disini apa pulang juga?" Tanya cowok itu.

"Kalian balik duluan aja, gue masih pengen disini," kata Clovis yang mendapat anggukan dari Jojo.

"Nggak takut lo sendirian disini?" Mj menyeletuk. Cowok dengan tinggi hampir seratus delapan puluh senti itu memang agak sensitif dengan sesuatu yang berbau horor.

"Clovis mana punya takut," kata Rayhan, si cowok manis berdarah Belanda. Sama seperti Clovis bedanya Rayhan tak memiliki ciri nyentrik jika ia adalah anak dari pasangan Indo-Belanda.

"Udah sana pulang lo pada," usir Clovis dengan tangannya.

"Baek-baek lo disini, kalo takut baca yasin aja," saran Jojo dengan kekehan. Mereka kemudian berangsur-angsur meninggalkan rumah tiga lantai itu. Rumah yang dibangun dengan gaya minimalis modern itu dulunya adalah milik ayah Clovis, tepatnya rumah ini adalah milik ayah Clovis saat beliau masih muda. Karena ingin anak dan istrinya tinggal di rumah yang lebih luas, ayahnya memilih untuk membeli rumah baru sehingga rumah ini akan ia wariskan kepada Clovis saat dewasa nanti. Dan saat usianya menginjak enam belas tahun tepatnya satu tahun yang lalu, Clovis meminta kepada ayahnya untuk menggunakan rumah ini sebagai tempat untuk berkumpul dengan teman-temannya.

Clovis kembali masuk kedalam ruangannya. Ia memilih untuk duduk di sofa dekat jendela yang berhadapan langsung dengan taman samping.

Tatapannya berubah sendu saat matanya melihat kearah langit.

"Mama, Varo kangen."

***

"Kucing gue ternyata kawin sama kucing tetangga gue."

Cyra menyimak dengan serius ucapan Alice. Cewek dengan segala kerandomannya itu sedang galau karena merasa kecolongan saat kucingnya tiba-tiba hamil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Never EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang