Chapter 2 - Kedatangan Si Kunti

53 17 1
                                    

Fyi, Seungmin dan kedua orang tua baru pindah beberapa hari yang lalu. Mereka pindah dari Korea ke Jakarta. Jauh, kan?

Walaupun orang pindahan dari Korea, Seungmin tuh udah lancar bahasa indonesianya. Soalnya, dia waktu di Korea pernah berteman sama Abdul Jamil--anak asal Jawa yang salah masuk pesawat jurusan Seoul--dan diajari beberapa percakapan sehari hari sama si Abdul itu.

"Ma, aku gak disekolahin nih? Nanti otakku berdebu, gimana? Susah bersihinnya nanti," tanya Seungmin yang baru pulang dari gramedia beberapa menit yang lalu.

Wonpil yang lagi nyuci piring, langsung menoleh ke arah Seungmin, dan berpikir sejenak. Bener juga apa yang dikatakan Seungmin, takutnya otaknya Seungmin keburu tumpul di dalam sana, nanti akhir akhirnya malah repot, harus nyerutin tuh otak biar tajem lagi.

"Ya udah. Entar, Mama tanya Papa dulu ya, Min," jawab Wonpil pada akhirnya.

"Yes!! Makasih Mamaku sayang!" balas Seungmin.

"Kamu sayang Mama kalo ada maunya aja ya."

"Hehe... Gak gitu, Ma..."

"Terserah kamu aja, Min. Mama mau nyuci piring lagi. Masih ada satu ton lagi yang belum dicuci."

Ya, jangan kaget. Dapur rumah Seungmin tuh luasnya kayak GBK, bahkan lebih gede daripada itu. Jadi, peralatan makan yang ada di sana juga ada banyak. Lumayan, bisa disewain kalo ada orang yang butuh.

Seungmin cuma mengangguk, terus lari ke dalam kamar. Mau baca buku novel yang tadi dia beli.

Niatnya sih mau baca buku novel, tapi entah kenapa malah pikirannya mengawang sampe kemana mana, termasuk pikiran tentang remaja yang tadi dia temui.

"Itu orang apa malaikat ya? Kok ganteng banget? Papa aja kalah," batin Seungmin

"Ah, sial. Kenapa aku gak nanya namanya sih?!" rutuk Seungmin kepada dirinya sendiri.

Seungmin berguling ke sana kemari, membuat seprai yang ia tata hingga rapi, kini berubah menjadi gumpalan kain yang kusut.

"Kira kira bisa ketemu lagi gak ya, sama tuh orang?" tanya Seungmin entah kepada siapa. Mungkin kepada plafon kamarnya?

Tiba tiba...

Brak!!

"Cieeeee.... Anak Papa udah jatuh cinta," goda Jae, Papa dari Seungmin.

Seungmin menatap datar ke arah sang Papa yang sedang mengusap tengkuknya karena canggung. "Pa, ketok pintu dulu! Untung tuh pintu gak punya nyawa, coba kalo punya nyawa, udah melayang kali!"

"Ampun, nyai!! Papa gak bakalan ngulangin lagi," ucap Jae sambil berlari kabur dari kamar Seungmin.

Seungmin cuma menghela napasvpelan, dan kembali membongkar kantong plastik berisi novel novel yang tadi ia beli.

"Sumpah, Papa kurang kerjaan banget. Salah apa sih hamba, sampai sampai punya bapak kayak gitu?" gerutu Seungmin sambil memilah novel mana yang akan ia baca lebih dulu.

Pilihannya pun jatuh pada novel bergenre horor yang tadi ia pilih. Menurut Seungmin, novel pilihannya yang satu ini lumayan menarik. Bukan hanya sinopsisnya saja yang bagus, covernya juga lain daripada yang lain. Aesthetic gitu pokoknya.

Baru saja Seungmin hendak membaca buku novel tersebut, namun sebuah suara menginterupsinya.

"YUUHHHUU!!! UMINKU SAYANG! BESOK KAMU SEKOLAH!" seru Jae sambil menerobos kamar Seungmin yang tak lagi berpintu--karena pintunya udah rusak parah, gara gara ulah jae.

Seungmin kembali menatap Papanya datar. "Bisa biasa aja?" tanya Seungmin dengan nada dingin, membuat Papanya ingin menangis saja rasanya. Seungmin kalau udah marah, ya serem. Sebelas dua belas sama kayak temen temennya.

Jae langsung nyelonong pergi dari kamar Seungmin, setelah datang membawa malapetaka bagi pintu kamar anak semata wayangnya.

"Ck. Menyusahkan saja," gerutu Seungmin sambil lanjut mambaca buku lagi.

Baru membaca satu kata, ketukan beruntun terdengar dari luar kamarnya. Tepatnya di jendela.

Beberapa telapak tangan dengan bercak darah terlihat memenuhi benda transparan itu, membuat Seungmin berdecak kesal.

Dengan segera, Seungmin membuka jendela kamarnya lebar lebar. Di sana terdapat seorang hantu dengan wajah amburadul penuh dengan darah, dan rambut panjang warna hitam pekat. Mbak Kunti, panggilannya.

"Lo ngapain ke sini lagi, sih? Udah gue bilang, rumah gue bukan panti jurig!" omel Seungmin kepada Mbak Kunti.

Panti asuhan atau panti jompo pasti udah biasa. Tapi kalau panti jurig? Apakah ada di dunia ini?

"Idih... Siapa juga yang mau nginep," bantah Mbak Kunti sambil mendelik. Gak terima dia tuh, dikatain mau numpang.

"Lah, terus lo mau ngapain, Mbak Kunti Yang Terhormat?!"

"Mau ngasih tahu doang. Di sekolah lo nanti ada penunggunya. Jaga jaga aja," peringat Mbak Kunti.

Seungmin menatap datar hantu menyeramkan di hadapannya. "Udah? Itu doang, kan?" tanya Seungmin dengan nada ketus.

Mbak Kunti ikut ikutan masang wajah datar. "Dikasih tahu, bukannya terima kasih kek. Apalah gitu. Lah, ini enggak, malah diketusin. Dasar, manusia gak tahu terima kasih," omel Mbak Kunti.

"Baperan amat, dah, ini kunti satu," gerutu Seungmin. "Udah, sono! Balik!! Balik!! Gue gak menerima tamu melayang kayak lo!"

"Gue gak melayang. Noh, lihat, gue napak!" bantah si Mbak Kunti, gak terima dikatain melayang.

"Gak melayang, pala lo! Udah jelas kaki lo gak ada gitu." Seungmin ikut ikutan ngebantah.

Setelah Seungmin berkata seperti itu, Mbak Kunti langsung pergi begitu aja. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, tentunya. Sakit hati dia tuh--walaupun hatinya udah gak ada di tempatnya. Udah baik baik nyari informasi tentang sekolah baru Seungmin, eh... Bukannya terima kasih, malah diomelin.

Seungmin langsung menutup jendela kamarnya dengan rapat rapat. Tidak lupa ditariknya gorden warna baby blue itu untuk menutupi jendela.

Hari udah hampir malam, jadi Seungmin harus berjaga jaga. Biasanya, malem malem gini, jurig banyak yang numpang ke rumahnya. Entah hanya sekedar curhat, main play station di kamar Seungmin sampe subuh, atau bahkan ada yang ngajak battle break dance sama Seungmin. Kurang gak waras apa, coba mereka tuh?

Ghost [Chanmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang