"Eh, Aleta! Si cewek cupu alias culun!" Cowok itu berteriak menghampiri Aleta.
Aleta yang sedang berdiri di depan gerbang rumah sejenak menoleh. Ngomong-ngomong Aleta menunggu cowok yang kini sudah berada di hadapannya untuk berangkat sekolah bersama. Angkasa Gibran Erlangga, siapa lagi kalau bukan dia?
"Liat buku gue! Dan liat dalemnya, lo belum kerjain sama sekali. Kenapa gak dikerjain?" tanya Angkasa. Aleta menelan ludah.
Siapa yang tidak mengenal Angkasa?
Cowok itu selalu mengganggu kehidupan Aleta dengan sikap pemarahnya.
"Ma... maaf, aku lupa."
"Apa? Lupa? Lo bilang lupa?" Angkasa bertanya penuh dramatis dengan tatapan menindasnya.
"Emangnya lo itu nenek-nenek tua yang udah punya penyakit pikun apa?"
Aleta menunduk, tidak bisa melawan atau sekedar membalas perkataan Angkasa sedikit pun rasanya tidak bisa. Lagian percuma angkat bicara, Angkasa terlalu pintar membolak-balikan perkataannya.
"Eh, cupu! Karena hari ini lo nggak ngerjain tugas sekolah gue. Gue gak mau berangkat sekolah bareng lo!" Angkasa berkata penuh penegasan.
"Lo itu cuman anak pembantu yang numpang di rumah gue!" lanjut Angkasa.
Aleta membisu. Hanya bisa mendapat semburan kalimat menyakitkan, seakan-akan sesuatu benda tajam telah menusuk hatinya. Dan tentang semua apa yang Angkasa ucapkan, sejauh ini Aleta masih bisa bersabar. Dan satu fakta bahwa Aleta memang tidak bisa melawan sosok Angkasa Gibran Erlangga.
"Mobil gue itu mahal!" Angkasa menunjuk mobilnya yang terparkir di halaman rumah.
"Dan hanya bisa di duduki sama anak orang kaya. Sedangkan lo anak orang mis-kin!" Lagi-lagi Angkasa berkata menusuk.
"Lo tahu kan mobil gue itu mahal?" lanjut Angkasa seakan-akan kata mahal itu sangat berharga.
"Ta-tapi kata Tante--"
"Apa? Lo mau ngadu sama Mama gue?" Perlahan Angkasa mendekati Aleta.
"Silahkan, sepuasnya lo ngadu sama Mama gue. Siap-siap hidup lo gak akan tenang!" ancam Angkasa.
Lagi-lagi Aleta menunduk ketakutan hingga tubuhnya nyaris bergetar karena Angkasa.
"Kenapa lo?"
Angkasa melangkah dan mendekati Aleta lebih dekat lagi. Otomatis Aleta yang sedang ketakutan memundurkan kaki ke belakang. Perasaan Aleta tambah tidak tenang begitu Angkasa semakin mendekat dengan wajah menyeramkan.
"Dari tadi lo gak ngomong-ngomong. Lo bisu?"
Padahal Aleta sudah angkat bicara, namun Angkasa selalu memotong ucapannya.
Ah, kenapa Angkasa bertanya seperti itu?
Tanpa disadari Angkasa. Wanita paruh baya yang tidak lain Mira tengah memperhatikan Angkasa anak satu-satunya memarahi Aleta.
"ANGKASA!" teriak Mira menghampiri.
Angkasa terkejut sedangkan Aleta merasa lega. Secara kompak mereka berdua melihat ke sumber suara. Mira yang sudah berada di hadapan Angkasa mulai berceramah.
"Angkasa kamu apa-apaan sih!" Wanita itu melototi Angkasa.
Angkasa terdiam membisu. Soal Mamanya, ia lumayan takut. Jangan tanyakan, seberapa takutnya cowok itu pada Mamanya sendiri.
"Mama udah bilang, 'kan. Kamu berangkat sekolah bareng Aleta!" tegas Mira dengan nada tinggi.
"Iya, Ma ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALETA ✔
Fiksi Remaja"Singkat banget sih jawaban lo! Padahal ngomong itu gratis gak pake uang, pulsa ataupun kuota!" Angkasa terlalu kejam memperlakukan Aleta sekasar itu. Sedangkan Aleta sosok pendiam yang tidak mudah memberontak ketika ada yang mengusik kehidupannya. ...