delapanbelas

148 21 8
                                    

Makin lama makin membagongkan 😂😂











Aku masih menutup diri. Menjauh dari mereka. Keluarga ku sendiri yang dulu sangat ku cintai tapi kali ini aku merasa mereka tidak memihakku lagi.

Meski tidak mudah namun hidup terus berjalan. Entah ini semua benar atau salah tapi aku sangat yakin jalanku ada di tanganku bukan di tangan mereka.

Sudahlah aku sudah melupakan masalah itu semua.

Hari ini aku harus bersiap-siap. Tak biasanya pacar tersayangku membuat acara tiba-tiba seperti ini. Aku cukup terkejut dan senang. Hatiku merasa ada sesuatu yang akan membuat gelora dalam jiwaku berbunga-bunga tiada henti.

Jangan sombong dulu bisa jadi ini hanya pertemua biasa kata batinku mengelak.

"Kenapa aku secantik ini,"pujiku yang seperti orang gila.

Kenapa aku bilang seperti orang gila. Ya! karena orang yang di mabuk asmara akan membuat dirinya menjadi bodoh dan aneh seperti orang gila. Tersenyum sendiri, tertawa tanpa sebab dan lebih parahnya lagi tersenyum tiada henti.

Ingat ini hanya pacaran belum lagi kalau sudah di ikat bertambah semakin uwuw apa semakin hancur alies bosen.

Dah lah setiap orang harus mempunyai rasa bosan dan itu baru dinamakan orang normal.

"Kamu mau kemana Bell?"tanya Mirna saat tak sengaja berpapasan langsung dengan Bella yang tampak sangat rapi.

"Kencan,"jawab Bella cepat dan segera berlalu. Untuk saat ini Bella masih membenteng permusuhan dengan keluarganya sendiri.

Jalanku ini sudah benar dan aku sudah bisa mengutarakan semua keluh kesahku selama ini yang selalu tertekan dan rapuh saat mengingat kejadian kelam itu semua.

Semoga pertemuanku ini adalah awal dari kebahagiaanku yang tertunda.

"Nanti kalau aku dapat juara nanti Om kasih ikan yang kerenkan?"Gio begitu antusias dengan janji Dharma yang akan memberikan sebuah kejutan dan hadiah terkeren.

Gio sedang duduk santai di sofa dan ditemani Dharma yang betah menemaninya. Punggungnya sedikit sakit untung tidak patah hanya sedikit nyeri dan tangannya sedikit sakit saat di ayunkan. Dharma menyarankan sekaligus memerintahkan Gio untuk tetap di rumah.

"Iya. Om janji."

Cihhh ...janji. Mulutmu sangat manis dan begitu lugu tapi hati dan jiwamu begitu kotor dengan dosa.

Bella tersenyum miring saat sekilas menangkap pembicaraan mereka berdua.

"Jangan pulang malam-malam,"teriak Mirna dari arah belakang tubuh Bella.

Sontak dua orang tadi menoleh cepat menatap Bella yang mulai menjauh diikuti Mirna berlari kecil ke luar.

"Kakak jahat."

Dharma tersentak merunduk menatap Gio yang mulai hampir menitihkan air matanya.

"Gio di pukul,"bibir Gio mencebik sebal, hidungnya kembang kempis dengan rona merah muda. Air matanya mulai mengalir dengan deras saat ingatan itu mulai memenuhi memorinya.

Dharma juga merasa bersalah tidak bisa melindungi keponakannya ini tapi ada satu hal yang sangat janggal sekali dan itu masih menjadi teka-teki bagi Dharma.

Kalau jadinya begini Papa lebih ikhlas jika kamu tidak menyusui Gio dan mungkin saja Gio sudah bahagia di sana.

Kata-kata itu selalu membuat Dharna bingung dan sulit untuk di pahami. Semalam dirinya tak bisa tidur hanya terfokus dengan kalimat itu.

Badai Pasti BerlaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang