Pagi hari yang beda dari biasanya

10 2 2
                                    

Karena bukan termasuk bagian dari golongan morning person, kebiasaan Abimana setiap habis sholat subuh sangat jelas adalah tidur lagi. Kemudian memilih jam 7 pagi sebagai waktu yang tepat buat membuka mata. Apalagi jadwal kuliahnya yang rata-rata ada di kisaran jam 8-9 pagi, membuatnya jadi orang paling santai di rumah ini.

Namun keliatannya hari ini dimulai dengan sesuatu yang beda dari hari-hari biasanya. Abimana nggak tidur lagi habis sholat subuh tadi, padahal matanya baru terlelap sekitar jam setengah dua pagi. Dia juga agak heran kenapa begitu. Pas selesai ambil air wudhu tiba-tiba kepalanya seger, matanya nggak ngantuk sama sekali, dan badannya nggak ngerasain lemes. Seingetnya, dia belum minum kopi sama sekali, tapi udah ngerasain efeknya. Apa karena kemarin sore dia berhasil ngabisin tiga gelas ya?

Biarpun penasaran, Abimana memilih buat nggak ambil pusing. Syukur lah kalo badannya bisa lebih cepet seger hari ini, kan dia bisa produktif lebih awal, kayak manusia berguna pada umumnya. Cowok itu membuka laptopnya, tangannya bergerak di atas touchpad dengan lihai, matanya mencari folder di mana file berisi rekaman nyanyian yang baru kemarin sore dia berhasil selesaikan disimpan. Setelah menemukan apa yang dia cari, dia kemudian fokus mengedit rekaman tersebut agar suaranya lebih jernih dan enak di telinga pendengarnya nanti.

Kegiatan ini sudah dia lakuin sejak duduk di bangku kelas 12 SMA. Tahun yang sama waktu kakak pertamanya diterima kerja di salah satu studio musik di kota tempatnya tinggal. Dari melihat bang Chandra, kakaknya, mengaransemen lagu, Abimana jadi tertarik buat mencobanya juga. Karena merasa belum selihai sang abang dan merasa belum sanggup buat konsisten, dia memulai dengan nge-cover lagu-lagu yang biasa dia dengerin. Berbekal gitar hadiah ulang tahunnya, laptop yang udah menemaninya dari kelas 10, dan ponsel yang nggak seberapa canggihnya. Lagu yang pertama dia pilih dulu adalah lagu milik One Direction yang berjudul 18.

Sebenernya Abimana bukan Directioners, tapi karena lagu itu hampir setiap hari dia dengar dari kamar adiknya, selain itu juga karena genre musiknya adalah tipe musik yang bisa diterima telinganya.

Hasilnya? Nggak terlalu buruk, karena waktu ditunjukkin ke kakaknya, bang Chandra langsung sadar kalo ternyata adiknya ini punya suara yang bagus. Kemudian membelikannya mic biar suaranya bisa lebih jernih. Selain itu juga, dia dengan senang hati berbagi aplikasi editting yang biasa dia pakai supaya adiknya nggak pakai aplikasi bajakan. Pas waktunya kosong, bang Chandra juga nggak segan-segan ngajarin Abimana membuat instrumen menggunakan alat-alat yang dia punya.

"Pokoknya abang dukung. Apa yang bisa abang bantu, abang lakuin." Begitu katanya.

Untungnya karena Abimana mengerjakan ini semua dari hati tanpa paksaan pihak manapun, dia jadi semangat buat belajar. Beberapa lagu hasil cover-annya juga udah didengar jutaan kali, walaupun itu belum semuanya dia upload.

Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, perutnya kok udah laper ya, padahal biasanya dia sarapan jam setengah 8. Kebutuhan mengisi perut, membuatnya bangkit dan berencana pergi ke dapur.

Tepat saat dia membuka pintu kamarnya, ada beberapa manusia yang berlari ke sana kemari. Nggak lupa teriakan-teriakan semacam,

"Mama kaos kaki adek kok ilang satu ya."

"Aduh kunci motor gue kemaren di mana si?"

"Adek ayo cepet nanti telat."

Alisnya mengernyit heran, ini karena dia nggak pernah bangun pagi jadi nggak tau kalo rutinitas pagi hari keluarganya serungsing ini atau emang hari ini lagi pada terlambat.

Dia melangkahkan kakinya keluar dari kamar, kepalanya bergerak mengikuti arah siapapun yang baru melewatinya.

"Eh sorry, Bin—" itu bang Chandra yang nggak sengaja nabrak dia dari belakang, "bapak itu helmnya Chandra! Ma, Chandra berangkat." Teriaknya berjalan cepat menghampiri ayahnya yang lagi berjalan ke arah luar.

Abimana /Seo Changbin/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang