Sally

49 7 8
                                    

Hai hai readers!

Wangsit kembali nih!

Maaf ya lama, makasih yang udah nungguin!

Oh, ya! Selamat menyambut ramadhan ya bagi readers kesayangan yang menjalankan!

Happy reading!

Bel pulang sudah berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Begitu pun Sally. Hari itu dia tidak langsung pulang. Sally ada jadwal di kelas teaternya.

"Sally ... bareng yuk!" ajak Adisty.
Sally mengiyakan dan tersenyum. Kemudian mereka melenggang ke kelas teater.

"Pertunjukan kita kemarin bener-bener memuaskan. Saya senang sekali." Guru teater yang direkrut pihak sekolah dari luar kota itu membuka kelas dengan semangat.

Semua siswa yang tergabung dalam kelompok teater bersorak bahagia.

"Tapi kita tidak boleh merasa cukup. Kita harus bisa menampilkan yang lebih baik." Lanjut sang guru.

Para siswa pun setuju. Sally dan teman-temannya mulai berlatih dan mengikuti pelajaran hari itu.

Kelas teater sudah selesai. Sally dan Adisty menuju gerbang sekolah. Sally mengambil ponselnya, ia ingin menghubungi Zyah. Kakaknya sempat memberi tahu bahwa akan pulang lebih awal.

"Yaahh habis baterai," ucap Sally.

"Kenapa, Sal?" tanya Adisty.

"Ini handphone aku mati, padahal aku mau pulang bareng kak Zyah." Sally kecewa.

"Ini pakai handphone aku." Adisty menawarkan.

"Boleh nih?"

"Boleh lha. Pakai aja, Sal."

Sally pun menggunakan handphone Adisty. Namun, dia tidak hapal nomor Zyah. Sally lalu menghubungi ibunya. Meminta ibunya memberi tahu kakaknya bahwa dia sudah selesai. Dia ingin pulang bersama kakaknya.

Sally mengembalikan ponsel Adisty. Mereka sudah sampai di gerbang sekolah. Orang tua Adisty sudah menunggu. Adisty pun pulang lebih dulu. Sally melangkah menjauhi gerbang. Dia sudah di halte. Duduk menunggu Zyah. Seharusnya Sally menunggu di halte yang berseberangan dengan sekolah. Namun, dia ingin menunggu kakaknya tiba dahulu.

Sally melirik sekeliling, tidak ada orang. Sekolah memang sudah sepi.

"Sally ...." seseorang memanggil.

Sally melihat ke arah gerbang sekolah. Tidak ada orang. Kemudian dia kembali menatap jalanan.

"Astaga ...." Sally terkejut mendapati seorang remaja putri yang sudah duduk di sampingnya. Entah sejak kapan.

"Kamu kapan datang?" tanya Sally.

"Baru aja, kamu udah mau pulang?" tanya remaja itu.

"Iya, aku lagi nunggu kak Zyah. Kamu kemarin kok enggak jadi datang? Aku nungguin kamu sampe dua jam, Wid." Sally protes.

"Iya, maafi Widuri ya, Sal. Tapi kamu enggak apa-apa 'kan?" tanya Widuri.

"Dia datang lagi, Wid. Aku takut." Sally tertunduk.

"Kamu jangan takut, 'kan ada Widuri." Widuri memasang wajah sok manis. Sekilas mereka tampak mirip, seperti kembar.

Sally ikut tersenyum. Mereka kemudian menatap jalanan yang tidak terlalu ramai. Sesaat kemudian, Widuri berpamitan. Dia harus pulang katanya. Sally tidak mau ditinggal sendirian. Sally meminta Widuri menemaninya sampai Zyah datang. Namun, Widuri mengatakan tidak bisa.

"Kamu ikut ke rumah Widuri aja, Sal. Nanti kak Zyah suruh jemput ke rumah."

"Handphone aku baterainya habis, Wid. Nanti kak Zyah malah bingung aku enggak ada disini."

WangsitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang