Chapter 04

16 4 0
                                    


.

.

Sejujurnya, gue suka- bukan, cinta mati sama permainan Hyunjin. Agak kasar, tapi romantis. Indah, tapi berduri kayak mawar. Dan duri itu gak menghentikan orang-orang untuk jatuh cinta sama bunga mawar, kan?

Hyunjin itu layaknya mawar bagi gue. Bahkan ketika cowok itu sekarang lagi menjambak rambut gue dan mendorong gue ke tembok, gue tetep suka. Persetan dengan orang-orang yang lagi nontonin kita sambil makan 'popcorn' masing-masing.

Karena gue yakin badan Hyunjin sepenuhnya nutupin tubuh telanjang gue yang seharusnya gak mereka lihat.

Lengan kekar Hyunjin memeluk perut gue lembut. Tapi hentakannya di bawah sana cukup kasar untuk bikin gue mendesah dengan gila. Tapi sekali lagi, Hyunjin mahir dalam permainan ini. Dia melumat bibir gue dari belakang, menahan hasrat gue untuk bikin semua orang di ruangan ini tergoda.

Karena kata Hyunjin, suara gue ketika lagi horny benar-benar bangunin 'adek' yang udah tidur.

Sialan Hyunjin! Tapi gue cinta, mau gimana lagi?

"Aku gak kuat Hwang-" bisik gue melepaskan ciuman kami, sambil meremas lengan Hyunjin kuat. "Aku duluan-hhh."

Kaki gue lemas. Kalau bukan karena Hyunjin yang kuat nahan tubuh gue, mungkin orang-orang di belakang sana tau kalau gue udah orgasme.

"Maafin aku, Alice," bisik Hyunjin lembut. Ada sedikit desahan terselip di akhir kata-katanya yang dia buat setenang mungkin. "Aku gak tau kenapa, biasanya kita bisa barenghhh. Tapi tolong tahan agak lama lagi. Maaf."

Bagian dalam gue masih berdenyut. Dan itu bikin gue semakin merasakan kalau punya Hyunjin masih kuat di dalam sana. Masih sekeras ego kami masing-masing ketika bertengkar.

Gue gak menyalahkan dia. Tebakan gue, yang mereka suntikin ke Hyunjin juga sejenis obat perangsang.

"Maafin aku," ujar Hyunjin sekali lagi sambil membalik tubuh gue menghadap dirinya yang masih berpakaian lengkap. Selain seluruh kancingnya yang sudah terbuka.

Gue meremas bahu Hyunjin ketika merasakan bagian dirinya masuk semakin dalam.

Anjir! Sejak kapan punya Hyunjin bisa masuk sedalam ini? Gak mungkin makin panjang dalam dua minggu kan? Padahal gue gak main sama dia cuma selama ujian.

"Gila, Hwang! Kamu- ini- ANJING!"

Gue gak sadar ngomong senyaring itu. Salahkan senjata Hyunjin yang tiba-tiba mengejutkan tubuh gue. Yang semakin masuk dan menyentuh titik gue berkali-kali. Kedua mata gue gak sengaja mengintip dari balik bahu Hyunjin. Tiga pria itu terkekeh ngeliatin kita berdua sambil sibuk masing-masing.

"Selama ini... aku... Maaf." Hyunjin menarik kepala gue, mengecup hidung gue singkat. Gerakannya di bawah sana masih konsisten. Intens dan sedikit memaksa. "Aku takut kamu kesakitan makanya...ohh fuck! Maaf aku gak bisa ngontrol diri."

Tangan gue meremas belakang kepala Hyunjin. Merasakan sensasi yang baru pertama kali gue rasakan bareng dia.

"Hwang!" Sekali lagi gue teriak karena gak bisa mengontrol mulut setan ini. Gue cepat-cepat menggigit bibir. "Gila kamu kalau kayak gini. Besok-besok jangan ditahan lagihhh."

"Sebenernya... ini juga belum semua, Al."

Gue melirik ke bawah. Selama ini gue gak mau ngeliat penyatuan kami berdua karena lebih memilih menikmati perlakuan Hyunjin daripada mengukur kuantitas. Dan yang gue liat sekarang...

Tangan gue meraba pipi Hyunjin. Kemudian mencubitnya gemas. Tapi malah kedua telinganya yang memerah.

"Kamu yang masukin... atau aku?" tanya gue mendesah tertahan. Masih bertahan dengan perjanjian gue dan Hyunjin di awal kalau gue gak boleh mendesah dan membiarkan tiga keparat di sana kesenengan.

Hyunjin terlihat berpikir. Bisa-bisanya cowok dibawah pengaruh obat-obatan itu masih mikir?

"Kelamaan kamu!"

Gue mendorong Hyunjin jatuh ke lantai berdebu. Suara berdebum diikuti seruan ramai dari tiga anjing di belakang. Peduli setan dengan tubuh telanjang gue yang lagi mereka liatin. Toh sejak sebelum Hyunjin sadar mereka juga memang udah liat seluruh tubuh gue.

Satu hal yang gue amat sangat percaya diri dengan tubuh gue adalah garis punggung yang dalam. Hyunjin pernah bilang kalau bagian itu sexy. Gue setuju 1000% dengan itu.

Dan sekarang gue memamerkan punggung gue ke tiga makhluk sange di ujung sana.

Bodo amat! Yang penting Hyunjin punya gue!

Tapi diam-diam suara langkah tiga orang itu yang mendekat bikin gue merinding juga. Perut gue mulai kram lagi.

"Hwang-"

Dan Hyunjin bisa tau kalau gue lagi ketakutan cuma dengan melihat raut muka gue. Dia mengelus pipi gue lembut. Menyentuh kelopak mata gue, menenangkan sarafnya yang kaku.

"Aku gak akan biarin mereka mainin kamu lagi. Maaf, tapi kamu harus tahan meskipun udah gak sanggup."

Hwang Hyunjin membalik posisi tubuh kita berdua. Sekarang Hyunjin di atas, memeluk tubuh gue. Benar-benar menutupi tubuh gue dengan tubuh dan pakaiannya. Kecuali kaki gue di bawah sana.

"Kakinya jangan gerak-gerak," bisik Hyunjin tepat sebelum tiga anjing sialan itu sampai. "Kayak gitu uhh... bikin aku yang gak tahanhh."

"Bagi dikit space-nya keparat!"

Chang menendang kaki Hyunjin kuat. Tapi pangeran gue itu sama sekali gak bergerak. Dia masih bergeming dengan juniornya yang makin masuk ke dalam tubuh gue.

"Udah mau keluar ini anjing! Geser dikit!" Kali ini Noel yang menendang tubuh Hyunjin. "Gue mau keluar di atas perut Alice!"

Han tanpa aba-aba berjalan pergi, dan kembali dengan dua balok kayu. Salah satunya dia berikan kepada Changgara.

"Minggir sialan! Kita juga mau masukin Alice!"

Gue mengeratkan genggaman tangan gue di kerah denim Hyunjin. Jelas ketakutan.

Takut kalau mereka bener-bener menerobos masuk tanpa ijin, memperkosa gue. Dan takut kalau tubuh Hyunjin gak kuat jadi bantalan balok-balok kayu di tangan mereka.

Yang terakhir paling meneror otak gue.

Gue nangis sejadi-jadinya dalam diam. Ngeliat mereka bertiga gak ada niatan berhenti gebukin Hyunjin. Ngeliat tubuh Hyunjin yang mulai kejang karena rasa sakit yang di tubuhnya. Ngeliat dia yang masih bergeming di posisinya yang melindungi tubuh gue.

Gue gak yakin tulangnya masih utuh saat ini.

Tapi Hyunjin masih berusaha senyum sambil natap gue. "Tahan sebentar lagi ya, Al. Kamu pasti kuat. Uhukkk..."

Hyunjin mulai batuk darah. Dan gue mulai nangis kejer.

"Satu-satunya hal yang aku sesali adalah ngajak kamu dari kampus sore ini. Harusnya aku nurutin kamu untuk pulang dulu ke rumah. Ijin mama-papa kamu..."

"Hwang..."

Masih dengan senyuman di bibirnya, Hyunjin mengecup bibir gue singkat. Tapi gue yakin kesadarannya semakin menghilang.

"Maafin aku gak bisa jaga kamu..."

"Hwang-"

**☻☻☻**

"Hwang Hyunjin keparat!"

VACATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang