Happy Reading!
Secara teknis, ada alpha lain yang memulainya.
Taehyung hanya duduk di sana dengan raut apatis, dua gelas bir dengan mata tertuju pada bagian atas meja bar yang mengilap. Pernis kayu, hitam, terkelupas di tepinya. Melamun, mungkin Taehyung tengah memikirkan pekerjaannya di bengkel; atau mungkin mempertimbangkan membei Chinese food untuk dibawa pulang kemudian tertidur pulas karena kekenyangan. Tidak buruk.
Taehyung tenggelam dalam pikirannya sendiri, saat dia mencium feromon ketakutan omega yang tajam dan tidak salah lagi.
Seorang wanita omega. Meskipun pencahayaan bar sialan ini remang-remang, Taehyung bisa melihat wanita itu berusaha untuk menjauh dari alpha yang tengah tertawa terbahak, mata elangnya bisa melihat manik keabuan milik wanita itu melebar karena ketakutan dan ada pijar malu. Alpha itu berbau alkohol, penuh nafsu, arogansi, dan feromon nya tak biasa, kalangan masyarakat kelas atas— kombinasi paling buruk, Taehyung tahu.
Pijar amarah naik di dadanya saat omega merintih ketakutan di bawah bayangan alpha mabuk itu. Ayolah, pikirnya, mengamati bar yang ramai. Pasti seseorang melihatnya. Pasti seseorang akan melakukan sesuatu. Tidak bisakah mereka mencium feromon panik yang memancar begitu deras dari omega itu? Tidak bisakah mereka mendengar permohonan dan harapannya?
Tapi kerumunan orang-orang ini tidak pernah gagal untuk mengecewakan seseorang. Tidak ada satupun dari mereka yang sudi meliriknya. Dan jika ada pun, mereka mengedik bahu, membuang muka, dan membuat lelucon tentang bagaimana seharusnya omega itu berpikir dua kali untuk datang ke bar pada jam seperti ini.
Taehyung meneguk kasar birnya, amarahnya menggelegak. Dia tahu konsekuensinya jika berani ikut campur, begitu jamak, hafal luar kepala saat alpha East End sepertinya mencoba memberi pembelaan. Memar, patah tulang, bahkan dibantai habis. Pilihlah.
Para alpha kelas dua, pekerja sosial pernah bicara padanya, ketika wanita itu membawa Taehyung ke panti asuhan. “Little better than dogs. Sebaiknya jangan terlalu mengekang nya.”
Nafasnya mulai memberat, matanya kembali tertuju pada wanita itu. Punggung nya menempel pada dinding di belakangnya, tampak begitu kecil dibandingkan dengan sosok pria di depannya— laiknya seekor domba siap disantap oleh serigala. Kecil, pucat pasi, gemetar. Taehyung seketika teringat pada sang ibu saat itu juga, dan para alpha yang dengan sembarangan tangan-tangan gatal mereka yang menjamah wanita paling dicintainya.
Jika saja dirinya pintar, dia tak akan melakukan apapun yang bukan urusannya. Membiarkan segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya. Tapi saat pria bajingan itu mulai memainkan tangannya dengan lihai, menyentuh ke tempat yang tak seharusnya, aroma ketakutan keluar dari tubuh omega yang gemetaran bercampur dengan aroma menyengat sarat teror dari pria brengsek itu dan hal berikutnya yang Taehyung tahu dirinya tidak lagi duduk di bar dan sadar wanita omega itu berada di belakang punggungnya.
Dari dekat dirinya bisa melihat pupil pria itu meledak menjadi lubang hitam. Udara di antara mereka berbau feromon, kental dan pahit seperti air teluk, dan napas ketakutan omega terasa panas di lehernya, dan instingnya tersentak. His Goddamn Alpha.
Jangan, bisiknya pada alpha didalam dirinya, tapi masih ada geraman rendah di dadanya dan tanpa sadar dirinya sudah memamerkan gigi taringnya. Sangat terlambat. Insting arogansi bergolak liar, dan tiba-tiba begitu semangat ingin memberi pelajaran pada pria ini, ingin merasakan kulit dan tulang pria itu sobek dan patah di bawah buku-buku jarinya.
Dengan kewarasannya yang tersisa, Taehyung menyuruh pria itu pergi.
Sebaliknya, pria itu dengan konfrontasi yang sama berteriak memerintahkan Taehyung minggir.
Tentu saja polisi datang saat sebagian amarahnya sudah tercurah pada wajah babak belur pria tadi. Pria itu jatuh dan terkapar di bawah lututnya, wajahnya berlumuran darah sambil mengaduh kesakitan, sementara Taehyung kembali mengayunkan tinjuan ke hidung pria itu yang tak hentinya mengalirkan cairan pekat nan anyir.
“Once for being a bastard, once for being a rich one.” Teriak Taehyung keras.
Penglihatannya kabur, karena tanpa sadar luka di pelipis kiri lah yang menghalangi pandangannya. Ada darah, keringat, ketakutan, dan amarah, dan dia begitu larut dalam euforia hingga tak sadar polisi sudah datang ke lokasi kericuhan dan semuanya sudah terlambat.
"Beri tahu mereka apa yang terjadi," kata Taehyung kepada wanita omega itu, saat polisi memborgol tangannya ke belakang.
Tapi saat Taehyung berbicara pada omega itu, feromon ketakutan lah yang mengudara, meringkuk dalam di pelukan seorang bartender beta. Taehyung tak bisa menyalahkannya, tidak ketika dirinya juga bisa mencium feromon nya yang panas membara. Tapi di sisi lain, wanita itu patut disalahkan karena memilih tutup mulut dan tak memberikan pembelaan apapun untuk di pengadilan dan yang lebih parahnya, membiarkan dirinya menanggung denda ribuan dollar.
Dalam gugatan senilai lebih dari gaji Taehyung, pria alpha brengsek itu berdiri di hadapan hakim dan mengklaim bahwa dia tidak melakukan kesalahan.
Dan hakim mengangguk dan menghela nafas, tentu keadilan bisa dibeli dengan uang, Taehyung tidak terkejut dengan hal itu. Dalam keadaan berantakan, memar hampir babak-belur, dirinya berdiri memberi pembelaan diri namun kalian tentu sudah tahu bagaimana akhirnya.Itu bukan kejahatan pertamanya, tapi itu pertama kalinya dia diadili. Saat hakim mengumumkan hukumannya, Taehyung hampir lepas kendali.
Denda dua ribu dolar. Seratus jam pelayanan masyarakat. Dan perintah wajib mengikuti program di Alpha Enrichment Center.
^$ 2000 = Rp. 28.892.000
_______________________________
ini mungkin sedikit penjelasan kenapa Taehyung akhirnya jadi salah satu murid Yoongi di Alpha Enrichment Center, ya!sampai di sini, kalian suka ngga??
KAMU SEDANG MEMBACA
A FUNNY THING [Taegi] On Hold
Fanfiction[Omegaverse] i'm sorry, but i'm not that good with the summary.