"Keripik kaca buah srikaya,
Apa yang baca pernah ditinggal pas lagi sayang-sayangnya?"//
"Re! Ada telpon dari Clara!" Suara teriakan itu berhasil membuyarkan suasana romantis yang sedang Tessa saksikan dari balik jendela.
Kini Flora kembali bisa bernafas dengan lega. Pria dihadapannya tadi langsung masuk kedalam kafe ketika seorang barista memanggilnya.
Apa-apaan itu. Sangat tidak keren.
Tessa yang masih mengintip dari balik jendela merasa kesal karena seseorang sudah merusak tontonannya. Seharusnya biarkan dulu sampai ending.
Flora kembali masuk kedalam kafe, duduk seperti semula dimejanya kemudian menghirup espresso nya yang sudah menghangat.
"Wow, tadi keren banget," Tessa menggeleng takjub.
"Tapi lo parah banget, Flo!" Lanjutnya.Flora tidak menghiraukan ucapan Tessa. Ia semakin menghirup kopinya dengan rakus sampai habis tak bersisa. "Ah.." suara terakhir menyempurnakan tenggakannya.
"Lo haus apa gimana?"
"Akhir-akhir ini gue memang sering haus-" Flora menjeda ucapannya sesaat. "Haus akan kasih sayang.""Pfft--" Tessa menyemburkan kopi dari dalam mulutnya mengenai wajah Flora.
"Omg! Gue refleks Flo, sorry!" Ia mengambil tisu dari dalam tas, mengelapkannya kewajah Flora dengan hati-hati. Aduh, Tessa lo ceroboh banget.
Jika tingkat kesabaran Flora sudah habis, Tessa yakin ia akan dihabisi saat ini juga.
Pasalnya dulu Flora adalah seniornya saat karate.Dengan mata terpejam, Flora berusaha pasrah dan sabar. Jika tidak memiliki hati sekuat baja, rasanya ingin sekali menghabisi sahabatnya itu.
"Udah, gue aja." Flora mengambil alih tisu, membersihkan sendiri wajahnya yang habis terkena semburan kopi. Untung saja suhu kopinya sudah tidak terlalu panas.
"Sorry.." ucap Tessa merasa bersalah. Flora masih sibuk membersihkan wajahnya yang lengket. Sepertinya ia harus ketoilet untuk mencuci wajahnya sampai benar-benar bersih.
"Gue ketoilet dulu." Flora meletakan tas ransel nya dikursi kemudian beranjak menuju toilet, meninggalkan Tessa yang masih duduk dengan raut menyesalnya.
Karena ruangan dalam kafe ini tidak begitu luas, Flora langsung menemukan keberadaan toiletnya. Sebenarnya ada wastafel didepan toiletnya. Tapi ia ingin buang air kecil, jadi sekalian saja mencuci wajahnya didalam.
Saat Flora membuka pintu toilet, seseorang tengah berdiri tepat didepannya. Ternyata itu barista yang tadi menyambutnya ketika masuk kafe.
"Mbaknya udah selesai?" Tanyanya.
"Oh iya, udah." Flora pindah kecermin dekat wastafel, mempersilahkan orang itu masuk.Ia bercermin sebentar untuk merapihkan rambutnya yang sedikit basah sehabis mencuci wajah. Ternyata semburan kopi tadi mengenai baju bagian atasnya, meninggalkan noda disana.
Flora sempat melihat-lihat sekitaran, tapi ia tidak melihat pria yang tadi bernama Alfianzo itu. Hanya ada seorang pria yang sedang membuat kopi di mesin espresso dan barista yang tadi masuk kedalam toilet.
Terdengar suara pintu terbuka. Si barista tadi sudah selesai dari toiletnya.
"Mas, orang yang tadi kemana ya?" Tanya Flora.Barista itu berjalan kearah Flora.
"Yang mana mbak?""Yang tadi mas panggil katanya ada telpon."
"Oh Regan, udah pulang. Adiknya sakit." Flora mengangguk "Owh."Flora pikir orang itu pergi menjemput kekasihnya yang barista sebutkan namanya Clara tadi. Mungkin itu panggilan dari adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAE
Random- Deskripsi itu hanya syarat. Syarat untuk menghargai laman yang kosong. Semua hal memiliki syaratnya masing-masing. Syaratku mencintaimu itu soal keikhlasan, keikhlasan yang harus aku pasrahkan. -Flora-