tujuhbelas

141 21 5
                                    




Aku kembali lagi !!!!!!





Acara ulang tahun Kevin sudah selesai dengan sangat meriah. Bella juga sangat antusias tapi semua berubah menjadi kacau balau saat omongan yang sangat menyinggung perasaan Bella apalagi banyak keluarga terdekat yang datang pasti mereka mendengar semuanya dan akan mencela dirinya meskipun mereka hanya diam tapi tetap saja pasti berujung akan menggibahinya tiada henti.

Amarah Bella sedikit terendam saat keluarga yang lain mulai pergi tetapi Rama orang tertua ini tetap tinggal di keluarga Sanjaya.

Bella sangat senang sekali dengan sikap yang ditunjukkan pamannya ini 'Rama' mengacuhkan dan tidak menghargai sosok Dharma di rumah ini.

"Aku gak bisa Mas mengurus lahan di Sukabumi. Di sini aku masih mengurus tanah yang terbengkalai di sisi sungai. Biar Dharma aja. Dia juga lagi nganggur kayaknya pekerjaan ini cocok buat Dharma,"tolak Rusdi sambil menyesap kopi di halaman belakang rumah yang telah di sediakan Mirna sejak tadi. Dharma juga ada tapi Rama mengacuhkannya dengan jelas.

"Kamu bisakan Dhar mengurus lah--"

"Tanah itu milik orang tua kita hanya keturunannya yang berhak yang mengurusnya. Almahurmah bapakkan sudah bilang orang lain itu tidak baik bisa saja mereka menusuk kita dari belakang,"bantah Rama seraya menyindir suatu hal yang tentunya membuat Dharma sedikit bingung dengan kakaknya. Sejak dulu Rama tidak terlalu dekat dengan Dharma bukan karena Dharma jahat ataupun nakal tapi Rama sangat membenci kehadiran Dharma yang mengusik keluarganya.

"Cukup Mas!! Dharma bukan orang lain dia keluarga kita. Jangan band--"

"Aku juga gak bisa Mas. Mungkin sekitar 2 bulan lagi aku akan mencari pekerjaan dan aku juga maunya di kantor saja."

"Dia sudah sadar diri Rus dan dia sudah tau posisinya,"balas Rama sengit dengan mata memincing.

Rusdi merunduk menghela nafas.

"Awaaaa!! Panas,"teriak sesorang dari dapur sontak membuat tiga orang yang sedang berdebat langsung melangkah masuk dengan tergesa-gesa.

Bella memegangi tangan kirinya dengan warna sedikit merah seperti melepuh. Tak jauh dari situ Gio menangis dengan tangan yang bergetar sambil menggenggam sebuah gelas dengan setengah bagian isinya sudah tandas.

"Papa tanganku panas sakit hikssss,"rintihnya diiringi air mata yang tak bisa di bendungnya lagi.

Rusdi menarik lengannya tadi. Menatap ngeri sekaligus terkejut."Kenapa bisa seperti ini?"tanya Rusdi dengan menggiring Bella untuk duduk di kursi tepat di belakang Gio yang masih syok dengan ini semua.

"Biar Papa ambil obat dulu."Rusdi akan berbalik mengambilkan kotak obat di kamarnya.

Tanpa mereka duga Dharma telah berdiri menjulang di samping Bella sambil menarik Bella agar berdiri. Bella sedikit berontak namun akhirnya dia memilih mengalah dan mengikuti perintah Dharma sesuai keinginannya.

"Ini harus di basuh dengan air mengalir biar tidak bernanah dan nyeri,"jelasnya sambil menyalakan keran air. Bella meringis pelan seraya memejamkan mata sebentar.

Setelah itu suara keran terhenti dan saat itu Bella tak sengaja menatap Dharma meskipun tidak keseluruhan tapi membuat Bella sedikit terperangah. Hidung Dharma tidak terlalu mancung, bibirnya sedikit membelah apalagi dagunya tidak terlalu lancip dengan pipinya yang mulai berisi. Mata Bella berhenti saat tak sengaja bayangan berkelebatan dipikirkannya saat bayangan sosok itu yang sangat mirip dengan postur tubuh Dharma perasan Bella selalu terarah dengan Dharma entah itu benar atau salah tapi perasaan Bella yakin lelaki ini yang sedang membantunya adalah lelaki bejat itu.

Badai Pasti BerlaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang