1

7 1 0
                                    

"Setiap orang punya hak untuk memilih, tetap dengan masa lalu, atau memulai dengan orang baru"

//

Perlahan Flora mengerjapkan matanya, kepalanya terasa pusing, jari-jari tangan dan kakinya dingin, hanya tubuhnya yang begitu hangat karena ditutupi selimut yang cukup tebal.

Namun ia gerah dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, Flora memang tidak terbiasa memakai selimut ketika tidur, kecuali dimusim yang mengharuskannya memakai selimut.

Saat nyawa sudah terkumpul, barulah ia sadar kalau sedang berada didalam kamarnya. Menyingkirkan selimut dari seluruh tubuhnya dan hendak beranjak dari tempat tidur, namun kepalanya yang terus berdenyut membuat gerakannya terhenti sesaat sebelum berdiri.

Flora memejamkan mata untuk menstabilkan rasa pusing dikepalanya. Setelah benar-benar stabil, ia langsung berdiri kemudian berjalan menuju pintu kamar, walau rasanya masih sedikit sempoyongan.

"Aw!" benturan cukup keras menghantam keningnya, rasanya ingin jatuh saja. Ia memijit kepalanya perlahan, kembali menstabilkan rasa pusing yang kembali hadir karena pintu yang tiba-tiba saja terbuka.

"Omg! Flo, lo nggak papa?" Tessa muncul dari ambang pintu langsung menuntun temannya duduk di sisi ranjang. Yang dituntun hanya bisa pasrah.

Apa ini hari tersialnya?

"Lo udah bangun?" Pertanyaan Tessa sepertinya tidak perlu Flora jawab. "Lo mau makan? Gue ambilin ya?" Flora hanya mengangguk pelan dengan mata terpejam, tangannya masih memijit-mijit kepala. Lebih tepatnya bagian yang terbentur pintu.

Dikepalanya juga menyimpan banyak pertanyaan, tentang bagaimana ia bisa ada dikamarnya saat bangun, apa pria itu mengantarnya pulang saat Flora pingsan, dan darimana dia tahu tempat tinggalnya? Kini kepalanya semakin berdenyut memikirkan semuanya.

Selang beberapa saat Tessa kebawah untuk mengambil makanan, kini dia kembali kekamar bersama Santi. Raut khawatir mamanya terlihat jelas dan itu membuat Flora merasa sedih karena sudah membuat sang mama khawatir.

"Makan dulu sayang." Santi membawakan semangkuk bubur ayam untuk Flora, hendak menyuapinya, namun dengan segera dan perlahan diambil oleh Flora. "Flo bisa sendiri, Ma." tentu Flora menolak, ia masih bisa makan sendiri. Lagi pula ini hanya sakit biasa.

Sejak dulu Flora selalu begitu, tidak suka dimanjakan. Walaupun masih remaja tapi Flora sangat dewasa, pikirannya bukan seperti anak-anak remaja yang kebanyakan, persis seperti kakaknya dulu. Orang tuanya sangat bangga memiliki mereka.

Dengan perlahan dan sedikit tidak nafsu memakan semangkuk bubur ditangannya, Flora menyudahi makannya sampai disuapan ketiga. Mengambil air minum dan menenggaknya tak bersisa. Ia hanya haus, tidak terlalu nafsu untuk makan.

"Yaudah, mama kebawah dulu mau nyiapin makan malam. Tessa, tante tinggal ya." Mereka berdua mengangguk sebelum Santi beranjak kebawah.

Flora mengangkat kakinya naik keatas ranjang, menyandarkan bahunya ditumpuan kepala ranjang dengan beralaskan bantal, membenarkan posisi senyaman mungkin.

Tessa ikut bersandar disebelah Flora.
"Kok lo bisa pingsan dalam keadaan basah kuyup terus ada dikelas X A3 sih?" Flora sontak mengerutkan keningnya dengan raut wajah bingung. "Ha? Serius?"

Tessa mengangguk. "Untung gue masih disekolahan karena sempat disuruh sama bu Yuni--, dan gue kira lo tidur karena habis hujan-hujanan, tapi pas gue bangunin lo nggak bangun-bangun."

BAE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang