BAB 10

5.8K 365 39
                                    

Untuk beberapa alasan, kamu mungkin tidak akan mengingat semua hal yang kamu lakukan padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk beberapa alasan, kamu mungkin tidak akan mengingat semua hal yang kamu lakukan padanya. Tapi bukan berarti, dia ikut tidak mengingatnya.

🐰

"Gue balik," ucap Alex yang berjalan menuju pintu apartemen David. Kepalanya memang terasa berat akibat cairan alkohol yang dia minum, entah berapa banyak. Langkahnya juga tampak sedikit sempoyongan, tapi tidak sampai kehilangan keseimbangan.

David menoleh, menatap Alex dari sofa. "Emang lo bisa nyetir?"

Alex tahu maksud pertanyaan David. Dia memang mabuk tapi dia masih merasa sanggup untuk menyetir. Lagian pula, jarak rumah Tante Carol tidak jauh. Terbilang cukup dekat malah. Dan Alex masih bisa bertahan sebelum dia tepar di atas ranjang di kamarnya.

"Gue bukan lo," balas Alex sinis pada David, tanpa menoleh. Setelah itu pintu David tertutup keras, menandakan Alex sudah pergi.

David yang menyaksikan itu lantas menggeleng. "Lex. Lex." Dia lalu menandaskan minuman di gelasnya dalam sekali teguk.

*

Sementara itu, Emi menyalakan lampu kamar yang tadi dipadamkannya. Dia tadi mencoba menunggu dengan sabar sampai semua orang di rumah tertidur. Dan sekarang, dia bergegas ke arah jendela, mengeser tirainya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Tapi mobil Alex belum ada. Itu bagus! Ini adalah saat yang tepat. Pelan, Emi membuka pintu kamar, celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri, sambil mengigit bibir penuh kewaspadaan.

Suasana tampak senyap dan tak ada aktifitas apapun yang terdengar. Keluar, Emi lalu merapatkan hati-hati pintu agar tak menimbulkan suara. Setelah itu, dia berjinjit cepat menuju kamar Alex. Membekap mulut, tangannya mendorong pintu dengan napas tertahan. Begitu berhasil, secepat itu dia menyelinap masuk dan menutupnya, masih dengan gestur penuh siaga.

Alex bahkan tidak mengunci pintu kamarnya, dan itu menjadi sebuah peluang baik untuk Emi. Dalam suasana gelap Emi tertawa tanpa suara dengan senter yang dinyalakan lewat ponselnya. Sebenarnya Emi ingin saja menyalakan lampu, tapi itu hanya akan mengagalkan seluruh rencananya. Karena dia bisa saja kepergok oleh orang rumah. Tentu Emi tidak sebodoh itu.

Sekarang, Emi harus menggeledah dengan cepat sebelum Alex pulang! Tapi pertama-tama dia harus mendapatkan diarynya!

Lemari lantas dibuka Emi, tapi tidak ada apapun. Setiap pakaian lelaki itu bahkan sudah dia periksa. Kolong ranjang juga tak ada. Seluruh bantal turut dia angkat tapi nihil. Meja kerja juga sama, bahkan mungkin dia telah membuat isi kamar Alex berantakan sekarang.

Di mana sebenarnya lelaki itu menyimpan diarynya?! Emi memegang pelipisnya frustrasi. Terakhir adalah nakas di dekat ranjang. Emi memicingkan mata dengan penerangan dari ponselnya. Tangannya segera menarik lacinya, tapi terkunci. Sialan!

Berusaha keras, Emi memaksanya, menggoyangkannya. Tapi rupanya Alex benar-benar menguncinya! Dan saat Emi berusaha memikirkan cara, tiba-tiba suara derap langkah kaki terdengar mendekat menuju pintu.

Accidental MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang