Chapter 3 - Hari Pertama Sekolah

47 14 0
                                    

"SEUNGMIN!!" seru Wonpil sambil memukul mukul pintu kamar Seungmin secara brutal.

Belum cukup Jae yang ngelepasin satu engsel pintu kamar Seungmin, kini ditambah sama gedoran dari Wonpil. Gimana nasibnya pintu kayu imut itu?

"Apaan, sih, Ma?!" sahut Seungmin yang lagi makan roti di dapur.

Wonpil langsung menoleh ke arah Seungmin. "Lho? Kamu udah bangun, nak?" tanya Wonpil sambil menggaruk kepalanya.

"Udh dari tadi, Ma. Mama aja yang bangunnya kesiangan," jawab Seungmin sambil memutar matanya malas.

Wonpil cuma haha hehe doang, terus kabur begitu aja. Seungmin yang melihat hal tersebut hanya menghela napas pelan, dan menggeleng gelengkan kepalanya.

"Eh, Seungmin udah bangun toh," sapa Jae.

"Ya udah lah, Pa...," jawab Seungmin dengan malas.

"Mau langsung berangkat sekolah?"

"Boleh deh, Pa."

"Sebentar, Papa mau ngopi dulu."

"Ck. Jangan lama lama, Pa!!"

"Iya, iya."

Jae berlari ke dapur dengan secepat kilat, kemudian balik lagi ke ruang tamu. "Langsung berangkat, kan? Gak mampir kemana mana?" tanyanya, memastikan.

"Iya, Pa. Emang mau kemana lagi?" Seungmin malah berbalik tanya.

"Kali aja kamu mau ke Indomaret beli cemilan dulu," jawab Jae asal.

"Ya, enggaklah, Pa! Lagian, mana ada Indomaret buka jam segini?"

Kedua manusia dengan tingkah laku random itu pun berangkat ke sekolah dengan menaiki vespa warna merah marun. Btw, itu Vespanya Wonpil, tapi berhubung Scoopynya Jae lagi rusak, jadilah Vespa itu dipake sama Jae.

Tak butuh waktu lama untuk keduanya sampai di sekolah yang dimaksud. SMA EsKa 1.

Seungmin langsung turun dari motor Vespa tersebut, dan kemudian berpamitan dengan sang Papa.

"Hati hati di sekolah ya, Min! Jangan nakal, atau nanti novel novelmu Papa buang!" ancam Jae, membuat Seungmin bergidik ngeri.

"Ya, ya, ya... Seungmin gak bakalan nakal, Pa!" jawab Seungmin sambil berlari ke dalam gerbang sekolah warna hitam itu.

Keadaan sekolah masih sepi. Belum banyak siswa siswi yang datang. Palingan hanya ada beberapa, dan itupun pasti anak anak yang belum ngerjain PR atau yang kebagian jadwal piket.

Seungmin berjalan dengan santainya sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Kalau dilihat lihat, sekolah ini tuh lumayan bagus, menurut Seungmin.

Seungmin berjalan melewati tangga sebelah timur. Hanya sekedar lewat di depannya saja.

Wush..

Sesuatu sepertinya baru saja lewat, tapi Seungmin gak peduli. Palingan cuma hantu numpang lewat.

Baru beberapa langkah menuju ruang guru yang kebetulan terletak di samping tangga timur, Seungmin merasa ada yang membuntutinya. Sontak, remaja berwajah imut itu menoleh ke arah belakangnya.

"Oh, cuma siswa yang lagi jalan ke arah kelasnya," batin Seungmin saat melihat ada siswa dengan baju seragam persis seperti Seungmin sedang berjalan menunduk. Kayaknya ini anak rada pemalu.

Seungmin pun lebih memilih untuk mengabaikan itu siswa tersebut, dan kemudian membuka pintu ruang kepala sekolah.

"Permisi...."

Seorang bapak tua terlihat mendongakkan kepalanya, dan tersenyum ke arah Seungmin.

"Kim Seungmin, kan?" tanya bapak itu, masih dengan senyuman manisnya.

Seungmin mengangguk pelan.

"Kamu masuk di kelas 11 IPA 1. Kelasnya ada di lantai dua, tepat di sebelah tangga timur," jelas bapak tua yang diketahui bernama Park Jinyoung itu.

Seungmin kembali mengangguk.

"Ini buku buku pelajaranmu. Tolong disimpan baik baik ya," Jelas Pak Jinyoung sambil menyerahkan sekantong plastik berisikan buku tebal. "Di dalam kantong itu ada jadwal pelajaran juga," tambahnya.

"Terima kasih banyak, Pa," ucap Seungmin sambil keluar dari ruangan tersebut.

Seungmin langsung berjalan ke arah tangga sebelah timur, dan menaikinya.

Sedikit aneh, sih... Banyak siswa siswi lebih memilih menaiki tangga barat, daripada tangga timur. Padahal... Tangga timur itu lebih dekat sama gerbang sekolah, daripada tangga barat.

Seungmin jadi curiga.

Tapi memang sih, hawa di tangga ini sedikit berbeda. Kayak ada sesuatu yang janggal gitu, tapi Seungmin gak tahu yang janggal itu apa.

Seungmin berjalan sambil menutup matanya. Bukan karena takut, tapi dia cuma gak kepengin dikagetin sama jurig jurig usil.

Selama menaiki tangga timur, Seungmin merasa bahwa tangga ini semakin lama, semakin tinggi. Jarak antara lantai satu dengan lantai dua juga semakin jauh.

Ada yang aneh.

Wush.. Swing...

Seungmin sontak membuka matanya. Sesuatu ada yang sengan tidak sengaja menabrak dirinya. Bukan menabrak, tetapi menembus tubuhnya.

Tapi saat diperhatikan lebih cermat lagi, ternyata tidak ada apa apa. Seungmin berasa dipermainkan.

"Aneh," gumam Seungmin, gak merasa takut sedikit pun.

Bertahun tahun punya kemampuan berinteraksi dengan makhluk makhluk ghaib membuat Seungmin tak takut sama yang namanya jurig. Lah, wong, tiap hari dia ketemu sama jurig. Entah di rumahnya, di halaman rumahnya, atau bahkan di kamarnya. So, itu semua udah biasa buat Seungmin.

Seungmin kembali melanjutkan perjalanannya ke arah lantai dua.

Mungkin karena efek terlalu lelah untuk menaiki tangga sebanyak ini, Seungmin merasa pusing. Semuanya jadi berkunang kunang, dan mulai memburam.

Hal terakhir yang ia lihat adalah bayangan manusia melayang dengan rambut cokelat acak acakan dan juga bercak bercak darah menghiasi baju seragamnya. Wajahnya terlihat sangat imut, apalagi dengan mata sayunya.

Seungmin jelas tidak tahu siapa dia.

"Eh, bangun!" seru seseorang, namun Seungmin lagi lagi tak tahu siapa dia. Pandangan sudah menggelap.





























Remaja berwajah pucat itu terlihat panik saat menemukan Seungmin pingsan di gudang lantai empat, gudang yang gak pernah digunakan siswa siswi sekolah itu. Entah ada apa gerangan yang membuat anak itu pingsan di sana.

Remaja yang tak diketahui namanya itu langsung membawa Seungmin ke UKS. Kasihan kalau gak ditolong, pikirnya.



















"Eungh... Ini gue dimana?"

"Di UKS."

Seungmin langsung terbangun, namun kemudian kepalanya langsug nyut nyutan.

"Jangan duduk dulu. Lo mending tiduran aja. Gue udah ngasih surat izin ke kelas lo, jadi gak usah khawatir," ucap seseorang yang entah siapa namanya.

Seungmin menoleh ke arah remaja tersebut, namun ia tidak dapat melihat wajah remaja tersebut dengan jelas. Semuanya masih buram.

"Udah tiduran lagi aja. Jangan mikirin macem macem, nanti pusing lagi," ucapan remaja itu, membuat Seungmin menurut.

Seungmin kembali berbaring di atas kasur UKS yang lumayan empuk.

Remaja yang tak diketahui namanya itu sesekali mengelus punggung tangan Seungmin untuk memberinya ketenangan. Dan benar saja, dalam hitungan menit, Seungmin telah mengarungi alam mimpi.

"Lucu," batin remaja tersebut sambil tersenyum.

Ghost [Chanmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang