Aku membuka mata dengan napas terengah-engah. Aku kembali bernapas lega ketika semua yang terjadi hanya mimpi. Kulirik sekilas jam yang ada di atas meja belajar, segera aku membereskan kamar dan mandi. Setelah siap, aku menemui Yoora yang telah menungguku untuk sarapan.“Apa pagi ini kau akan masuk kelas?” Tanyanya.
“Tidak, hari ini aku tidak ada jadwal.” Jawabku.
“Kalau begitu, aku akan berangkat sekarang.”
“Baiklah, hati-hati Yoora.”
Setelah Yoora berangkat, aku membereskan bekas sarapan. Kini aku tidak tau apa yang akan aku lakukan. Aku duduk di beranda rumah sambil memperhatikan mawar merah kesayanganku. Mawar yang hampir sepuluh tahun bersamaku, pemberian dari saudara laki-laki yang kini keberadaanya tidak kuketahui.
Aku mulai bosan dengan kegiatan yang kulakukan. Aku beranjak dan pergi ke minimarket membeli beberapa cemilan. Di tengah perjalan, aku melihat Yoora yang ditarik paksa oleh dua orang perempuan. “Apa mereka temannya? Tapi kenapa mereka memaksa seperti it?” Tanyaku pada diri sendiri.
Belum sempat aku menghampiri mereka, seorang pria menarik Yoora pergi. Aku melihat dua perempuan tadi yang terlihat begitu kesal dan berlalu pergi. Aku tidak peduli siapa pria tadi, sekarang yang pasti aku penasaran dengan dua perempuan itu. Aku berjalan pelan mengikuti mereka berdua.
Mereka memasuki sebuah kafe dan duduk disana. Aku duduk membelakangi mereka sambil mendengar apa yang mereka bicarakan.
“Aishh, siapa pria tadi yang menggagalkan rencana kita?” Tanya perempuan itu kepada temannya.
“Evans,” jawab temannya singkat.
“Kau mengenalnya?”
“Pria yang disukai oleh Mela. Aishh sudahlah, sekarang apa yang akan kita lakukan?”
Sepertinya mereka tidak menyadari aku mendegarkan semua yang mereka rencanakan. Kulihat mereka keluar terlebih dahulu, aku tersenyum remeh. “Aku akan melakukannya lebih dulu, sebelum kalian melakukannya pada Yoora.” Ucapku sambil berlalu pergi.
Aku tidak akan membiarkan orang lain menyentuh apalagi menyakiti milikku. Aku pulang ke rumah dan tidak lupa cemilan yang kubeli sebelum pulang. Setiba di rumah, Yoora langsung menghampiriku.
“Kau dari mana?” Tanyanya.
“Aku dari minimarket, ada apa?” Tanyaku balik padanya.
“Ah tidak ada,” dia menjawab seolah menutupi sesuatu dariku.
Aku tidak mempedulikan apa yang ia sembunyikan dariku. Aku mengambil laptop, dan menonton drama sambil memakan cemilan yang kubeli tadi. Sementara Yoora sibuk dengan gawai yang ia mainkan sedari tadi. Sekilas aku meliriknya, ia seperti orang yang sedang ketakutan.
“Apa mungkin dua perempuan tadi menerornya?” Batinku.
Aku melanjutkan kegiatanku sambil memikirkan apa yang harus kulakukan untuk Yoora. Aku pusing memikirkannya, baiknya aku lakukan saja seperti biasa. Suara Yoora membuatku terkejut, “Mengapa kau berteriak?” Tanyaku.
“Dari tadi aku memanggilmu, tapi kau tidak menghiraukanku. Kupikir kau kerasukan hantu.” Jawabnya.
“Ckk, ada apa?”
“Ayok makan,” ajaknya sambil berlalu pergi.
Aku mendengus kesal sambil mengikutinya ke meja makan. Kami makan dengan hening, aku sendiri sedang berada dalam pikiran yang entah apa kupikirkan. Setelah aku selesai makan, aku beranjak meninggalkan Yoora di meja makan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen FictionAda begitu banyak hal yang tersembunyi dalam diriku dan aku ingin pergi jauh dari hidupku sendiri. Aku kehilangan arah dan terjebak dalam kebohongan yang penuh rasa sakit. "Tolong, selamatkan aku!" Aku katakan semua baik-baik saja, tapi itu semua ad...