Aku berdiri dihadapan cermin, menanyakan pertanyaan lama. “Apa aku bisa mengakhirinya? Mengapa semuanya terlihat sama dan tidak berujung?”
Aku merasakan tubuhku menjadi ringan, perlahan semuanya menjadi gelap dan aku tidak aku tidak merasakan apa-apa lagi. Semuanya berubah menjadi abu-abu dengan banyak cermin menghadap ke arahku. Aku berjalan perlahan, tapi semuanya mengikutiku. Aku mencari orang yang bisa kutanyakan, namun tidak ada siapapun kutemui.
Aku berteriak, yang terdengar hanya udara yang bergema. Aku meringkuk ketakutan dan menangis. “Bangunlah, mengapa kau menangis adik kecil?”
Aku mengangkat kepalaku dan melihat sosok pria yang kurindukan. aku berdiri dan memeluknya dengan sangat erat. “Kau kemana saja selama ini?” Tanyaku padanya sambil menangis.
“Aku disini bersamamu.” Jawabnya.
“Mengapa kau meninggalkaku dengan Yoora?”
“Tidak, aku disini bersamamu.”
“Jangan pergi lagi.”
“Aku akan bersamamu.”
Mendengar jawaban yang sama darinya, aku melepaskan pelukanku dan melihatnya. Ia hanya tersenyum, lalu menghilang seperti hantu. “Tidak, tidak, jangan pergi lagi.” Teriakku. Sia-sia aku berteriak, itu hanya ilusi yang mucul, dan kini hanya ada sendiri lagi.
Aku mengerjapkan mata berulang kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Aku menyadariku sudah ada diatas tempat tidurku. “Kenapa aku bisa ada disini?” Batinku. Kuambil gawai yang ada diatas nakas, dan kulihat jam.
Ini hampir pagi, “Berapa lama aku tertidur?” Aku beranjak dari tempat tidur dan keluar mencari Yoora. Ia sedang sibuk dengan makanan yang sedang dimasak.
“Yoora,” panggilku.
“Eoh, kau sudah bangun? Bagaimana perasaanmu?” Tanyanya.
“Sedikit lebih baik.” Jawabku.
“Ah syukurlah, minumlah ini.” Memberikanku segelas susu hangat. “Terima kasih,” ucapku sambil mengambil susu tersebut.
Ia melanjutkan kembali pekerjaannya, dan aku hanya melihatnya sambil meminum susu yang ia buatkan untukku. Aku ingin bertanya tentang semalam, tapi aku menjadi canggung berbicara dengannya. Aku buru-buru menghabiskan susu tersebut, dan bergegas mandi.
Setelah semua siap, aku kembali ke ruang makan menemui Yoora yang sekarang juga telah rapi untuk berangkat ke kampus. Kamipun sarapan bersama dengan nikmat. “Apa kita akan berangkat bersama?” Tanyanya.
“Hmm,” jawabku singkat.
Ia sedikit tersenyum sambil membereskan sisa makanan yang ada di atas meja, dan aku membereskan piring kotornya. Sebelum berangkat, aku mengambil masker ke dalam kamarku. Karena tidak banyak orang yang mengetahui kami kembar, aku mencoba untuk tidak menunjukkan diriku.
Kami berangkat mengendarai mobil dan aku yang menyetirnya. Selama perjalanan, kami hanya mengobrol ringan dan sesekali tertawa karena lelucon yang dibuat Yoora. “Apa teman-temanmu baik kepadamu?” Tanyaku. Ia terdiam sejenak dan menjawab, “Iya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen FictionAda begitu banyak hal yang tersembunyi dalam diriku dan aku ingin pergi jauh dari hidupku sendiri. Aku kehilangan arah dan terjebak dalam kebohongan yang penuh rasa sakit. "Tolong, selamatkan aku!" Aku katakan semua baik-baik saja, tapi itu semua ad...