Chapter 1 - Pertemuan Di Gramedia

69 17 5
                                    

"Chan, gue mau ke Gramedia dulu nih, si Hyunjin nitip buku Kimia. Lo tunggu di rumah gue dulu ya. Gue gak lama kok," ucap Changbin saat Bang Chan baru nyampe di pintu gerbang rumah Changbin.

"Ogah. Rumah lo gede banget, Bin. Yang ada gue malah tersesat nantinya," tolak Bang Chan.

"Lah, terus, lo mau ngapain? Nungguin di depan gerbang? Yang ada lo malah digangguin sama tuh jurig jurig kecentilan," tanya Changbin lagi.

Btw, Changbin juga sama kayak Bang Chan, dia juga indigo. Bedanya, Changbin itu pemberani, kalo Bang Chan penakut.

"Ck. Kenapa si Hyunjin gak beli sendiri aja si, Bin? Dia, kan bisa naik motor. Dasar, pemalas," tanya Bang Chan yang udah ngambek duluan.

Changbin yang lagi ngeluarin motor dari garasi, langsung melotot ke arah Bang Chan. Gak suka kalo ada yang ngomongin Hyunjin.

"Heh, Chan, si Hyunjin tuh lagi sakit. Dua hari ini dia gak masuk sekolah. Makanya dia nitip buku Kimia buat dia pake buat belajar di rumah," jelas Changbin.

"Oh... Gitu. Ya udah, gue ikut." Bang Chan langsung naik motornya Changbin, tanpa nungguin persetujuannya Changbin.

"Lah, kenapa jadi lo yang nyetir, Chan? Kan, ini motor gue?" tanya Changbin tidak terima.

Kan gak lucu kalo orang ngelihat ada orang dengan tampang mirip begal diboncengin sama orang lain.

"Kalo lo yang nyetir, entar malah nyungsep ke depan, Bin. Gue gak mau bayarin biaya rumah sakit lo," jawab Bang Chan, tak menerima penolakan.

"Serah lo aja deh."

Dan pada akhirnya, kedua curut kekurangan tinggi badan itu pergi ke Gramedia naik motor Scoopy warna merah muda.

~Ghost~

"Beli buku yang mana, ya?" tanya Seungmin bermonolog.

Dia sekarang ini ada di rak khusus novel. Tadinya dia mau milih buku novel horor dulu, tapi ngelihat ada buku diskonan di rak novel terjemahan, Seungmin langsung cus ke sana dulu.

Remaja berwajah mirip puppy itu, terlihat mengacak acak seisi rak buku untuk mencari buku yang sesuai dengan keinginannya.

Dan pilihannya pun jatuh pada sebuah buku dengan cover biru tua. Buku Harry Potter jilid ke 5 yang tebelnya nauzubillah.

"Nah, sekarang, tinggal buku novel horornya aja nih," ucap Seungmin sambil berlari lari kecil di antara rak rak berisi buku horor, tepatnya novel.

Tepat saat Seungmin menemukan rak yang dimaksud, remaja itu malah bertemu dengan dua orang remaja yang nyasar di rak yang salah.

"Eh, dek, boleh nanya gak?" tanya salah satunya dengan wajah yang cukup menyeramkan. Tampang begal gitu. Untung aja, gak terlalu tinggi, jadi Seungmin gak begitu takut.

"Boleh, Kak. Mau nanya apa?" jawab Seungmin ramah.

"Kalo rak buku Kimia itu dimana ya?" tanya remaja yang satunya lagi. Untung yang ini wajahnya gak serem. Kalo serem, tentu Seungmin bakalan curiga kalo mereka tuh komplotan begal yang mau insaf, terus nyasar ke rak buku horor pas lagi mau nyari buku rohani.

Seungmin jujur aja, sedikit terpanah dengan wajah tampan remaja yang satu ini. Bener bener tipenya dia.

"Eh.. Di sana, Kak. Lurus aja, nanti 500 meter, belok ke kanan, ada perempatan, belok kiri, lurus, nanti belokan kedua, belok kanan. Udah di situ, Kak," jelas Seungmin sambil memperagakan belokan belokan yang dimaksud. Gak nyadar aja dia kalo tadi dia mirip manusia balon yang ada di depan SPBU.

Kedua manusia yang diketahui tinggi ke samping itu--udah kayak iklan aja--langsung cengo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua manusia yang diketahui tinggi ke samping itu--udah kayak iklan aja--langsung cengo. Itu jalan menuju buku Kimia, atau jalan menuju akhir dari kehidupan? Kok rumit sekali?

"Eh, terima kasih ya, adek cantik," balas remaja yang wajahnya ramah itu.

What the- Cantik dari mana?! Gue tuh cowok!! -Suara hati seorang Seungmin.

Iya, di otak, Seungmin ngomel ngomel, padahal wajahnya udah berubah merah kayak tomat.

"Sama sama, Kak!" jawab Seungmin ramah.

Memang, otak sama mulut dan muka tuh kadang gak sinkron. Kan, jatuhnya malah malu maluin.

~Ghost~

"Eh, anjir, Bin. Itu orang cantik banget. Pengin minta nomor wa deh," ucap Bang Chan saat dia dan Changbin lagi muter muter di rak buku Kimia.

Apakah saudara Bang Chan tidak tahu, bahwa Changbin sedang bad mood dikarenakan harga buku Kimia yang dimaksud Hyunjin itu mahalnya selangit? Mana Changbin dengan sok sokannya bilang mau neraktir lagi. Melayang sudah uang tabungannya.

"Lo jatuh cinta di pandangan pertama ya?" tanya Changbin.

"Kayaknya sih gitu, Bin," jawab Bang Chan.

Changbin kembali acuh dan mencoba mencari buku Kimia yang harganya lebih murah, tapi isinya gak beda jauh sama buku Kimia yang tadi.

"Berarti lo sama kayak gue. Gue juga jatuh cinta pada pandangan pertama," ucap Changbin.

"Lah? Beneran?" tanya Bang Chan masih gak percaya.

"Iya, gue ketemu sama Hyunjin di taman dekat rumah. Waktu itu, dia nanya ke gue, tempat jualan bakso tuh dimana. Dan, abis itu gue jatuh cinta sama dia," jelas Changbin panjang lebar.

"Kurang elite cerita lo. Masa cuma berawal dari nanya tempat jualan bakso bisa jadi jatuh cinta?"

"Namanya jodoh, Chan. Orang tua gue malah lebih absurd ceritanya."

"Eh, gimana gimana?"

"Jadi tuh, mereka berdua gak kenal sama sekali, bahkan gak pernah ketemu. Terus, waktu itu, Papa lagi jalan jalan sama temen sambil foto foto narsis gitu lah. Papa gue sebelum foto tuh, nyeletuk, bilang "Siapa tahu nanti yang kefoto jadi jodoh gue". Eh ternyata, Mama yang lagi joging malah ikut kefoto. Jadilah mereka berdua jodoh," kisah Changbin panjang lebar sambil ngerap sesekali.

"Absurd bener tuh cerita. Gak ada angin, gak ada apa, malah habis itu nikah," tambah Changbin.

Bang Chan yang denger kisah nonfiksi berkedok dongeng ala ala disney tersebut hanya bisa geleng geleng kepala. Papa dan Mama Changbin aja udah absurd, gimana anaknya?

"Jodoh tuh emang gak kemana," celetuk Bang Chan.

Ghost [Chanmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang