Ditengah malam, Jennie terbangun saat meraba-raba tempat sampingnya, kosong, tidak ada Lim disana.
Dia duduk di sisi ranjang sambil menguncir rambutnya kemudian bangkit keluar kamar untuk mencari Lim.
Saat Jennie membuka pagar pembatas tangga, dia tersenyum menemukan hubby-nya duduk sendirian bersandar di sofa ruang tengah sembari mengotak-atik stik PlayStation dengan ditemani secangkir kopi yang diletakkan diatas meja.
Tanpa menunggu lama, Jennie langsung melompat di pangkuan Lim lalu memeluknya erat-erat.
"Astaga Nini"
"Ada apa sayang? Apakah kau bermimpi buruk lagi?" Lim bertanya sembari meletakkan stik PlayStation disebelahnya lalu dia menangkup wajah Jennie dan mengecup bibirnya.
"Hubby ... Aku menginginkanmu"
"Heh tidak boleh. Nini harus tidur lagi, ini sudah tengah malam"
Jennie mengerucutkan bibirnya, sebal mendengar penolakan hubby-nya. "Ayolah hubby, aku sangat ingin. Jika kau tidak mau menuruti permintaanku, aku bisa melepaskannya sendiri"
Lim menghela nafas dan mengulurkan satu tangannya untuk mengusap kepala Jennie. "Baiklah aku akan membantumu, tapi kita lakukan dikamar saja ya?" Dia sudah berdiri menggendong Jennie namun wanita itu menolak keras, mau tidak mau dia kembali duduk.
"Aniii, hubby aku sudah tidak tahan lagi. Kita lakukan disini saja" setelah mengatakan, Jennie berpindah tempat di sebelah Lim lalu membungkuk mengeluarkan kesayangannya dari dalam boxer yang dikenakan Lim.
Jennie menggenggam benda besar milik Lim yang masih lemas dengan tangannya lalu menjilatinya dari ujung kepala sampai turun ke dua bola tanpa sehelai bulu itu hingga membuat Lim tergila-gila merasakan nikmat sampai-sampai seluruh badannya menegang.
"Ahh ... Shit Nini-ah"
"Shut up! Jangan mengeluarkan desahan meskipun satu kata!" Jennie mengancam, siap-siap menyentil benda putih panjang dan besar didepan wajahnya jika Lim tidak menuruti apa katanya.
Lim mengangguk dengan mulut terkatup.
Setelah selesai dengan tugasnya, Jennie berlutut mengangkangi Lim lalu mengarahkan itu ke miliknya tapi sebelum mendorong masuk, Jennie menggesekkan ujungnya ke pintu masuk liangnya hanya untuk menaikkan birahinya.
Jennie mengeluarkan suara erangan halus yang terbekap saat dia menaruh bibirnya di leher Lim, menggigitnya kecil hingga meninggalkan bercak merah disana. Setelah itu dia menekan masuk penis Lim kedalam lubangnya yang sempit dan hangat, mereka sama-sama mengerang saat benda itu tenggelam sampai kenikmatan yang jauh mencekam.
"Nini?"
"Emh" dia hanya berdehem sambil menggigit bibirnya oleh karena milik Lim dan otot-otot vaginanya berkedut disaat yang bersamaan.
"Apakah itumu tidak sakit? Kau menghisap semuanya"
Jennie menggeleng bersandarkan bahu Lim, dia mulai bergerak menaikturunkan bokongnya. Dia menggigit bibirnya guna untuk meredam suara erangannya yang menggoda.
"Hubby ... Gantian, kau yang bergerak. Aku lelah ... Eumhhh"
Sebelum dia berganti, Lim meletakkan kedua tangan Jennie di dua sisi bahunya, barulah dia mencengkeram pinggang ramping Jennie lalu mulai mengentakkan miliknya keluar-masuk kedalam liang Jennie.
Semakin cepat hujaman dibawahnya, Jennie tanpa sadar mendongak sambil memejamkan matanya karena ujung milik Lim telah berhasil menemukan tempat titik ternikmat yang membuat birahinya terbayar dengan puas.