Kedua mahasiswa itu akhirnya tiba di bengkel yang mereka tuju. Setelah memakirkan motornya, Abimana langsung mendekati montir kenalannya, sedangkan Gia memilih duduk di kursi tunggu.
"Nih sparkboard-nya." Kata Abimana sambil memberikan tote bag yang sudah dari pagi dia tenteng ke montir bernama Zidan yang udah kelihatan mengantisipasi kedatangannya.
"Motor lo udah beres." Sahut Zidan. Kedua cowok itu mulai sibuk dengan motor Gia.
"Terus ke mana orangnya?"
"Beli es podeng." Zidan dengan mahir melepas komponen-komponen yang hendak diganti, "udah temenin aja cewek lo. Gue bisa sendiri."
Abimana menoleh ke arah Gia yang lagi fokus menonton televisi yang disediakan, "bukan cewek gue."
"Masa? Seminggu yang lalu dia ke sini beli sparkboard warna item, terus kemaren dia tuker sama ini. Nggak taunya buat lo?"
"Dia nabrak motor gue terus ngerasa bersalah kali, makanya mau ganti."
"Lah ngapa jadi motornya dia yang diservis? Yang nganter lo pula."
"Karena gue udah dikasih duit buat benerin motor gue sendiri. Lagian gue nggak percaya kalo dibeliin orang."
Zidan mendecak, "Abin tetaplah Abin. Udeh sono lo, ganggu."
Abimana melempar tatapan jengah, tapi dia memilih berdiri dan mendekat ke arah Gia. Males berdebat sama Zidan. Cowok itu nggak memilih buat membuka percakapan karena cewek di sebelahnya sekarang terlalu fokus menonton televisi. Padahal lagi iklan.
Mereka diam cukup lama sampai tiba-tiba seseorang duduk di sebelah Abimana, "mau es podeng nggak?"
Abimana menoleh, Gia juga dan tepat setelahnya perempuan itu terkejut, "loh kak Ino?!"
Ino juga terkejut, "lah Gia!"
Sementara Abimana planga plongo, "kalian kenal?"
"Dia sepupu gue." Kata keduanya bersamaan.
Abimana cuma mengangguk. Ino kemudian melanjutkan omongannya, "ini loh, Gi, temen yang gue cari tadi."
"Oh," kepala Gia manggut-manggut, "dia juga kak yang motornya gue tabrak, yang gue tanya ke kak Ino waktu kalo cari part motor ini namanya apa, yang gue kirim gambarnya ke kakak."
"Harusnya bilang aja ke kakak kalo yang lo tabrak tuh dia."
Abimana menaikkan alisnya sinis, "emang kenapa?"
"Dia khawatir banget, Bin, takut dilaporin polisi." Ino menyahut santai, nggak sadar kalo omongannya barusan berhasil bikin wajah Gia memerah, malu.
Abimana tertawa kecil kemudian. Yang baru Gia liat pertama kali setelah pertemuan ketiga mereka.
Lucu, pikirnya.
"Gue nggak sejahat itu."
Ino menimpali dengan semangat, "dia mah muka doang, Gi, sangar. Aslinya cemen, cupu."
"Bisa diem nggak? Udah makan es podeng lo aja."
Suara gelak tawa Ino terdengar memenuhi bengkel. Menurutnya wajah dua orang di depannya lucu karena keliatan salah tingkah. Padahal nggak ada dari obrolan mereka barusan yang menjurus ke arah sana.
Ino mulai menyuapkan es podeng ke mulutnya, rasa penasaran tiba-tiba timbul, "kalian satu jurusan?"
"Nggak."
"Nggak tau."
Mereka menjawab bersamaan. Gia nggak merasa dia ada di jurusan yang sama dengan Abimana karena kejadian tabrak menabrak waktu itu adalah hari pertama Gia tau kalo ada orang kayak Abimana yang kuliah di kampusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abimana /Seo Changbin/
Fiksi Penggemar"Sayang banget Abimana, ternyata lo penakut." . . . [Spin Off -Karena Dia Hanan-]