EARLY

43 5 4
                                    

***

"Even if the mistakes were accidental, they were still mistakes."

***

"Selamat malam pemirsa, kembali lagi bersama saya Nacita dalam Berita Indonesia Malam. Berita pertama, telah terjadi tabrak lari di Jalan Angkasa Raya No.5 Jakarta Selatan, pada malam ini 23 Juli 2019 pukul 19.30 WIB. Tabrak lari ini melibatkan seorang pejalan kaki dan seorang pengendara sepeda motor. Menurut beberapa saksi, dari arah barat pelaku dengan kendaraan Honda CBR250RR melaju dengan cepat dan menabrak korban yang tengah menyebrang. Akibatnya korban berinisial AU yang merupakan seorang wanita paruh baya meninggal di tempat kejadian. Sementara itu, pelaku masih belum diketahui identitasnya. Polisi masih berusaha—"

Seorang lelaki paruh baya mematikan televisi yang menyiarkan berita tabrak lari itu dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Ia mengalihkan pandangan ke arah sang putra yang tengah duduk di sofa. Sang putra menundukkan kepalanya, tak berani menatap sang Ayah.

Alero Aswangga— Lelaki paruh baya itu menghela nafasnya pelan. Ia kecewa. Putra yang dibanggakannya selama ini adalah pelaku tabrak lari tadi. Ia bingung harus bagaimana.

Al— Putra Alero berlutut dihadapan papanya. Pipinya basah. Ia menangis.

"Pah, maafin Al. Al tadi nggak sengaja pa. Tolongin Al! Al nggak mau masuk penjara," Al mendongak, memohon kepada papanya.

"Iya, memang kamu nggak sengaja, tapi tetep aja kamu salah! Kamu nabrak orang sampe nyawanya hilang lho Al. Kamu harus tetep tanggung jawab atas kesalahan kamu!" Alero yang tak habis pikir dengan Al memijat kepalanya pening.

"Iya Al tahu pa, tapi Al takut. Kalo mama denger berita ini, dia pasti akan tambah drop.  Terus reputasi papa? pasti hancur. Anak seorang Alero—" belum selesai Al menyebutkan kemungkinan-kemungkinan buruk jika dirinya dipenjara, Alero memotongnya.

"Stop Al! Oke, papa akan mikirin caranya supaya kamu nggak dipenjara. Tapi ingat! Ini biar mama nggak drop, bukan karena papa kasian sama kamu!"

Al yang mendengar itu tersenyum pahit. Ia berdiri. Setelah itu, memeluk Alero, mengucapkan terima kasihnya. Dirinya sangat merasa bersalah. Namun, bagaimana lagi. Al tak mau dipenjara.

"Kamu ini nambah-nambahin pikiran papa aja! Kemarin adek kamu terancam di DO, dan sekarang kasus ini?! Kamu harus tetep papa hukum! Papa  kirim kamu ke Jerman sana sama opa oma, harus mau!"

Al hanya mengangguk, mau menolakpun ia tak mampu.

"Ya sudah, papa telpon pengacara papa dulu," Al keluar dari ruangan itu. Ia menuju ke kamarnya untuk istirahat. Pikirannya sangat lelah memikirkan masalah yang tak henti-hentinya datang.

Sementara Al, ada rasa lega ia tak jadi dipenjara. Namun, rasa bersalah itu tetap ada dan mendominasi hatinya. Sepanjang malam, ia habiskan untuk meratapi kesalahannya. Walaupun tau itu tak ada gunanya.

Tanpa Alero dan Al sadari, sedari tadi ada seseorang yang menguping pembicaraan mereka dari balik pintu. Dan ia tahu semuanya.

***

425 word

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALDYANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang