Beberapa orang mungkin bersikap menyebalkan bukan karena ingin. Melainkan karena sulit mengeskpresikan perasaannya.
🐰
Emi membuang napas panjang. Dia baru saja akan memasukkan buku diary miliknya ke dalam koper yang sudah berada di dekat sofa. Namun kegiatan itu terinterupsi karena deru mesin mobil yang terdengar berhenti di depan rumahnya.
Beranjak, Emi meletakkan buku diary itu ke meja. Lalu menuju pintu. Dia tidak perlu menebak sosok yang datang. Sudah tentu itu adalah Alex. Lelaki yang dipercayakan papa dan mamanya untuk menjemput dirinya.
TOK. TOK.
Emi lantas membukanya. Tapi matanya terbelalak begitu melihat sosok lelaki di hadapannya. Binar keterkejutan juga tampak di mata Alex. Lelaki ini...
Dia adalah remaja laki-laki waktu itu. Tidak salah lagi! Wajahnya tidak berubah sama sekali. Hanya postur tubuhnya saja yang berkembang.
"Kamu...." Alex menggeram, sementara Emi lekas menutup pintu tepat di wajah Alex dengan keras.
BLAAM!!
Masa bodoh kalau tindakannya tidak sopan. Karena sekarang kepanikan lebih dominan menyerang Emi. Padahal dia sudah berusaha keras melupakan kejadian itu. Dia tidak ingin perasaan bersalah terus membayanginya. Jika tidak, mana mungkin dia bisa melanjutkan hidup?
"Loh, kenapa pintunya kamu tutup?!"
Emi lekas membalikkan badannya dan mendapati mamanya memelototinya.
"Kamu harusnya suruh Alex masuk dong."
Emi tergagap sembari menunjuk ke belakang pintu. "Jadi... itu... itu Alex, Ma?"
"Iya. Cakep kan?" Maya tersenyum sumringah, sementara Emi mengigit bibir bawahnya was-was.
"Cakep sih, tapi... eh, Ma!" Emi hendak mencegat mamanya yang berjalan ke arahnya dan ingin membuka pintu. Tapi gagal. Tangan mamanya kelewat cepat menarik daun pintu dan kembali membuat Emi berpandangan dengan Alex.
"Alex... maafin Emi ya. Dia nggak bermaksud—"
"Nggak pa-pa kok, Tan." Alex melirik Emi yang berada di sebelah Maya. Dia mengumbarkan senyum manis pada gadis itu. Dan senyuman itu sukses membuat perut Emi mules. Senyuman itu pasti palsu!
"Kalau gitu, kamu duduk dulu ya. Om sama Tante sudah mau beres."
"Baik, Tan," jawab Alex sopan.
Bolehkah Emi tenggelam saja? Dia tidak ingin berada di mobil bersama Alex! Dia tidak mau! Lagi pula, kenapa dia harus ketemu lelaki itu lagi sih?!
Bukan hanya itu saja yang menjadi masalah saat ini.
Emi bahkan baru ingat bahwa Alex adalah lelaki yang selalu dipuji sang papa. Lelaki itu berhasil mendapat kedudukan tinggi di perusahaan yang seharusnya menjadi milik Emi. Memikirkan semua itu, membuat Emi tanpa sadar meneguk ludah ngeri. Itu artinya dia memang akan selamanya bertemu dengan Alex!?
Oh, tidak. Dia merasa benar-benar sial!
Tak lama kemudian, Maya telah hilang ke lantai atas, dan Alex lekas membanting pintu di belakangnya, membuat Emi yang bergeming sontak tersentak.
"Masih ingat aku?" Satu alis Alex terangkat, bibirnya menyunggingkan senyum iblis. Terlebih Alex sempat melirik foto Emi yang masih belia dan tengah dirangkul kedua orangtuanya di dinding ruangan. Itu cukup membuktikan segalanya. Gadis ini memang adalah gadis bodoh itu! Wajahnya benar-benar tak asing bagi Alex.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidental Marriage
Romance[Follow dulu ya sebelum baca :)] Alex Pratama sejak dulu membenci Emi Hadinata. Gadis itu adalah penyebab kematian Ibunya. Setelah beberapa tahun, mereka akhirnya kembali bertemu. Dan Alex harus dihadapkan pada kenyataan untuk menjaga gadis itu. ...