Zyah II

60 8 3
                                    

Wangsit kembali readers!

Happy reading!

Mendengar suara motor Tama meninggalkannya, Zyah menjadi panik. Temannya itu ternyata begitu penakut dan tega meninggalkan dirinya.

Sally mendekati Zyah, matanya semakin memerah. Sorot matanya begitu tajam. Langkahnya perlahan tetapi membuat degup jantung Zyah semakin cepat.

"Sally ... kamu kenapa, Dek?" tanya Zyah begitu lirih.

Sally tidak menjawab. Dia terlihat semakin marah. Kini dia telah berdiri tepat di depan Zyah yang masih terduduk di jalan.

Keadaan semakin hening. Tidak ada suara kendaraan, yang terdengar hanyalah suara hewan malam. Dan suara dahan pepohonan yang saling bertabrakan karena angin.

"Pergi ..... Jangan ganggu aku! Jangan mengusik! Pergiiii ...." teriakan Sally terdengar berat.

Kini dia menyondongkan tubuhnya ke arah Zyah. Mendorongnya sekali lagi. Zyah semakin tersungkur. Tubuhnya mulai gemetar. Adiknya benar-benar seperti orang lain.

"Aaarrrgghhhh ...." Sally berteriak pada langit. Kepalanya mendongak.

"Dek ...." Zyah yang sudah berdiri berusaha meredam amarah Sally. Mendekatinya.

Sally tidak senang. Pandangannya kembali ke arah Zyah. Dia mulai melangkah. Merapatkan tubuhnya. Hal itu membuat Zyah perlahan mundur. Sally terus mendekat. Matanya semakin menyala.

"Jangan terus mengusikku!" Sally tidak lagi berteriak. Suaranya semakin berat.

"Dek ... sadar, Dek ... ini kakak." Zyah sudah terisak. Perasaannya campur aduk. Takut, sedih, bingung. Semuanya membaur.

Mereka masih dalam posisi yang sama. Sally melangkah maju dan Zyah mundur teratur.

"Aaaaaa ...." Zyah jatuh terperosok, kakinya tidak bisa menjaga keseimbangan saat menapak pada pinggiran jalan yang tidak rata.
*****

Ibu Zyah sibuk mengolesi tangan, leher, ujung jari kaki miliknya dengan minyak angin. Zyah tidak sadarkan diri. Ibunya mendekatkan botol minyak angin pada hidung Zyah. Perlahan mata Zyah terbuka.

"Sally ... Sally ...." Zyah mencari-cari adiknya.

"Zyah ... Nak ... ini ibuk," ujar ibu menenangkan.

"Sally mana buk? Sally ...," panggil Zyah lagi.

"Hey hey ... Zyah ... tenang, Nak. Sally ada di kamarnya. Dia sudah tidur" Ibu memberitahu.

Zyah menunjukkan wajah heran, tidak percaya dengan apa yang didengar. Bagaimana mungkin? Dan dirinya, siapa yang membawanya pulang? Zyah berusaha mengingat. Namun, sama sekali tidak ada ingatan yang muncul.

"Siapa yang mengantarku, Buk?" tanya Zyah.

"Pak Rt, dia melihatmu tergeletak di pinggir jalan. Kamu kenapa tadi?"

"Apa pak Rt membawaku bersama Sally?" tanya Zyah lagi.

"Enggak, kamu sendirian. Kenapa toh, Zy?" Ibu mengulang pertanyaannya.

Zyah diam, mencerna penjelasan ibunya. Pak Rt hanya melihat dirinya, tidak ada Sally. Lantas kemana Sally? Apakah adiknya meninggalkan dirinya tergeletak sendirian?

"Zy ... kok bengong? Kamu kenapa? Kok bisa pingsan di pinggir jalan?" desak ibu.

"Zyah melihat Sally disana, Buk. Dia marah seperti malam kemarin. Sally terus meneriakiku. Lalu aku jatuh, sehabis itu aku tidak ingat apa-apa lagi," jelas Zyah.

"Ngomong apa sih kamu, Nak. Sally di rumah saja. Dia belajar di kamarnya tadi," ucap ibu.

"Aku beneran melihatnya, Buk. Dia meneriaki dan mendorongku. Sally tiba-tiba menyeberang dari kebun karet." Zyah yakin dengan apa yang dilihatnya.

WangsitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang