Chapter 02

23 4 0
                                    

.

.

Oke.

Sekarang gue mulai takut.

Gue gak inget apa-apa.

Terlebih sekarang mata gue ditutup.

Gelap.

Tangan dan kaki gue juga gak bisa digerakin. Anjir! Bahu gue pegel karena tangan gue diiket ke atas. Dan...

Hyunji-

Mulut gue kebuka, niatnya buat manggil nama cowok itu. Tapi gak ada suara yang keluar. Malah leher gue kerasa sakit banget. Perih.

Uhuk... uhukk...

Gila! Siapa nih yang ngerokok di depan muka gue? Gue paling gak bisa ngehirup asap. Sekalian bunuh gue aja sekarang. Daripada bikin gue mati perlahan kayak gini.

"Jangan... Alice..."

Itu suara Hyunjin. Tapi suaranya lemah banget. Samar-samar kedenger di telinga gue. Mulut gue kebuka lagi, mau manggil namanya. Tapi semakin banyak asap rokok yang masuk ke paru-paru gue.

"Hwang..."

"Terserah lo mau apain gue. Tapi lepasin Alice, setan!"

Suara Hyunjin juga gak lebih baik dari suara gue. Parau. Tapi penuh emosi. Gue tebak mata dia gak ditutup. Gak kayak kondisi gue sekarang.

Asap itu perlahan mulai hilang. Bisa gue rasain. Tapi bau rokok masih tajam banget. Dan gue sadar ada tangan yang mendekat ke muka gue. Tangan yang bau rokok.

Penutup mata gue dibuka dengan cepat. Kedua mata gue susah beradaptasi dengan ruangan ini. Sialnya gue butuh waktu hampir satu menit cuma buat ngeliat muka Hyunjin yang babak belur. Kurang dari lima meter di depan gue.

Hyunjin duduk berlutut di lantai dengan kedua tangan yang diikat ke belakang. Rambutnya dijambak oleh seseorang yang gue tau salah satu anggota geng yang pernah jadi musuh bebuyutan geng Hyunjin.

Iya, dulu Hwang Hyunjin adalah anggota geng yang cukup terkenal di kota. Terlepas siapapun bapak-ibunya. Problem anak orang kaya, kalau gue bilang. Soalnya Chris juga gitu dulu. Tapi sekarang mereka berdua sama-sama udah keluar dari geng masing-masing. Itu sejauh yang gue tau, sih.

Satu lagi persamaan gue dan Hwang Hyunjin adalah kita berdua sama-sama gak sensitif kalau lagi asik sendiri. Jadi, orang-orang ini, udah ngikutin kita berdua sejak keluar dari kampus. Gue sadar hal itu ketika ngeliat satu orang lagi yang memang anak kampus gue dan Chris. Satu fakultas beda jurusan sama temen gue itu.

Orang itu yang tadi bukain penutup mata gue. Dan sekarang sibuk nyalain rokoknya lagi.

Wait... gue gak pernah liat batang rokok semacem itu. Gue memang gak suka rokok, tapi bukan berarti gue gak tau gimana bentuk rokok yang biasa anak-anak hisap.

Jangan bilang kalau yang dia hisap itu ganja?

Uhukk... uhukk...

"Sialan lo Chang!" protes gue ketika orang itu menghembuskan asap rokoknya ke muka gue.

Gue makin pening karena terus-terusan ngisep asap sialan itu. Belum lagi tenggorokan gue masih sakit. Mau protes, gue hampir gak berdaya. Si Chang brengsek itu merengkuh kedua pipi gue dengan tangannya, menarik tubuh gue mendekat.

"Mulut ini..." ujar Chang dingin. "Bisa ngoral Chris senikmat apa sampai bikin dia keluar dari geng? Bikin geng Stray kehilangan ketuanya!"

Darah gue naik. Muka gue memanas. Orang ini ngomong gak pake filter apa?

VACATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang