6. KUPU-KUPU

651 90 29
                                    

6. KUPU-KUPU

“BAPAK INI NGGAK HABIS PIKIR SAMA KALIAN BERTIGA!!!” ucap Pak Hamzah pada ketiga murid didepannya. “Kenapa sih kalian harus membuat masalah terus-terusan??? Saya capek jadi guru BK. Ketemunya kalian lagi kalian lagi. Apa nggak bosen kalian masuk keruangan ini?” tanya Pak Hamzah pada Anggia, Logra dan juga Zero. Memang setelah perkelahian itu mereka langsung saja dipanggil ke ruang BK, Anggia karna ulahnya ribut saat dikantin dan mereka berdua yg memperebutkan dirinya yg membuat Anggia kesal. Siapa yg tak kesal coba saat dirinya seharusnya tidak ada disini, tapi gara-gara mereka, Pak Hamzah bisa menemukannya.

“KENAPA DIAM?!! Jawab pertanyaan saya para murid istimewa,”Tekan Pak Hamzah membuat Anggia mendongkak. “Nanti kalau gue jawab juga dia ngamuk, serba salah emang jadi murid,” gerutu Anggia membuat Pak Hamzah mendelik padanya.

“Saya masih bisa mendengar dumelan super kamu itu Anggia Arsena!!”

“Ya bagus kalau gitu Pak. Oh ya, saya nggak salah apa-apa ya Pak! Jadi mending Bapak keluarin saya! Jangan main kunci-kunci pintunya Pak, nggak baik buat cewek. Apalagi saya ceweknya sendiri disini,”

“Walaupun kamu perempuan disini saya jamin kamu tidak kenapa-kenapa. Lagian, kamu yg selalu buat orang jadi setres!! Contohnya saya! Seminggu ini kamu bener-bener luarbiasa Anggia, diskors tiga hari gara-gara ketahuan merokok, masuk sekolah padalah diskors, bolos dimata pelajaran Bu Jia dan tadi saat di kantin kamu ribut dan saat dibawa ke BK juga kamu malah marah-marah kesaya dan ngelawan. Kamu ini bener-bener perempuan atau tidak Anggia? Saya pusing ngehadapin kamu yg melebihi sifat anak lelaki!”

“Ya kalau pusing minum baygon Pak. Di jamin nggak akan pusing lagi,” ketusnya membuat kedua cowok itu menatap Anggia tak percaya.

“Lagi pula saya tuh nggak ngerokok! Dia aja nih YG TOXIC!!” tunjuk Anggia pada Logra yg menatapnya datar.

“APA?? Emang bener kan lo toxic pake ngomong yg aneh-aneh tentang gue. Kalau Bapak nggak percaya, coba aja cek saya. Saya ngerokok apa nggak! Bukannya malah langsung terima gitu aja! Asal bapak tau! Tiap pulang yg diungkit tuh itu lagi itu lagi! Capek pak saya dengernya!” curhat Anggia membuat Pak Hamzah memijat kepalanya pusing menghadapi nya.

“Katanya disini adil, TAUNYA ENGGAK!”

“ANGGIA!” bentak Pak Hamzah. “Nggak usah curhat, saya ini sudah kebal dengan segala ucapan kamu. Jadi saya nggak akan termakan sama omongan-omongan kamu itu!”

“Allah aja percaya sama hambanya. Lah ini yg bukan tuhan pake nggak percayaan,” cibir Anggia pada Pak Hamzah.

“Jika saya terus-terusan meladeni kamu, gila saya Anggia!” ucap Pak Hamzah beralih menatap Logra. “Kamu! Kenapa kamu ribut sama Zero?” tanya Pak Hamzah padanya.

“AYO JAWAB!! Kenapa diam saja?”

“Gara-gara dia,” tunjuk Logra datar menunjuk Anggia yg dipelototi Anggia.

“Anggia! Jadi mereka bertengkar gara-gara kamu?” ucap Pak Hamzah.

“APAAN SIH PAK! Enggak lah, ngapain saya buat mereka ribut? Tanya coba sama mereka yg jelas. Masa iya saya biang keladinya sih? Perasaan dijadiin kambing hitam mulu,” cebik Anggia pada Pak Hamzah yg membuat Pak Hamzah menatap bertanya pada mereka berdua.

“Yg mana yg benar?” tanyanya menuntut.

“Saya lah,” keras Anggia. “Iya kan?” kata Anggia pada mereka.

“Ayo jawab,” ucap Pak Hamzah mengabaikan ucapan Anggia.

“Anggia memang alasannya Pak. Tapi dia nggak tau apa-apa,” ucap Zero.

LOGRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang