🍬Kunto Bimo

839 137 8
                                    

Story by:

toscamin













Bang Chan as Erlangga Bintang Nagata
Seungmin as Lentera Putra Wirayudha
Changbin as Abimanyu Guntur Wicaksono

cerita ini hanya berdasarkan mitos yang beredar di masyarakat sekitar



















Setengah jam berlalu sebelum Lentera mendengar langkah kaki ringan dan cepat Nagata melintasi lorong. Ia bangkit dari kursinya saat Nagata muncul dan matanya menyipit penuh penghargaan.

"Diem ketua kelas mau ngomong!" teriak Lentera sedikit meringankan tugas Nagata dengan menyuruh diam teman sekelasnya.

"Gimana Ta hasilnya?"

"Kita bakal ke mana Ta?"

Banyak sekali pertanyaan yang muncul. Padahal belum ada satu kata pun yang keluar dari bibir Nagata. Perlahan para siswa kembali tenang saat Nagata memberi isyarat untuk diam.

"Menurut keputusan kepala sekolah besok kita ke Candi Borobudur lagi. Aku tau kalian bakal ngeluh setelah aku ngomong ini."

Sudah hanya itu. Nagata tak berniat untuk berbaur dengan teman yang lain. Menyusun acara saat di sana misalnya. Bahkan Nagata sama sekali tidak tertarik. Ia lebih suka menjalani kehidupan tanpa menyusunya. Itulah Nagata.

"Eung.. Gata," panggil Lentera berdiri di dekat Nagata, berusaha mengintip apa yang sedang dilakukannya.

"Baca apa ta?" tanya Lentera lagi-lagi berusaha membuka pembicaraan dengan Nagata meski ia tau kemungkinannya kecil.

Tak menjawab. Nagata hanya memperlihatkan bukunya, lirik Lentera sekilas lalu kembali pada fokus awalnya. "Emm kamu besok duduk sama siapa Ta?"

Masih sama tak ada jawaban. Lentera merenungkan betapa malunya dirinya sendiri telah menanyakan pertanyaan seperti itu. Nagata—tentu saja—tidak memikirkannya sedikit pun.

Mendadak Lentera tersenyum canggung saat Nagata memalingkan wajah ke arahnya. "Ada yang lucu Ra?" satu pertanyaan dari Nagata yang berhasil buat Lentera ingin mengubur dirinya saat ini.

"Eung.. Itu Ta lucu." Lentera asal menunjuk pada buku yang Nagata baca.

Nagata mengerutkan dahinya, bingung apa yang lucu dari peristiwa jatuhnya bursa saham Amerika Serikat tahun 1929. Yang jelas-jelas menghancurkan ekonomi baik negara industri maupun negara berkembang dan lebih parahnya membuat volume perdagangan internasional berkurang drastis.

Harusnya Lentera tau jika peristiwa ini berdampak pada pendapatan pajak hingga pendapatan perseorangan. "Gila kamu Ra," kata Nagata lalu pergi meninggalkan Lentera dengan langkah cepat.

Abimanyu; si kamera CCTV kelas yang sedari tadi mengamati keduanya kini melompat dari bangkunya, singkirkan beberapa siswa yang menghalangi langkahnya. Tungkainya secara otomatis melangkah ke arah Lentera yang baru saja mendapatkan bom nuklir dari Nagata.

"Enak Ra dicuekin Gata?"

Lentera merengut dengar ledekan yang baru saja keluar dari bibir Abimanyu. Tangannya dilipat di depan dada, bibirnya mengerucut tanda tak suka dengan ledekan yang Abimanyu berikan.

"Kalau kamu dateng cuma mau ngeledek, mending kamu ke arah sana Bim." dagu Lentera mengarah pada pintu kelas yang terbuka lebar, seakan menyambut Abimanyu dengan senang hati untuk keluar.

[7] Asmaraloka✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang